Novel "Pocinta" peroleh apresiasi dari dalam dan luar negeri

id novel,pocinta,sastra,sastrawan tegal,akhmad sekhu,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, info sumsel

Novel "Pocinta" peroleh apresiasi dari dalam dan  luar negeri

Sastrawan Tegal Akhmad Sekhu dengan novel terbarunya Pocinta (Antara/Dokumen pribadi)

Jakarta (ANTARA) - Novel "Pocinta" yang mengangkat tradisi dan budaya Kota Tegal memperoleh apresiasi dari sejumlah kalangan dari dalam dan luar negeri salah satunya Konsul Jenderal RI di New York Arifin Saiman.

Penulis "Pocinta" Akhmad Sekhu menuturkan Konjen RI New York, Arifi Saiman, memberi apresiasi dirinya dengan memegang novel "Pocinta" di depan Patung Liberty, Amerika.

"Saya penulisnya masih di Tugu Pancoran, Jakarta Selatan, tapi karya saya sudah sampai di Patung Liberty, Amerika, “ ujarnya di Jakarta, Selasa.

Menurut sastrawan kelahiran desa Jatibogor, Suradadi, Tegal itu novel "Pocinta" rencananya akan dibicarakan di acara VideoRadio Salt NPeper yang jaringannya berbagai kedutaan RI di seluruh dunia.

“Apresiasi seperti ini membesarkan hati saya untuk tetap semangat berkarya, “ ujar penulis yang telah melahirkan tiga karya novel yang kesemuanya mengangkat kehidupan masyarakat Kota Bahari itu. Dua novel sebelumnya yakni "Jejak Gelisah" dan "Chemistry".

Apresiasi dari dalam negeri terhadap novel "Pocinta" antara lain diungkapkan artis film dan teater Happy Salma, aktris senior Christine Hakim, Yessy Gusman, juga sejumlah sastrawan seperti Gola Gong, Eka Budianta, Hasan Aspahani dan Jose Rizal Manua.

"Ada juga Naratama, Produser dan Sutradara Program Televisi New York.Saya bersyukur novel 'Pocinta' diapresiasi berbagai kalangan dari dalam dan luar negeri," tutur Akhmad Sekhu yang sehari-hari sebagai jurnalis itu.

Novel "Pocinta" berkisah tentang persahabatan tiga orang dari sejak kecil ketika mereka masih di desa di Kabupaten Tegal hingga dewasa dan merantau ke Ibu Kota. Ketiganya yakni seorang perempuan bernama Legia, Pay yang adalah Sobat Ambyar, komunitas pencinta lagu-lagu Didi Kempot serta Kwon yang menggemari K-Pop.

Salah satu budaya yang diangkat dalam novel setebal 500 halaman lebih itu yakni "moci", sebuah tradisi minum teh poci di daerah Tegal, yakni menikmati teh hangat dengan menggunakan poci atau teko terbuat dari tanah.

"Pocinta adalah dunia penuh warna melebihi pelangi yang sukses membuat saya terasa 'moci' minum teh wangi duduk di antara Legia, Pahing dan Kliwon," ujar novelis dan writerpreneur Kirana Kejora dalam testimoninya.