Siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis

id kemampuan nonteknis siswa, kemampuan soft skill siswa Indonesia lemah,kemampuan nonteknis siswa Indonesia lemah

Siswa Indonesia lemah dalam  kemampuan nonteknis

Konferensi pers UniSadhuGuna di Jakarta, Kamis (dok pri)

Jakarta (ANTARA) - Direktur UniSadhuGuna Reza Suriansha mengatakan sebagian besar siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis atau soft skill seperti presentasi maupun manajemen waktu.

"Sebagian besar siswa Indonesia lemah dalam kemampuan nonteknis seperti presentasi. Ide bagus sekalipun akan percuma jika tidak bisa mempresentasikannya," ujar Reza di Jakarta, Ahad.

Dia menambahkan kelemahan akan kemampuan nonteknis tersebut, membuat siswa kesulitan untuk berkompetisi. Misalnya, untuk perekrutan tenaga kerja yang mana secara kemampuan teknis mumpuni tapi kemampuan nonteknis kurang sehingga tidak jadi direkrut.



Lemahnya kemampuan nonteknis itu pula, yang membuat siswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri mengalami hambatan pada tahun-tahun awal kuliah.

Untuk itu, dia berharap kemampuan nonteknis tersebut dapat diajarkan di sekolah yang ada di Tanah Air.

Presiden Direktur dari Lembaga Pendidikan UniSadhuGuna, Adhirama Gumay, mengatakan saat ini memiliki total populasi sekitar 260 juta jiwa. Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan pertumbuhan populasi terbesar pada kelompok usia 12 hingga 18 tahun.

"Usia ini merupakan usia yang membutuhkan pondasi pendidikan yang mumpuni untuk mendapatkan kesempatan belajar di universitas di dalam atau luar negeri," kata Adhirama.

Adhirama menambahkan lembaga pendidikan memiliki tantangan untuk membekali siswa kemampuan nonteknis seperti keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan akuntabilitas, serta inovasi.

Untuk membantu siswa yang ingin melanjutkan ke luar negeri, pihaknya memberikan solusi kepada orang tua dan siswa mulai dari persiapan dini yang mencakup bahasa, keterampilan hingga pembekalan akademik yang mana siswa mendapatkan pondasi yang matang apabila melanjutkan tingkat kesarjanaan.

"Hal ini akan efektif apabila pembekalan sudah dimulai dari jenjang SMP," kata Adhirama.*