Jakarta (ANTARA) - PT. Telkom Indonesia (Persero), BUMN penyedia layanan telekomunikasi, mengungkap tiga penyebab potensial putusnya Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Merauke-Timika hingga mengakibatkan sulitnya akses komunikasi di kawasan itu.
"Penyebab pertama itu kondisi geografis ya. Jadi kita memiliki SKKL di jalur gunung berapi bawah laut, nah itu juga yang kita hadapi di sekitar Papua," kata Direktur Network and IT Solution Telkom Indonesia Herlan Wijanarko dalam konferensi pers di Kementerian Kominfo, Selasa.
Herlan menyebutkan ketika aktivitas vulkanik bawah laut terjadi, ada kemungkinan besar kabel komunikasi itu terputus.
Selain aktivitas vulkanik, Herlan menyebutkan penyebab kedua yang mungkin membuat kabel fiber optik SKKL Merauke-Timika terputus adalah terjadinya longsor di bawah laut.
Ketika kondisi itu terjadi, maka ada kemungkinan kabel terhantam oleh longsoran dan mengakibatkan putus.
Penyebab potensial ketiga adalah aktivitas nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan membuat jaringan kabel tersangkut hingga terputus.
"Kalau kabel di laut dangkal, dengan adanya aktivitas nelayan memang kerap kali kabelnya itu tersangkut sama jangkar. Itu beberapa kemungkinan yang biasanya membuat kabel bawah laut terputus. Namun untuk yang kali penyebab putusnya kabel laut baru bisa ketahuan saat sudah diangkat ke permukaan," ujar Herlan.
Herlan merinci berdasarkan pengukuran Telkom Indonesia, kabel laut yang putus dalam rangkaian SKKL Merauke-Timika terjadi di kedalaman 60 meter.
Selain itu diperkirakan putusnya kabel berjarak sekitar 270 kilometer dari Merauke. Kondisi putusnya SKKL Merauke-Timika itu pun diharapkan dapat segera selesai sebelum akhir Mei 2022.
Sebelum putusnya SKKL Merauke- Timika, Telkom Indonesia juga baru menangani putusnya SKKL segmen Jakarta-Surabaya.
Pengerjaan SKKL Jakarta-Surabaya pun rampung pada 6 Mei 2022 dan kini sudah kembali beroperasi dengan normal.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G.Plate menegaskan Pemerintah Pusat dan operator penyedia jasa layanan telekomunikasi berkomitmen menjaga agar layanan komunikasi di Tanah Air bisa berjalan optimal.
Terutama untuk jaringan tulang punggung atau "backbone" dipastikan akan langsung ditangani dengan optimal jika ditemukan masalah dalam penggunaannya.
"Sesuai dengan letak geografis dan topografi Indonesia, pengadaan fiber optik untuk membangunnya saja bukan hal yang gampang. Pemeliharaannya pun demikian, bukan hal yang mudah dan hal yang gampang. Karenanya, perlu kesigapan dan kesiapan apabila terjadi gangguan- gangguan di jaringan tulang punggung," ujarnya.
Saat ini Telkom Indonesia bertanggung jawab mengelola 178.000 kilometer jaringan kabel fiber optik, dengan 24.000 kilometer- nya untuk domestik berada di bawah laut.
Pengadaan fiber optik ini pun berada dalam pengawasan penuh 24 jam untuk memastikan penyelenggaraan telekomunikasi di Tanah Air berjalan dengan lancar dan maksimal.
Berita Terkait
Jaringan Fiber Optik Biznet capai 100.000 kilometer pada 2024
Senin, 7 Oktober 2024 21:16 Wib
Gerak Cepat, Kominfo Muba Bersama Tim Telkomsel Lakukan Recovery Kabel Optik di Jembatan
Rabu, 14 Agustus 2024 12:11 Wib
Korban kabel optik gunakan lubang buatan dileher untuk bernafas
Rabu, 15 November 2023 16:06 Wib
Korban kabel optik jalani operasi pengangkatan pita suara
Kamis, 19 Oktober 2023 13:09 Wib
Telkom bangun jaringan fiber optik internet di Muba
Senin, 14 November 2022 17:40 Wib
Pemerintah mendukung swasta bangun jaringan fiber optik
Kamis, 5 Agustus 2021 16:11 Wib
Diskominfo OKU Timur sebar pemasangan 40 titik jaringan fiber optik
Selasa, 4 Mei 2021 17:30 Wib
Bangka Tengah pasang fiber optik sepanjang 24 kilometer
Kamis, 8 April 2021 12:45 Wib