Gorontalo (ANTARA) - Dua mantan pemburu satwa dari Gorontalo dan Sulawesi Utara yakni Ardin Mokodompit dan Basri Lamasese berbagi kisahnya dalam webinar Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 5 Juni.
Webinar hasil kolaborasi Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW), Perkumpulan Biodiversitas Gorontalo (BIOTA), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Gorontalo dan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) itu juga menghadirkan Kepala SPTN Wilayah II Doloduo TNBNW Agung Triono Hermawan, serta Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia.
Ardin mengungkapkan ia berburu sejak kecil dengan menggunakan ketapel untuk mengisi waktu, hingga mengikuti kompetisi berburu dengan senapan angin.
“Hasil buruan ini hanya untuk dikonsumsi. Dengan berburu ini saya mulai tahu nama lokal burung. Hingga akhirnya setelah dirangkul oleh TNBNW, saya mulai menyadari bahwa satwa ini terutama burung yang sering saya tembak harus dijaga dan bisa mendatangkan uang tanpa membunuhnya,” unkap Ardin, Minggu.
Ia kemudian mengganti senapannya dengan kamera dan mulai menyenangi fotografi burung, hingga berhasil mendokumentasikan dan mengidentifikasi sekitar 79 jenis burung di TNBNW.
Ardin saat ini menjadi anggota Masyarakat Mitra Polhut (MMP) TNBNW, serta pemandu wisata dalam kelompok ekowisata di Desa Tulabolo yang berbatasan dengan kawasan taman nasional tersebut.
Basri Lamasese juga mengungkapkan masa lalunya sebagai pemburu burung dengan menggunakan jerat, serta makan dan menjual telur burung Maleo (Macrocephalon maleo) di kawasan Batu Manangis Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
“Dari ayam hutan sampai burung maleo saya jual atau konsumsi. Titik balik saya ketika saya dan teman-teman akhirnya sadar berburu itu salah dan kami membentuk kelompok tani hutan tahun 2018. Saat itu kami membangun penetasan sederhana untuk burung Maleo. Ini dilakukan secara swadaya, dan berlangsung sampai saat ini,” ungkap petani aren tersebut.
Direktur KKHSG KLHK Indra Exploitasia mengapresiasi Ardin dan Basri karena menjadi contoh yang baik bagi masyarakat, serta mampu membuktikan bahwa berburu itu bukan matapencarian yang tepat.
“Indonesia punya 54 taman nasional, 500an kawasan konservasi, dan ada sekitar enam ribu desa di kawasan penyangga dan ini menjadi tantangan bagi kami untuk merangkul warga desa sebagai penyangga dan penjaga hutannya,” kata Indra.
Kepala SPTN Wilayah II Doloduo Agung Triono Hermawan mengungkapkan pihaknya harus menyusun strategi khusus dalam mengelola kawasan, misalnya dengan pengelolaan berbasis tapak di 10 resort.
“Kami juga melakukan anjangsana dan menciptakan simpul-simpul pengelolaan kolaborasi yang berprinsip harus saling menguntungkan. Kami mengajak masyarakat dalam kegiatan konservasi, tapi juga harus memberikan solusi bagi mereka, misalnya memulihkan kawasan dengan menanam sebagian area dengan tanaman buah yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” katanya.
Berita Terkait
Pertamina gulirkan Program Desa Energi Berdikari
Kamis, 5 Desember 2024 22:00 Wib
Pertamina kembangkan Program Kampung Iklim
Rabu, 27 November 2024 15:12 Wib
Pertamina kampanyekan gaya hidup berkelanjutan di ajang "Eco RunFest"
Senin, 25 November 2024 11:28 Wib
Kilang Plaju konsisten menerapkan budaya keselamatan dalam operasional di lingkungan kerja
Jumat, 22 November 2024 23:15 Wib
Kilang Plaju jalankan Program GHK untuk ciptakan lingkungan kerja nyaman
Senin, 18 November 2024 7:48 Wib
PGE Ogan Komering tanam 500 pohon di Hutan Kota Baturaja
Jumat, 15 November 2024 20:00 Wib
Perubahan iklim dan kerusakan alam mempengaruhi kesehatan reproduksi
Sabtu, 9 November 2024 15:32 Wib
Presiden Prabowo kumpulkan pejabat daerah buat bahas isu lingkungan
Minggu, 3 November 2024 19:54 Wib