Menggenggam momentum Asian Games

id batu bara,Sumber Daya Alam,gas alam,industri hilirisasi,kawasan ekonomi khusus,asian games,KEK TAA,berita palembang,berita sumsel

Menggenggam momentum Asian Games

Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka. (Antarasumsel.com/Nova Wahyudi/dol)

....Jika KEK TAA ini benar-benar beroperasi maka Sumsel tidak akan terkejar lagi oleh daerah lain....
Palembang (Antaranews Sumsel) - Sumatera Selatan diberikan limpahan Sumber Daya Alam yang beragam mulai dari mineral batu bara, minyak bumi, dan gas alam, hingga hasil perkebunan seperti getah karet dan minyak sawit mentah.

Namun disayangkan, SDA yang berlimpah itu langsung diekspor dalam bentuk bahan mentah karena ketidakmampuan daerah menciptakan industri hilirisasi.

Sebenarnya, banyak investor asing yang tertarik mengolah SDA Sumsel itu tapi kelemahan di bidang infrastruktur membuat para pemodal asing mengurungkan niatnya.

Persoalan akut itu diharapkan dapat terselesaikan dengan hadirnya Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api plus pelabuhan lautnya di Tanjung Carat, Banyuasin, Sumatera Selatan.

Dewan Nasional KEK manargetkan KEK TAA pada Juni 2018 sudah mengoperasikan kantor administrasi pelayanan perizinan satu pintu bagi calon investor.

Direktur Utama PT Sriwijaya Mandiri Sumsel selaku pengelola KEK TAA I Gede Bagus Surya Negara di Palembang mengatakan, dirinya menjamin pada Maret 2018 sudah ada kegiatan administrsi di KEK TAA untuk mendukung program pelayanan satu pintu dengan target proses perizinan hanya tiga jam saja.

Menurutnya, hal ini sesuai dengan arahan Dewan Nasional KEK yang diketuai Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution meminta Sumsel segera membangun fasilitas infastruktur KEK di atas lahan yang sudah dibebaskan seluas 66,13 hektere.

"Presiden meminta KEK sudah jalan meski pembebasan lahan tahap satu baru tercapai 66,13 hektare dari total target 217 hektare," kata Surya yang sekaligus menjabat sebagai staf ahli Gubernur Sumsel ini.

Untuk itu, pada September hingga Juni 2017, Sumsel telah melakukan pematangan lahan untuk dijadikan lokasi kantor administrasi KEK dan sejumlah gedung pendukung lainnya.

"Harapannya, setelah diresmikan Presiden pada Juni 2018, sudah ada kegiatan reklamasi besar-besaran yakni penimbunan yang mengambil pasirnya dari laut mengggunakan kapal berkapasitas besar. Kurang lebih dibutuhkan waktu 1,5 tahun," ujar dia.

Dua lokasi reklamasi itu yakni di kawasan Tanjung Carat seluas 2.202 hektare dan kawasan Tanjung Api-Api seluas 2.030 hektare yang akan diproyeksikan menjadi pelabuhan dan kawasan industri.


Aktivitas di Pelabuhan Penyeberangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api Api Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Antarasumsel.com/ Evan Ervani)

Kawasan Tanjung Carat sebagai penunjang KEK TAA akan dihubungkan oleh kawasan hutan lindung pinjam pakai yang saat ini sedang diurus perizinannya.

Ia mengatakan pembangunan KEK TAA ini dipastikan akan terus berjalan karena pemerintah telah mendapatkan jaminan investasi kalangan swasta bidang usaha petrokimia, refenery, dan lainnya.

Sebanyak enam investor telah membuat MoU dengan Pemprov Sumsel di antaranya, PT Indorama, PT Pelindo, PT Pusri, PT Bank Sumsel Babel, dan PT Sriwijaya Tanjung Carat.

"Untuk tahap awal investor yang diperkirakan akan mengawalinya yakni perusahaan air minum lokal, pengolahan petrokimia PT Indorama, dan sejumlah perusahaan pengolahan minyak sawit dan karet," kata Surya.

                                Asian Games
Bukan hanya realisasi KEK TAA yang saat ini menjadi perhatian, tapi juga peran Sumsel menjadi tuan rumah ajang multievent olahraga bergengsi 45 negara Asia, Asian Games XVIII tahun 2018.

Sejumlah proyek infrastruktur penunjang Asian Games gencar dibangun sejak 2015, di antaranya jalur kereta api dalam kota Light Rail Transit sejauh 22,4 km dari Bandara SMB II ke Jakabaring Sport City, jalan Tol Palembang-Inderalaya 19,5 km, Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI, perluasan bandara, rumah sakit internasional, penambahan gardu induk dan jalur pipa gas dalam kota.

Lantas bagaimana kaitan antara Asian Games dan TAA, Gubernur Sumsel Alex Noedin memiliki jawabannya. "TAA ini adalah mesin ekonomi Sumsel di masa datang, sementara Asian Games ini hanya penggerak awalnya saja," kata Alex.

Menurut Alex, banyak pihak yang tidak mengerti mengenai arah kebijakan ekonominya itu dalam membangun Sumsel sehingga seolah-olah Asian Games ini menjadi tuan akhir.


Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin memberikan penjelasan tentang Asian Games pada ratusan pelajar di Aula Griya Agung Palembang, . (ANTARA Sumsel/Feny Selly/Ang/17)

Ia yang berbicara dalam acara paparan Kinerja Sumsel 2017 di Griya Agung, Rabu (27/12), mengatakan Asian Games ini merupakan tujuan antara semata karena bagaimana mungkin mendatangkan investor jika daerah sendiri belum dikenal secara internasional.

Kemudian, yang patut dicermati, bagaimana pula mendatangkan investor jika infrastruktur belum mendukung untuk terbangunnya suatu industri yang berdaya saing.

"Bagaimana Sumsel punya LRT, jalan tol, Jembatan Musi IV, Jembatan Musi VI jika hanya mengandalkan APBD yang hanya Rp7,8 triliun setiap tahun. Caranya dengan menjadi tuan rumah Asian Games, saat ini saja sudah Rp68 triliun dana APBN masuk ke Sumsel," kata dia.

Tak hanya itu, dengan menjadi tuan rumah Asian Games, ini menjadi sinyal positif bagi investor bahwa Sumsel merupakan daerah yang kondusif untuk menanamkan modal.

Namun, Alex menggarisbawahi bahwa ketika dua hal ini sudah terpenuhi yakni dikenal investor dan didukung infrastruktur maka tak ada cara lain selain menghidupkan mesin ekonomi Sumsel sebenarnya yakni KEK TAA.

"Okelah investor ke Sumsel karena Asian Games, tapi sejatinya mereka juga melihat apa yang bisa dibisniskan di Sumsel ini. Di saat itu, Sumsel menyodorkan KEK TAA," ujar mantan Bupati Musi Banyuasin ini.

Negara dibawah pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah menggaransi bahwa modal negara yang bakal masuk ke KEK TAA plus pelabuhannya yakni Rp100 triliun hingga tahun 2025, sementara saat ini yang sudah disepakati yakni Rp12 triliun yang penyalurannya secara bertahap.

"Jika KEK TAA ini benar-benar beroperasi maka Sumsel tidak akan terkejar lagi oleh daerah lain. Memang untuk mewujudkannya tidak mudah, bayangkan saja wacana adanya pelabuhan samudera ini sudah ada sejak zaman Belanda. Mudah-mudahan di tangan saya, Gubernur ke-14 ini dapat terwujud," kata dia.

Pemprov Sumsel sejak lama merancang lahirnya pelabuhan samudera, Pelabuhan Tanjung Api-Api di Kabupaten Banyuasin dengan maksud barang yang diproduksi akan langsung ke perairan internasional sehingga akan menekan biaya transfortasi. Dengan begitu diharapkan akan muncul perusahaan asing yang mau membangun industri hilirisasi di Sumsel.

Namun upaya itu tak kunjung berhasil ini baru menemukan muara ketika pemerintah memunculkan proyek KEK TAA plus pelabuhan samuderanya Tanjung Carat setelah Presiden Joko Widodo menginjakkan kaki ke kawasan Tanjung Api-Api pada Desember 2014.

Sejak awal 2015 mulai dilakukan upaya penyediaan lahan yakni inventarisasi lahan, legalisasi lahan, dan pembebasan lahan. Meski langkah ini sedikit terhambat karena daerah mengalami pengurangan dana bagi hasil migas, tapi setidaknya sudah memulai langkah pertama.

Pemprov Sumsel lalu mereklamasi Kawasan Tanjung Carat pada area seluas 2.015 hektare agar dapat disandari kapal berkapasitas 7.000 DWT.

Kawasan Tanjung Carat ini akan menjadi penopang KEK TAA karena hanya berjarak 15 km dari kegiatan industri yang berorientasi ekspor-impor di KEK. Selain itu, Tanjung Carat ini hanya berjarak 350 km dari Pelabuhan Singapura, dan jika dari Jakarta berjarak 380 km.

Proses reklamasi diperkirakan memakan waktu 5-10 tahun. Proses ini diawali dengan membangun dinding pelindung dari batu alam dan dangeo textile di sisi barat untuk meminimalisir erosi. Nantinya KEK akan memiliki luas 4.045 hektare yang terdiri atas reklamasi Tanjung Carat 2.015 hektare dan lahan darat 2.030 hektare.

Pada kawasan itu akan dikembangkan industri meliputi batu bara gas, pembangkit listrik, batu bara cair, pabrik pupuk, pabrik semen, pabrik ban, pengolahan minyak sawit (cpo), kilang minyak, dan industri hilir petrokimia.

Pemerintah daerah memprediksi dibutuhkan dana hingga Rp104 triliun untuk benar-benar merealisasikan pembangunan pelabuhan, jalan tol, mono rel, hingga kawasan industri di KEK TAA.

Tentunya tidak mudah. Namun, penetapan presiden tentang KEK TAA ini telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2014 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Juni 2014 dapat dijadikan dasar yang kuat.

Kemudian dipertegas lagi di era pemerintahan Jokowi-JK dengan memasukkan dalam masuk delapan KEK yang diwajibkan operasional minimal 2018.

Kini Sumsel telah menggenggam momentum dengan menjadi tuan rumah Asian Games yang tergambar dalam pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2017 yang mencatat 5,56 persen sementara nasional hanya 5,06 persen. Bank Indonesia pun berani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumsel berada pada kisaran 5,3-5,6 persen pada 2018.

Jangan sampai momentum itu berlalu begitu saja karena ketidakmampuan memutar mesin lanjutan yakni KEK TAA.