Dinas Ketahanan Pangan Sumsel kendalikan virus SE untuk kerbau di OKI
Palembang (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (KPP) Sumatera Selatan menurunkan tim untuk mengendalikan penyakit ngorok pada kerbau yang disebabkan virus septicaemia epizootica (SE) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
"Kami menurunkan tim penyelidik dan kesehatan beserta obat-obatan dan memberikan vaksin kepada peternak kerbau di OKI guna mencegah virus SE meluas ke daerah lain," kata Kepala Dinas KPP Sumsel Ruzuan Effendi, di Palembang, Senin.
Ia menjelaskan tim itu juga mengawasi kerbau-kerbau di OKI agar tidak memasuki daerah lainnya. Sebab, kerbau yang terjangkit virus SE itu berdekatan dengan Kabupaten Ogan Ilir.
"Kerbau-kerbau di OKI ini diliarkan oleh peternak sehingga kami juga mengawasi kerbau-kerbau ini agar tidak memasuki daerah lainnya seperti di Ogan Ilir, jangan sampai virus tersebut mewabah ke daerah tetangganya," jelas dia.
Ia mengatakan kerbau yang terjangkit virus SE itu tidak memiliki tanda khusus dan mati secara mendadak. Maka dari itu, pihaknya mengimbau peternak agar rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan vaksin, serta selalu memberikan pakan yang bagus.
"Dengan langkah-langkah itu dapat memperkecil kemungkinan kerbau terjangkit virus SE," kata Ruzuan.
Sebelumnya, Kabid Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI Sadi Purwanto mengatakan sebelumnya sebanyak 15 ekor kerbau milik peternak di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam mati mendadak.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh tim Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Kesehatan Hewan Pampangan, kematian kerbau tersebut disebabkan oleh virus SE.
“Penyakit SE juga dikenal sebagai hemorragic septicaemia atau ngorok pada kerbau menyebabkan demam, kerbau berliur dan terdengar ngorok. Hal tersebut disebabkan oleh agen penyakit kuman pasteurella multocida. Kuman ini menyerang sistem pernapasan secara akut, sehingga menyebabkan pendarahan pada saluran ini. Kerbau yang terkena virus ini akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga terdengar ngorok yang sangat jelas, terutama di malam hari," katanya.
"Kami menurunkan tim penyelidik dan kesehatan beserta obat-obatan dan memberikan vaksin kepada peternak kerbau di OKI guna mencegah virus SE meluas ke daerah lain," kata Kepala Dinas KPP Sumsel Ruzuan Effendi, di Palembang, Senin.
Ia menjelaskan tim itu juga mengawasi kerbau-kerbau di OKI agar tidak memasuki daerah lainnya. Sebab, kerbau yang terjangkit virus SE itu berdekatan dengan Kabupaten Ogan Ilir.
"Kerbau-kerbau di OKI ini diliarkan oleh peternak sehingga kami juga mengawasi kerbau-kerbau ini agar tidak memasuki daerah lainnya seperti di Ogan Ilir, jangan sampai virus tersebut mewabah ke daerah tetangganya," jelas dia.
Ia mengatakan kerbau yang terjangkit virus SE itu tidak memiliki tanda khusus dan mati secara mendadak. Maka dari itu, pihaknya mengimbau peternak agar rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan vaksin, serta selalu memberikan pakan yang bagus.
"Dengan langkah-langkah itu dapat memperkecil kemungkinan kerbau terjangkit virus SE," kata Ruzuan.
Sebelumnya, Kabid Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI Sadi Purwanto mengatakan sebelumnya sebanyak 15 ekor kerbau milik peternak di Desa Riding, Kecamatan Pangkalan Lampam mati mendadak.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh tim Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pusat Kesehatan Hewan Pampangan, kematian kerbau tersebut disebabkan oleh virus SE.
“Penyakit SE juga dikenal sebagai hemorragic septicaemia atau ngorok pada kerbau menyebabkan demam, kerbau berliur dan terdengar ngorok. Hal tersebut disebabkan oleh agen penyakit kuman pasteurella multocida. Kuman ini menyerang sistem pernapasan secara akut, sehingga menyebabkan pendarahan pada saluran ini. Kerbau yang terkena virus ini akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga terdengar ngorok yang sangat jelas, terutama di malam hari," katanya.