Palembang (ANTARA Sumsel) - Mantan petenis nasional Bonit Wiryawan mengatakan jumlah kompetisi dalam negeri menurun dalam dua dekade terakhir sehingga berimbas pada prestasi atlet Indonesia di jalur profesional.
"Pertandingan berlabel future (kompetisi dalam negeri untuk cari poin peringkat ATP, red) sama sekali tidak ada di tahun lalu, dan baru ada lagi di tahun ini yang direncanakan ada tiga kejuaraan. Dari jumlah jelas ini sangat kurang," kata Bonit yang dihubungi dari Palembang, Senin.
Ia mengemukakan, berkurangnya jumlah kompetisi future ini membuat atlet dalam negeri kesulitan untuk menembus peringkat dunia ATP.
"Ajang future ini sangat penting bagi atlet yang belum ada poin. Seperti diketahui turnamen internasional lebih memilih atlet yang ada poin ATP-nya. Sementara, kenyataanya justru turnamen future di dalam negeri sangat sedikit, lantas ke mana lagi atlet kita jika ingin dapat poin ?," kata dia.
Menurutnya, pemerintah dan Pengurus Pusat Persatuan Tenis Seluruh Indonesia harus bersatu padu untuk menyelesaikan persoalan ini demi prestasi tenis Indonesia di mata dunia.
Tak hanya kompetisi profesional, ajang untuk atlet muda juga diperbanyak karena tidak mudah beralih dari junior ke senior.
Lantaran sedikitnya kompetisi, membuat atlet Indonesia mulai tidak dapat bersaing di ajang regional hingga internasional.
Menurut petenis berusia 47 tahun ini, meski meraih tiga emas pada SEA Games 2011, tapi hal ini bukan jaminan karena negara seperti Thailand justru mampu menelurkan petenis ke 50 dunia.
Sebelumnya, pada periode 1986-1996, Indonesia atas nama petenis andalannya Yayuk Basuki senantiasa menggondol emas pada Asian Games.
"Pada era saya ada sekitar 20-30 petenis yang bisa menembus peringkat dunia (masuk peringkat ATP, red), namun saat ini hanya satu hingga dua petenis, setahu saya hanya Christopher Rungkat dan David Harry Sasongko," kata petenis era tahun 80-an hingga 90-an ini yang beberapa kali menyumbang medali SEA Games