Asian Games - Pusat penyembuhan andalan di Jakabaring

id Poliklinik,Asian games 2018,Jsc,Jakabaring,Medis

Asian Games - Pusat penyembuhan andalan di Jakabaring

Siloam Emergency Clinic di komplek Lippo Plaza Jakabaring Palembang, Rabu (11/7/18) (ANTARA News Sumsel/Aziz Munajar/Erwin Matondang/18) (ANTARA News Sumsel/Aziz Munajar/Erwin Matondang/18/)

Palembang (ANTARA News Sumsel) - Di Polyclinic Medical Center Jakabaring Sport City (PMC JSC), ada paling tidak 100 tenaga kesehatan yang siap melayani atlet, ofisial, maupun pengunjung yang membutuhkan pelayanan medis.

Menurut dr Irfanuddin, salah seorang penanggung jawab PMC JSC, setidaknya ada 90 staf medis, 12 dokter umum, dan 16 dokter spesialis yang siap melayani di poliklinik mandiri itu.
 
Dokter spesialis yang bertugas di sana antara lain meliputi dokter spesialis penyakit dalam, ortopedi, anestesi, mata, gigi, hingga kedokteran olahraga.

Mereka siaga membantu menangani gangguan kesehatan atau luka yang dialami atlet sebelum, pada saat, dan sesudah pertandingan.

Meski didedikasikan untuk atlet, PMC juga membuka pintu pelayanan untuk para pengunjung maupun relawan Asian Games, kata Irfan, dokter yang berdinas di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

PMC Jakabaring memiliki ruang pemeriksaan mata, ruang observasi dan stabilisasi, sauna dan jacuzi yang dibuka 24 jam.

Fasilitas kesehatan itu juga dilengkapi dengan peralatan medis seperti perangkat radiologi, ultrasound, fisioterapi, dan alat pacu jantung.


Menangani dan merujuk

PMC selain menangani langsung pasien yang datang juga merujuk pasien yang membutuhkan penanganan tingkat lanjut ke rumah sakit.

"Kita tangani dulu secara optimal di sini, namun ada juga yang perlu dirujuk ke RS. Itu biasanya kasus-kasus yang perlu penanganan invasif yang lebih mendalam dan canggih. Kalau alat-alat di sini tidak bisa menangani, kami rujuk ke RS," kata Irfan menerangkan.

Untuk mendukung mobilisasi pasien dari lokasi arena ke PMC atau dari PMC ke rumah sakit rujukan, paling tidak ada 30 unit ambulans yang tersedia.

Di setiap arena ada dua ambulans yang siaga, satu khusus untuk atlet dan satu untuk pasien dari kalangan penonton atau pengunjung.

Sementara di PMC ada tiga ambulans, yang akan digeser untuk menggantikan ambulans di arena yang sedang membawa pasien ke PMC.

Dalam operasionalnya, PMC Jakabaring bekerja sama dengan empat rumah sakit terbaik di Palembang, yaitu RS Bari, RS Charitas, RS Siti Khodijah, dan RS Muhammad Hoesin yang sudah mengantongi akreditasi Joint Commission International (JCI), organisasi nirlaba berbasis di Amerika Serikat yang mengakreditasi organisasi dan program perawatan kesehatan.

"Ada juga bantuan teknis dan tenaga dari Dinas Kesehatan Kota Palembang dan kabupaten sekitar. Rasanya tidak perlu lah bantuan dari Jakarta, karena sudah sangat lengkap," tutur Irfan, lalu tertawa.


Statistik Kasus

PMC Jakabaring mencatat perubahan pola keluhan pasien dari kalangan atet dan ofisial yang ditangani sejak awal hingga pertengahan pelaksanaan Asian Games di Palembang.

Pada tahap awal, kebanyakan atlet atau ofisial datang dengan keluhan kelelahan, flu, hingga radang tenggorokan, gejala yang biasa muncul saat kebugaran tubuh menurun.

Lalu pada masa pertandingan muncul beberapa kasus cedera tulang bagian belakang, persendian, dan otot yang kebanyakan dapat ditangani langsung oleh tim medis di PMC. Jumlah kasus cedera yang membutuhkan rujukan ke rumah sakit bisa dihitung dengan jari.

Pada tahap selanjutnya, muncul pula keluhan pada pranata pencernaan dari para atlet dan ofisial.

"Sebetulnya di ruang makan penginapan atlet pilihan menunya banyak, tapi ada yang mengalami gangguan pencernaan. Pas saya tanya karena habis jajan panganan lokal, mungkin cuko (kuah pempek) ya. Perut mereka tidak cocok," tutur Irfan.

Jumlah pasien dari masing-masing cabang olahraga yang ditandingkan di Palembang di fasilitas kesehatan itu relatif merata. Namun kalau dilihat berdasarkan negara, pasien dari India dan Indonesia mayoritasnya.

Irfan juga mengatakan bahwa secara statistik penanganan medis yang terbanyak justru tidak diberikan kepada atlet atau ofisial, melainkan relawan atau panitia Asian Games dan pengunjung.

Hal itu wajar terjadi mengingat tidak sedikit anggota panitia, relawan, dan tenaga pendukung Asian Games yang harus bekerja 24 jam, atau bekerja melebih batas stamina mereka.