Luhut: Indonesia bisa capai "net zero emission"
Denpasar, Bali (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan Indonesia dapat mencapai target karbon netral atau net zero emission pada 2060 dengan potensi energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air sebesar 437 gigawatt (GW).
"Pak Darmawan (Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo) menyebutkan dan mengingatkan saya bahwa hingga 2060 potensi investasi energi terbarukan sekitar 700 miliar dolar AS. Jadi, ini kue besar. Makanya, saya sangat percaya diri bahwa Indonesia bisa mempercepat transisi energi karena begitu banyak potensi yang bisa kita lakukan di negara ini, jika kita kelola dengan baik," katanya dalam forum Bloomberg NEF (BNEF) Net Zero Summit di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (12/11/2022), sebagaimana dikutip dari keterangan yang diterima di Denpasar, Bali, Minggu.
Luhut menilai dengan besarnya potensi EBT sebesar 437 GW yang dimiliki Indonesia, pemerintah dan PT PLN (Persero) siap mengembangkan potensi energi bersih tersebut dan bisa menjadi peluang kerja sama bagi negara global untuk bersama menurunkan emisi karbon.
"Anda bisa melihat, Indonesia berkomitmen untuk net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Dan kembali, saya yakin kita bisa mewujudkan hal itu lebih cepat dengan teknologi dan teamwork yang ada," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menilai langkah transisi energi ini perlu dilakukan untuk bisa menjamin masa depan anak bangsa ke depan dan komitmen penuh PLN dalam transisi energi.
"Dalam hal ini, PLN memutuskan bahwa kita punya komitmen penuh untuk melakukan itu. Kita melakukan bukan hanya karena ada perjanjian internasional. Bukan hanya karena suatu kebijakan. Kita melakukan itu karena kita betul-betul peduli," katanya.
Selama ini, PLN melakukan berbagai upaya dalam agenda transisi energi yakni selain gencar membangun pembangkit berbasis EBT, PLN juga mendorong ekosistem kendaraan listrik sehingga bisa menurunkan angka ketergantungan energi fosil di tengah tantangan target net zero emission dan krisis energi.
"Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa dalam waktu dekat, energi bersih akan menjamin ketahanan dan keterjangkauan energi," kata dia.
Darmawan mengatakan dalam jangka pendek penggunaan gas alam merupakan salah satu strategi penting dalam transisi energi selain pada pengembangan EBT.
Sementara untuk jangka panjang, PLN fokus pada pengembangan energi terbarukan skala besar yang dikombinasikan dengan penyimpanan energi dan interkoneksi.
"Kita sudah berhasil menghapus 13 GW pembangkit listrik batu bara dalam fase perencanaan. Artinya apa, kita sudah bisa menghindari CO2 emisi sebesar 1,8 miliar ton selama 25 tahun," katanya.
Selain itu, PLN juga sudah mengubah perencanaan pembangunan pembangkit batu bara sebesar 1,1 GW itu menjadi berbasis energi bersih dan 880 MW pembangkit batu bara yang dikonversi menjadi berbasis gas.
"Kita juga menyusun RUPTL yang sangat agresif dalam menambahkan EBT sebesar 20,9 GW atau 51,6 persen penambahan pembangkit dari 2021-2030 itu berbasis EBT. Ini adalah RUPTL yang terhijau dalam sejarah PLN maupun dalam sejarah Indonesia," katanya.
Darmawan menambahkan pada tahun ini dari upaya tersebut PLN mampu menurunkan emisi hingga 35 juta ton. Namun, jika tidak ada upaya maksimal, emisi karbon bisa mencapai 240 juta ton.
"Ini penting sekali bagaimana semua ini bukan hanya dalam satu high level strategy, tapi bisa diterjemahkan menjadi operasional yang efektif di lapangan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu adanya inovasi teknologi, pembiayaan, dan kebijakan yang memungkinkan energi terbarukan dikembangkan secara besar-besaran.
PLN, lanjut Darmawan, telah mengembangkan peta jalan yang komprehensif untuk mencapai net zero emission pada 2060.
"PLN berkomitmen penuh terhadap emisi nol bersih. Di masa lalu, bisnis utama kami adalah menyediakan listrik bagi pelanggan, namun ke depan tugas utama PLN adalah menjaga lingkungan yang baik dan listrik menjadi salah satu produk bisnis perseroan," sebutnya.
"Pak Darmawan (Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo) menyebutkan dan mengingatkan saya bahwa hingga 2060 potensi investasi energi terbarukan sekitar 700 miliar dolar AS. Jadi, ini kue besar. Makanya, saya sangat percaya diri bahwa Indonesia bisa mempercepat transisi energi karena begitu banyak potensi yang bisa kita lakukan di negara ini, jika kita kelola dengan baik," katanya dalam forum Bloomberg NEF (BNEF) Net Zero Summit di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (12/11/2022), sebagaimana dikutip dari keterangan yang diterima di Denpasar, Bali, Minggu.
Luhut menilai dengan besarnya potensi EBT sebesar 437 GW yang dimiliki Indonesia, pemerintah dan PT PLN (Persero) siap mengembangkan potensi energi bersih tersebut dan bisa menjadi peluang kerja sama bagi negara global untuk bersama menurunkan emisi karbon.
"Anda bisa melihat, Indonesia berkomitmen untuk net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Dan kembali, saya yakin kita bisa mewujudkan hal itu lebih cepat dengan teknologi dan teamwork yang ada," tegasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menilai langkah transisi energi ini perlu dilakukan untuk bisa menjamin masa depan anak bangsa ke depan dan komitmen penuh PLN dalam transisi energi.
"Dalam hal ini, PLN memutuskan bahwa kita punya komitmen penuh untuk melakukan itu. Kita melakukan bukan hanya karena ada perjanjian internasional. Bukan hanya karena suatu kebijakan. Kita melakukan itu karena kita betul-betul peduli," katanya.
Selama ini, PLN melakukan berbagai upaya dalam agenda transisi energi yakni selain gencar membangun pembangkit berbasis EBT, PLN juga mendorong ekosistem kendaraan listrik sehingga bisa menurunkan angka ketergantungan energi fosil di tengah tantangan target net zero emission dan krisis energi.
"Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa dalam waktu dekat, energi bersih akan menjamin ketahanan dan keterjangkauan energi," kata dia.
Darmawan mengatakan dalam jangka pendek penggunaan gas alam merupakan salah satu strategi penting dalam transisi energi selain pada pengembangan EBT.
Sementara untuk jangka panjang, PLN fokus pada pengembangan energi terbarukan skala besar yang dikombinasikan dengan penyimpanan energi dan interkoneksi.
"Kita sudah berhasil menghapus 13 GW pembangkit listrik batu bara dalam fase perencanaan. Artinya apa, kita sudah bisa menghindari CO2 emisi sebesar 1,8 miliar ton selama 25 tahun," katanya.
Selain itu, PLN juga sudah mengubah perencanaan pembangunan pembangkit batu bara sebesar 1,1 GW itu menjadi berbasis energi bersih dan 880 MW pembangkit batu bara yang dikonversi menjadi berbasis gas.
"Kita juga menyusun RUPTL yang sangat agresif dalam menambahkan EBT sebesar 20,9 GW atau 51,6 persen penambahan pembangkit dari 2021-2030 itu berbasis EBT. Ini adalah RUPTL yang terhijau dalam sejarah PLN maupun dalam sejarah Indonesia," katanya.
Darmawan menambahkan pada tahun ini dari upaya tersebut PLN mampu menurunkan emisi hingga 35 juta ton. Namun, jika tidak ada upaya maksimal, emisi karbon bisa mencapai 240 juta ton.
"Ini penting sekali bagaimana semua ini bukan hanya dalam satu high level strategy, tapi bisa diterjemahkan menjadi operasional yang efektif di lapangan," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, perlu adanya inovasi teknologi, pembiayaan, dan kebijakan yang memungkinkan energi terbarukan dikembangkan secara besar-besaran.
PLN, lanjut Darmawan, telah mengembangkan peta jalan yang komprehensif untuk mencapai net zero emission pada 2060.
"PLN berkomitmen penuh terhadap emisi nol bersih. Di masa lalu, bisnis utama kami adalah menyediakan listrik bagi pelanggan, namun ke depan tugas utama PLN adalah menjaga lingkungan yang baik dan listrik menjadi salah satu produk bisnis perseroan," sebutnya.