Menpora: Indonesia kurang serius garap Sport Tourism
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menilai Indonesia kurang serius dalam menggarap wisata olahraga (Sport Tourism) padahal potensi alam yang dipadukan dengan aspek olahraga berlimpah di setiap penjuru negeri.
"Khusus untuk olahraga petualangan dan alam kita sangat menjadi dambaan bagi para penggemar olahraga petualangan dan tantangan. Tetapi memang kita belum menggarap itu dan kita harus garap dengan serius ke depannya," ujar Menpora saat menjadi pembicara dalam Webinar yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Berbeda dengan Thailand, mereka sudah memanfaatkan wisata olahraga sebagai salah satu penyumbang devisa negara. Begitu pula dengan Filipina yang memanfaatkan momentum SEA Games 2019 sebagai langkah awal memajukan olahraga pariwisata di negaranya.
Sementara Indonesia, kata dia, belum terlalu memaksimalkan potensi ini yang notabene secara geografis memiliki kekayaan alam beragam dan bisa dimaksimalkan dalam menggelar event olahraga pariwisata.
"Memang kami mendorong supaya Sport Tourism menjadi tema yang harus kita gaungkan terus-menerus dan memang sekarang ini belum (dilakukan)," katanya.
Di satu sisi, saat menyambut normal baru yang kemudian direvisi menjadi adaptasi kebiasaan baru (AKB), wisata olahraga bakal menjadi sektor unggulan untuk memulihkan perekonomian.
Olahraga seperti sepeda, panjat tebing, jetski, selancar, hingga lari lintas alam, bisa menjadi pilihan apalagi secara kontak fisik tidak melibatkan begitu banyak orang. Meski begitu, protokol kesehatan tetap harus menjadi perhatian.
"Tentu ada penyesuaian baik itu pra, saat pelaksanan, dan pasca, supaya tempat pelaksanaan kegiatan tidak menjadi klaster baru pandemi corona. Kuncinya disiplin menerapkan protokol kesehatan agar tidak menjadi klaster baru," kata dia.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenkomarves Kosmas Harefa memprediksi wisata olahraga bakal menjadi tujuan wisata di tengah pandemi.
Ia mengatakan masyarakat akan menghindari berwisata ke tempat-tempat yang penuh dengan kerumuman, serta mengalihkannya ke destinasi alam yang cenderung minim kontak fisik.
Maka dari itu dalam upaya pemulihan ekonomi imbas COVID-19 ini, kementerian tersebut mendorong agar semua pihak yang terlibat bisa melahirkan terobosan melalui saluran wisata olahraga.
"Oleh sebab itu akan menjadi pilihan bagi mereka yang melakukan aktivitas pariwisata adalah pariwisata yang memang jauh dari kewajiban untuk bertemu orang secara masif dan bakal memilih berdekatan dengan alam," kata dia.
"Kita mendorong berbagai terobosan-terobosan dalam rangka melahirkan kebijakan yang kondusif. Karena kita ketahui bahwa tren saat ini dalam mendukung kepariwisataan, kita masih mengandalkan pariwisata kuantitatif. Kita sekarang mulai berpikir ke kualitas," kata dia menambahkan.
"Khusus untuk olahraga petualangan dan alam kita sangat menjadi dambaan bagi para penggemar olahraga petualangan dan tantangan. Tetapi memang kita belum menggarap itu dan kita harus garap dengan serius ke depannya," ujar Menpora saat menjadi pembicara dalam Webinar yang dipantau dari Jakarta, Rabu.
Berbeda dengan Thailand, mereka sudah memanfaatkan wisata olahraga sebagai salah satu penyumbang devisa negara. Begitu pula dengan Filipina yang memanfaatkan momentum SEA Games 2019 sebagai langkah awal memajukan olahraga pariwisata di negaranya.
Sementara Indonesia, kata dia, belum terlalu memaksimalkan potensi ini yang notabene secara geografis memiliki kekayaan alam beragam dan bisa dimaksimalkan dalam menggelar event olahraga pariwisata.
"Memang kami mendorong supaya Sport Tourism menjadi tema yang harus kita gaungkan terus-menerus dan memang sekarang ini belum (dilakukan)," katanya.
Di satu sisi, saat menyambut normal baru yang kemudian direvisi menjadi adaptasi kebiasaan baru (AKB), wisata olahraga bakal menjadi sektor unggulan untuk memulihkan perekonomian.
Olahraga seperti sepeda, panjat tebing, jetski, selancar, hingga lari lintas alam, bisa menjadi pilihan apalagi secara kontak fisik tidak melibatkan begitu banyak orang. Meski begitu, protokol kesehatan tetap harus menjadi perhatian.
"Tentu ada penyesuaian baik itu pra, saat pelaksanan, dan pasca, supaya tempat pelaksanaan kegiatan tidak menjadi klaster baru pandemi corona. Kuncinya disiplin menerapkan protokol kesehatan agar tidak menjadi klaster baru," kata dia.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kemenkomarves Kosmas Harefa memprediksi wisata olahraga bakal menjadi tujuan wisata di tengah pandemi.
Ia mengatakan masyarakat akan menghindari berwisata ke tempat-tempat yang penuh dengan kerumuman, serta mengalihkannya ke destinasi alam yang cenderung minim kontak fisik.
Maka dari itu dalam upaya pemulihan ekonomi imbas COVID-19 ini, kementerian tersebut mendorong agar semua pihak yang terlibat bisa melahirkan terobosan melalui saluran wisata olahraga.
"Oleh sebab itu akan menjadi pilihan bagi mereka yang melakukan aktivitas pariwisata adalah pariwisata yang memang jauh dari kewajiban untuk bertemu orang secara masif dan bakal memilih berdekatan dengan alam," kata dia.
"Kita mendorong berbagai terobosan-terobosan dalam rangka melahirkan kebijakan yang kondusif. Karena kita ketahui bahwa tren saat ini dalam mendukung kepariwisataan, kita masih mengandalkan pariwisata kuantitatif. Kita sekarang mulai berpikir ke kualitas," kata dia menambahkan.