Milenial OKI buat kerajinan berbahan purun

id karhutla,kebakaran hutan,gambut,purun,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, palembang hari ini

Milenial OKI buat kerajinan berbahan purun

Pemuda asal Kabupaten Ogan Komering Ilir membuat beragam kerajinan berbahan daun purun. (ANTARA/HO/19)

Palembang (ANTARA) - Sejumlah pemuda asal Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, membuat beragam kerajinan berbahan dasar daun purun, sekaligus mendukung program pelestarian lahan gambut.

Iqbal bersama enam rekannya dari Desa Menang Raya membuat beragam kerajinan berbahan daun purun seperti tas, tempat tisu, sandal, hingga rompi.

“Tas ini kami kirim ke Palembang, harganya Rp150.000 per buah. Kami juga sudah ada langganan yang setiap akhir pekan ambil barang ke kami,” kata Iqbal di Kayuagung, Senin.

Purun merupakan jenis tumbuhan rawa yang banyak tumbuh di lahan gambut sekitar Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI.

Proses pembuatan kerajinan tangan ini, menurut Iqbal, tidak mudah karena daun purun harus dijemur selama tiga hari. Kemudian, daun dilemaskan menggunakan mesin sebelum dianyam sesuai jenis pesanan.

“Tanpa kreativitas purun yang dianyam akan lebih rendah nilainya bila dibandingkan dengan purun yang diwarnai diolah menjadi produk siap pakai,” kata dia.

Iqbal mengatakan kalangan milenial di desanya tergugah untuk memunculkan olahan daun purun ini karena mendapati kenyataan terpuruknya olahan purun oleh gempuran produk berbahan sintesis maupun plastik.

Kepala Desa Menang Raya Suparedi mengaku bersyukur dengan keterlibatan milenial di desanya dalam membina perajin tikar untuk menyelamatkan gambut.

“Di bawah arahan Tim Restorasi Gambut (TRG) Sumsel, akhirnya lahir produk-produk olahan kain purun yang beragam," kata dia.

Dukungan masyarakat dalam mewujudkan restorasi gambut, menurut dia, sangat penting. Namun masyarakat juga butuh jaminan sosial, ekonomi, dan budaya guna mendukung upaya tersebut.

Selama puluhan tahun, masyarakat di Pedamaran telah mengembangkan usaha kerajinan purun. Hanya saja, sumber ekonomi yang arif dengan lingkungan tersebut mulai ditinggalkan masyarakat karena hasilnya tidak memuaskan.

“Masyarakat banyak beralih mata pencaharian karena purun tidak lagi menjanjikan. Dengan pembinaan ini warga antusias kembali” ujar dia.

Selain mengolah purun, warga juga akan mengolah eceng gondok. Dalam waktu dekat, anak-anak muda di desa tersebut akan dikirim ke Yogyakarta untuk dilatih membuat kerajinan tangan.