Sebagai contoh, mahasiswa program studi ekonomi bisa menyelesaikan kasus finansial di sebuah Bank Pembangunan Daerah (BPD) sehingga lebih menarik dan sesuai dengan kompetensinya dibandingkan hanya berbentuk skripsi.
Contoh lain, ketika sebuah perguruan tinggi lebih fokus pada output berbentuk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) maka mahasiswa bisa membuat sebuah produk konkret yang nantinya bisa disertai hak paten maupun hanya bersifat diterbitkan.
“Misal dia menguasai teknologinya untuk menyelesaikan masalah secara prosedural. Itu diwujudkan dalam apa? bisa skripsi, bisa proyek, bisa prototipe, bisa case suatu kasus,” kata Nizam.
Meski demikian, Nizam menuturkan penetapan standar kelulusan tetap akan diserahkan kepada masing-masing perguruan tinggi terutama terkait bebas atau tidaknya mahasiswa memilih bentuk tugas akhir.
“Selama ini kan one fit for all nah selanjutnya tidak harus seperti itu. Ini yang menurut saya tetap harus mengacu pada yang telah ditetapkan perguruan tinggi,” ujarnya.
Berita Terkait
Dekan: Belum ada laporan mahasiswa UIN Palembang plagiat skripsi
Jumat, 31 Mei 2024 16:18 Wib
Pilihan jalur skripsi dan nonskripsi sebagai karya ilmiah
Minggu, 10 September 2023 8:40 Wib
Pengamat: Skripsi dihapus sangat baik bagi perguruan tinggi-mahasiswa
Jumat, 1 September 2023 17:05 Wib
Arumi Bachsin akan bukukan karya ilmiah batik Trenggalek
Sabtu, 22 Juni 2019 18:49 Wib
Ratusan mahasiswa Unila minta keringanan UKT
Selasa, 18 Juli 2017 10:57 Wib
Aptikom: Mahasiswa Komputer tidak mesti buat skripsi
Minggu, 9 Juli 2017 20:53 Wib
Skripsi berlaku di Universitas Muhammadiyah Palembang
Sabtu, 6 Juni 2015 15:29 Wib
Unbara bantah penyebab kematian LA dipersulit skripsi
Jumat, 5 Desember 2014 20:28 Wib