Jamu "Kampung Pejabat" menjaga penjaja dan warga tetap sehat

id Kampung pejabat, jamu, geopark meratus

Jamu "Kampung Pejabat" menjaga penjaja dan warga tetap sehat

Tarmuji meracik jamu cair di kafe jamu miliknya di "Kampung Pejabat". ANTARA/Firman

Tim FMIPA ULM kerap mengajarkan kepada kelompok pembuat jamu gendong untuk memproduksi jamu bubuk instan berbahan kunyit asem,
Memasuki generasi kedua

Para pelopor penjual jamu di Kampung Pejabat, mayoritas kini telah berusia di atas 50 tahun. Meski usia yang tidak lagi muda, para penjual jamu tetap semangat menekuni usahanya sembari mulai mewariskan resep ke anak-anak mereka.

Kini tercatat sebagian dari penjual jamu di Kampung Pejabat merupakan generasi kedua setelah orang tua mereka.

Seperti yang dilakoni Nur Fatimah Rahmawati  (21), anak ketiga dari pasangan Tarmuji dan Sukarni.

Dalam kesehariannya, Fatimah menjaga kafe jamu milik orang tuanya. Dia terlihat piawai meracik jamu cair yang dipesan pembeli untuk diminum di tempat atau dibawa pulang.

Dalam sehari, kafe jamu yang dijaga Fatimah memproduksi 2 kilogram bahan baku untuk jamu cair, sementara yang serbuk kemasan mencapai 5 kilogram.

Bermacam varian jamu ditawarkan, antara lain,  ramuan beras kencur, kunyit, temulawak, kunci sirih, kunyit asam, pahitan, hingga cabe puyang.

Satu gelas jamu cair untuk langsung diminum dijual Rp4 ribu, sedangkan untuk jamu kemasan bubuk seharga Rp15 ribu yang bisa disimpan hingga 3 bulan.