Pengamat sebut pertemuan G20 harus memberi dampak positif bagi Indonesia

id G20 harus beri dampak positif bagi rakyat, Direktur Pascasarjana STIM Nitro Dr Rosnaini Daga, g20 momentum bangkitkan ek

Pengamat sebut pertemuan G20 harus memberi dampak positif bagi Indonesia

Direktur Pascasarjana STIM Nitro Makassar Dr Rosnaini Daga memaparkan sejumlah peluang kebangkitan ekonomi dalam momentum Presidensi G20 di Indonesia. ANTARA/Muh Hasanuddin

Makassar (ANTARA) - Pengamat Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Nitro Makassar Dr Rosnaini Daga mengatakan pelaksanaan Presidensi Group of Twenty (G20) yang akan dilaksanakan di Indonesia harus memberi dampak positif terhadap bangsa dan seluruh elemen rakyatnya.

"COVID-19 yang sejak 2020 itu telah membuat ekonomi bangsa-bangsa mengalami perlambatan dan bahkan kontraksi. Di tingkat masyarakat juga tidak sedikit pengusaha yang bangkrut karena tidak ada perputaran ekonomi," ujarnya di Makassar, Jumat.

Dr Rosnaini Daga yang juga Direktur Pascasarjana STIM Nitro Makassar itu mengatakan momen Presidensi G20 yang akan dilaksanakan di Bali pada November 2022 itu juga akan membahas beberapa rencana strategi.

Ia menyatakan, sesuai dengan tujuan didirikannya G20 pada 1999 atas inisiasi kelompok G7, forum multilateral ini dibentuk sebagai tanggapan atas beberapa krisis ekonomi dunia. Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral yang terlibat saat itu hanya fokus bagaimana mencari solusi untuk mengatasi krisis atau isu di seputar kebijakan fiskal dan moneter global.

Menurut dia, pandemi COVID-19 yang menyerang masyarakat dunia di hampir seluruh negara tentunya berpengaruh besar dalam pergerakan ekonomi global.

"Pertemuan G20 itu diharapkan mampu mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Sesuai dengan tujuan awal dibentuknya G20 itu," katanya.

Terkait dengan momentum Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), beberapa kebijakan dan kesepakatan diharapkan lahir dari pertemuan Presidensi G20 tersebut.

Menurut dia, badai krisis ekonomi yang oleh bangsa ini pernah beberapa kali terjadi dan pada 1998, krisis moneter mampu dilalui dengan adanya penguatan ekonomi di tingkat bawah.

Di zaman sekarang, kata dia, teknologi informasi (TI) sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat khususnya bagi para milenial atau generasi z.

"Kita bisa belajar saat krisis 98, negara dan rakyatnya mampu melewatinya dengan penguatan ekonomi di tingkat bawah. Apalagi di zaman sekarang yang dengan hanya satu sentuhan di perangkat smartphone kita, semua bisa dilakukan. Digitalisasi ekonomi sudah menjadi bagian dari kehidupan warga. Ini tentunya akan mempercepat pemulihan ekonomi kita," tuturnya.

Pada skala mikro, di lingkup kampusnya, beberapa mahasiswanya mampu mengadaptasi perubahan tersebut dan memaksimalkan teknologi informasi untuk meraup keuntungan besar dalam memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya.

Selain itu, inklusi dan literasi keuangan serta kebijakan dalam penguatan ekonomi masyarakat juga dibutuhkan untuk membawa perubahan dalam kemandirian ekonomi masyarakat.