Tidak hanya harus bisa memahami fungsi kendaraan tersebut, dia juga sering menemukan berbagai kesalahan yang kerap dilakukan oleh konsumen.
Dalam kasus ini yang paling sering ditemukan adalah ketika pengguna motor metik memiliki cara berkendara yang salah, seperti menggunakan rem dan gas secara bersamaan.
Cara berkendara seperti itu, jika terus dipertahankan justru dapat mempengaruhi kinerja mesin dan juga membuat boros penggunaan kampas kopling dan juga mangkok kopling yang kemudian membuat kendaraan tidak lagi responsif.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Wakil Ketua Honda ADV Indonesia (HAI) Chapter DKI Jakarta, Arvan. Dia menilai memang masih banyak pengguna kendaraan metik yang memiliki cara berkendara seperti itu.
“Kalau pengguna kendaraan metik itu yang mereka tidak sadar adalah penggunaan rem dan gas itu bersamaan. Biasanya itu pengguna yang masih awam dengan motor metik,” jelas dia saat dihubungi ANTARA, Rabu.
Menurut dia, berkendara dengan cara seperti itu tidak hanya akan mengganggu pengguna motor yang berada di belakang, karena lampu rem dari kendaraan akan terus menyala.
Yang lebih parah dari cara berkendara seperti itu adalah akan membuat umur dari mangkok kopling akan menjadi cepat gosong dan berubah menjadi warna pelangi. Yang artinya, pemilik sudah harus untuk mengganti komponen itu secepatnya.
Jika memang harus dipaksakan untuk tidak diganti, permasalahan lain akan menunggu pemilik motor tersebut, seperti tarikan motor yang tidak responsif hingga mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk mengisi tangki bahan bakar dari motor itu lebih sering.
Arvan menyampaikan bahwa seluruh komunitas yang tergabung dalam HAI ini, tidak hanya harus piawai dalam berkendara namun juga harus aktif melakukan perbaikan kendaraan mereka.
Oleh karena itu, HAI Chapter DKI Jakarta memiliki program “Ngebengkel Bareng” yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali guna memastikan kendaraan para member dalam kondisi yang prima dan siap ketika harus diajak untuk melakukan perjalanan jauh (touring).