Desa Upang Ceria andalkan peninggalan Sriwijaya untuk kembangkan wisata

id desa upang ceria,peninggalan sriwijaya,kerajaan sriwijaya

Desa Upang Ceria andalkan peninggalan Sriwijaya untuk kembangkan wisata

Aktivitas pengrajin kain songket di Desa Upang Ceria, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. (Instagram Desa Upang Ceria)

Palembang (ANTARA) - Desa Upang Ceria di Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, memanfaatkan sejarah dan peninggalan Kerajaan Sriwijaya untuk mengembangkan pariwisata.

Kepala Desa Upang Ceria Abdul Hamid di Palembang, Sabtu, menuturkan bahwa menurut para arkeolog nama Desa Upang ada di Prasasti Kedukan Bukit, disebut sebagai desa tempat perhentian pasukan Dapunta Hyang dan 20.000 tentaranya sebelum masuk ke Palembang.

"Di desa kami masih ada benda-benda kuno yang dirawat dan dijaga warga setempat, kami meyakini itu peninggalan Kerajaan Sriwijaya," katanya. 

Desa Upang Ceria, yang berada sekitar 50 kilometer di sebelah timur Kota Palembang, bisa dijangkau menggunakan perahu ketek atau perahu cepat dalam waktu 60 menit.

Desa seluas 2.156 hektare yang dihuni oleh 2.493 warga itu diyakini pernah menjadi permukiman warga Kerajaan Sriwijaya.

"Kami ingin mengembangkan konsep pemukiman seperti Kerajaan Sriwijaya yang menggunakan bahan-bahan alami berupa kayu dan daun nipah, tetapi semua konsep masih harus kami diskusikan dengan para peneliti serta arkeolog agar tidak salah tafsir," kata Abdul.

"Kami akan siapkan rumah tinggal di desa untuk pelancong, sebab kemungkinan besar para pelancong harus menginap jika melihat faktor geografis dan supaya pelancong juga benar-benar merasakan pengalaman mengesankan selama berkunjung," ia menambahkan.

Aparat Desa Upang Ceria mempelajari jejak sejarah Kerajaan Sriwijaya di wilayahnya sembari mencari akses permodalan untuk mengembangkan pariwisata dalam upaya menjadikan wilayahnya sebagai salah satu destinasi wisata sejarah pada 2020.

Promosi wisata desa melalui sosial media juga sudah mulai dilakukan oleh para pemuda desa. Sementara warga desa sebagian sudah memproduksi kain songket dan kerajinan lain untuk mendukung industri pariwisata.