Palembang (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Perternakan Provinsi Sumatera Selatan meminta peternak sapi di wilayah itu melakukan vaksin mandiri guna mencegah penyakit mulut kuku (PMK).
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ruzuan Effendi di Palembang, Selasa, mengatakan saat ini belum ada temuan hewan ternak sapi yang terjangkit PMK.
Ia menjelaskan pihaknya telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi yang dilakukan dari segi lalulintas masuk hewan itu bukan saja diperketat, tetapi harus memenuhi kriteria untuk hewan yang sehat.
Kemudian, melakukan pengobatan atau pengendalian di masing-masing wilayah dengan cara sosialisasi serta bekerjasama dengan pemangku kepentingan lainnya.
Terkait vaksin, untuk saat ini belum disediakan. Oleh sebab itu, peternak bisa melakukan vaksinasi mandiri terhadap hewan ternaknya.
"Pemberian vaksin secara gratis itu akan ada tapi nanti, karena sekarang belum ada. Jadi kalau peternak mau melakukan pencegahan penyakit PMK sapi bisa melakukan vaksin mandiri," katanya.
Menurutnya, PMK telah ada sejak tahun lalu. Namun, pengendaliannya juga bisa secara tradisional, yaitu dengan memanfaatkan obat-obatan yang ada di sekitar lingkungan, misal memberikan jamu-jamuan ke sapi dan hewan ternak yang terjangkit PMK.
"Misal jamu empon-empon, itu efektif untuk meningkatkan imunitas sapi. Inti dari semua penyakit itu adalah imun. Jadi untuk membentuk imun harus memberikan pakan bergizi, menjaga kebersihan kandang dan lain-lain," ujarnya.
Ruzuan juga mengimbau peternak harus menjaga kebersihan hewan dan jangan meliarkan hewan. Lalu memberi pakan yang bergizi dan segara laporkan ke petugas jika ada sapi yang terindikasi terjangkit PMK.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan dan Peternakan Sumsel mencatat populasi sapi di daerah itu hampir 300 ribu, yang tersebar di wilayah Sumsel. Terbanyak di Kabupaten OKU Timur ada 64 ribuan ekor sapi, lalu Banyuasin 46 ribuan ekor, OKI sebanyak 36 ribuan ekor, dan Musi Banyuasin 24 ribuan ekor sapi.