Baik untuk dipetik
"Doraemon The Movie: Nobita's Sky Utopia" merupakan film seri ke-42 dari animasi Doraemon karya Fujiko F. Fujio. Film berdurasi 107 menit itu disutradarai Takumi Doyama berdasarkan skenario yang ditulis Ryota Furusawa.
Film diisi oleh sejumlah pengisi suara, seperti Wasabi Mizuta sebagai Doraemon, Megumi Ohara menjadi Nobita, hingga Yumi Kakazu untuk suara Shizuka. Juga, Subaru Kimura sebagai Giant, Tomokazu Seki pada sosok Suneo, hingga Ren Nagase untuk karakter Sonya si kucing hitam.
Doraemon, sinema anak-anak yang rutin tayang di televisi nasional Indonesia menggunakan dubber yang berkarakter dan familiar di telinga pemirsa tanah air. Sehingga ketika menonton versi The Movie dengan pengisi suara yang cenderung ringan (cempreng) membuat karakter para tokohnya jadi terasa asing.
Terlepas dari sedikit kekurangannya, sejumlah pelajaran baik layak dipetik dari film animasi populer asal negeri Sakura itu.
- Metode belajar. Mata pelajaran olahraga matematika yang ditampilkan dalam beberapa adegan dapat menginspirasi penerapan metode belajar yang mengasyikkan. Matematika yang umumnya dianggap momok oleh murid sekolah, diramu dalam aktivitas olah raga hingga menjadi permainan yang seru.
- Kekuatan persahabatan. Betapa jailnya Suneo, sikap keras kepala Shizuka, dan tindak “kriminal” Giant, serta payahnya Nobita, tetapi ketika dalam kondisi bahaya otomatis rasa kebersamaan mereka langsung terbentuk solid sehingga mampu lolos dari situasi sulit. Di hampir akhir cerita, Sonya pun memperoleh pelajaran tentang persahabatan itu dengan mengorbankan diri mengangkut tas sampah raksasa yang membara.
- Indahnya perbedaan. Segala yang diseragamkan secara paksa itu bukan hal yang sempurna. Manusia dicipta dengan karakter uniknya masing-masing, dari perbedaan itulah pergaulan sosial menjadi indah karena berwarna.
- Merdeka itu berharga. Menjadi manusia merdeka adalah hak yang paling asasi. Hati ibarat chip pada tubuh manusia, bila itu dicuri dan dikendalikan pihak lain, maka dia kehilangan sifat naturalnya sebagai manusia. Hidup tak ubahnya seperti robot belaka.
Sekembalinya dari negara Paradapia, Nobita menyadari betapa “payah” dirinya namun tidak perlu mengejar kesempurnaan untuk menjadi bahagia.
Bagaimana menjengkelkannya sikap orang-orang di sekitar, hanya perlu siasat untuk menyikapinya. Jangan pernah berharap mereka menjadi seperti yang kita inginkan. Karena di situlah letak seni membangun harmonisasi dalam pergaulan.
Petualangan bersama Doraemon ke Paradapia juga memberi pesan bahwa seindah apa pun negeri khayalan, masih lebih indah negeri sendiri yang kita huni. “Dunia sudah hebat apa adanya”!
Menyaksikan kesuksesan film Doraemon yang digemari pemirsa dari berbagai usia, rasanya jadi banyak berharap pada industri sinema tanah air, kapan kiranya akan menyajikan film animasi dalam negeri ke layar lebar di antara kesibukan memproduksi film horor.
Berita Terkait
Ini alasa Abun dan Callista gabung serial "Saudade"
Selasa, 17 Desember 2024 21:00 Wib
Ryu Seung-ryong hadir di penayangan "2nd Miracle In Cell No. 7"
Selasa, 17 Desember 2024 9:25 Wib
"Keajaiban Air Mata Wanita" siaptayang mulai 23 Januari 2025
Selasa, 17 Desember 2024 9:12 Wib
Vina Panduwinata senang terlibat di Swara Prambanan
Senin, 16 Desember 2024 19:10 Wib
MUBI angkat kisah perjuangan perempuan Indonesia di pameran "Herstory"
Rabu, 11 Desember 2024 14:34 Wib
Pentingnya penyensoran pada materi penyiaran
Senin, 9 Desember 2024 15:39 Wib