Spirit Peringati Hari Satwa Sedunia

id hari satwa sedunia,kementan,KLHK,konservasi,Spirit penyelamatan peringati Hari Satwa,peringati Hari Satwa Sedunia,pering

Spirit Peringati Hari Satwa Sedunia

Salah satu satwa endemik Indonesia orang utan. (FOTO ANTARA/HO-https://www.menlhk.go.id)

Jakarta (ANTARA) - Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dalam media sosial melalui akun Facebook pada 4 Oktober lalu menuliskan tentang Peringatan Hari Hewan Sedunia.

Mengenai hewan, yang dikenal juga dengan satwa atau binatang, tulisan itu menukil: "Tahukah #KawanKeswan setiap tanggal 04 Oktober diperingati sebagai Hari Hewan Sedunia?

Peringatan Hari Hewan Sedunia diharapkan dapat memupuk kesadaran manusia untuk melindungi semua makhluk hidup termasuk hewan. Mereka tak dapat bicara. Mari suarakan haknya. Lindungi kesehatan dan kesejahteraannya. Selamat Hari Hewan Sedunia.Sedangkan di laman resminya http://keswan.ditjenpkh.pertanian.go.id/ Kementan menyatakan peringatan Hari Hewan Sedunia merupakan momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran hewan bagi manusia.

Sebagaimana rantai makanan diciptakan, maka hewan menjadi salah satu rantai pangan yang penting bagi manusia. Saat ini, tingginya populasi masyarakat dan perkembangan teknologi, telah menggeser habitat alami hewan, bahkan merusaknya. Pemanfaatan hewan secara masif sebagai bahan pangan, tanpa disadari telah banyak melanggar kesejahteraan hidup hewan.

Direktorat Kesehatan Hewan Kementan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap hewan di sekitar lingkungan, serta memerhatikan kesejahteraannya. Hal ini dapat dimulai dengan tindakan sederhana, seperti menanamkan rasa sayang hewan kepada anak-anak sejak dini.

Selain itu, masyarakat juga dapat meningkatkan kepedulian terhadap hewan, dengan cara menggunakan produk yang tidak menggunakan hewan coba atau ikut melestarikan habitat alami hewan dengan tidak mencemari lingkungan.

Mengenai Hari Satwa Sedunia sendiri, merujuk pada Perpustakaan Nasional dalam laman https://www.perpusnas.go.id, dideskripsikan bahwa "World Animal Day" dirayakan setiap tanggal 4 Oktober. Dipilihnya tanggal 4 Oktober sebagai World Animal Day karena hari itu merupakan hari besar Francis of Assisi, pencinta alam dan binatang.

Misi dari Hari Hewan Sedunia antara lain, menghargai semua jenis hewan, menghargai hubungan antara manusia dan hewan, mengetahui jenis cara binatang bermain dalam kehidupan, serta untuk mengetahui dan berterima kasih karena hewan telah memperkaya hidup manusia.
Salah satu satwa endemik Indonesia, satu ekor anak Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) kembali lahir secara alami di Barumun, Sumatera Utara. Berjenis kelamin betina, gajah ini dilahirkan di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), yang merupakan mitra Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara, KLHK, (29/07/2018). (FOTO ANTARA/HO-https://www.menlhk.go.id)


Satwa endemik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan satwa tertinggi di dunia karena di penjuru Nusantara ini punya keanekaragaman fauna (satwa) maupun fauna (flora) yang eksotik dan endemik.

Meski demikian, ancaman kepunahan sejumlah satwa endemik di Indonesia juga merupakan fakta tak terbantahkan.

Dalam banyak referensi, satwa endemik maknanya adalah spesies satwa alami yang mendiami suatu wilayah atau daerah tertentu yang menjadikan wilayah tersebut mempunyai ciri khas karena tidak ditemukan di daerah atau wilayah/negara lain.

Disebut endemik jika spesies tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat itu dan tidak ditemukan di wilayah lain.

Beberapa contoh di antaranya orang utan, baik di Sumatera dan Kalimantan, harimau sumatera, Anoa sebagai spesies alami di Sulawesi, dan itu tidak dimiliki oleh wilayah lainnya, serta beberapa satwa lainnya.

Kondisi keterancaman satwa liar Indonesia ini dikuatkan oleh laporan Badan Pusat Statistik (BPS).

Dalam laman gttps://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1297/sdgs_15/1, yang diakses pada Senin (11/10) 2021 diuraikan mengenai hal itu.

Disebutkan satwa terancam punah adalah yang terdaftar dalam Daftar Merah Spesies Terancam Badan Konservasi Dunia (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN) dalam kategori "rentan" (vulnerable), "terancam punah", yaitu, spesies yang menghadapi risiko kepunahan liar yang tinggi, sangat tinggi, atau sangat tinggi di alam liar dalam jangka menengah.

Jenis satwa terancam punah prioritas yang akan ditingkatkan populasinya saat ini terdiri dari 25 jenis satwa (Berdasarkan SK Direktur Jenderal KSDAE Nomor 180/IV-KKH/2015 tentang Penetapan 25 Satwa Terancam Punah Prioritas untuk Ditingkatkan Populasinya Sebesar 10 persen pada Tahun 2015-2019, yaitu: (1) Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae), (2), Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus), (3) Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), (4) Owa Jawa (Hylobates moloch), (5) Banteng (Bos javanicus).

Lalu, (6) Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), (7) Jalak Bali (Leucopsar rothchildi), (8) Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea), (9) Orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus), (10) Komodo (Varanus komodoensis), (11) Bekantan (Nasalis larvatus), (12) Anoa (Bubalus depressicornis and Bubalus quarlesi), (13) Babirusa (Babyrousa babyrussa), (14) Maleo (Macrocephalon maleo), (15) Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas).

Kemudian, (16) Rusa Bawean (Axis kuhlii), (17) Cenderawasih (Macgregoria pulchra, Paradisaea raggiana, Paradisaea apoda, Cicinnurus regius, Seleucidis melanoleuca, Paradisaea rubra), (18) Surili (Presbytis fredericae, Presbytis comata), (19) Tarsius (Tarsius fuscus), (20) Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra, Macaca maura), (21) Julang sumba (Rhyticeros everetii), (22) Nuri kepala hitam (Lorius domicella, Lorius lory), (23) Penyu (Chelonia mydas, Eretmochelys imbricata), (24) Kanguru pohon (Dendrolagus mbaiso), (25) Celepuk Rinjani (Otus jolanodea).

Selain satwa dari kehutanan, untuk satwa laut dan perairan darat, LIPI memberikan rekomendasi terkait 308 spesies (7 taksa) terancam punah prioritas perlindungan ditambah 35 spesies mamalia laut.

BPS menyatakan tidak semua memiliki data "time series status" populasi masing-masing spesies tersebut.

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKHL KKP) Tahun 2020-2024 memiliki spesies prioritas untuk diintervensi pengelolaannya.

Intervensi pengelolaan berupa perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan 2015-2019 adalah Terubuk, Labi-labi, Arwana -- dengan pengawasan peredaran oleh karantina -- dan Sidat.
 
Ada peningkatan

Namun, dalam pernyataan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, populasi satwa liar prioritas di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, jumlahnya mengalami peningkatan

Melalui pernyataan pers Humas KLHK pada 13 Mei 2019, ia menyatakan populasi satwa liar prioritas ini tersebar di berbagai kawasan konservasi dan juga kawasan hutan serta di luarnya.

Pada beberapa "site monitoring" terlihat ada peningkatan, seperti Jalak Bali di Taman Nasional (TN) Bali Barat, dari 31 ekor (2015) menjadi 191 ekor di 2019.

Dalam kurun waktu yang sama, Badak Jawa di TN Ujung Kulon, naik dari 63 ekor menjadi 68 ekor.

Sedangkan Owa Jawa dari 546 ekor menjadi 1.107 ekor. Gajah Sumatera dari 611 ekor menjadi 693 ekor. Harimau Sumatera dari 180 ekor menjadi 220 ekor, dan Elang Jawa dari 91 ekor ke 113 ekor.

Peningkatan jumlah populasi satwa liar prioritas ini disebutnya tidak terlepas dari peran media serta masyarakat yang ikut terlibat aktif dalam semangat konservasi.

Karena itu pihaknya selalu membuka diri pada pihak-pihak yang ingin memberi informasi terkait konservasi.

Meski masih banyak tantangan, kata dia, peningkatan jumlah populasi satwa liar yang dilindungi ini menunjukkan bahwa kerja konservasi pada pemerintahan menunjukkan hasil yang positif.

Pada akhirnya, dari data yang ada, di mana satwa liar endemik Indonesia masih dalam posisi rentan dan bahkan kritis menghadapi ancaman kepunahan, momentum Hari Satwa Sedunia menjadi pengingat aspek konservasi dan penyelamatan adalah keniscayaan yang perlu terus dibangun terus menerus.