Gejala biasanya meliputi kelelahan yang ekstrem, mual, nyeri pada perut kanan atas, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan secara drastis, pembesaran perut, serta kulit dan mata yang menguning (penyakit kuning).
Untuk kelompok berisiko tinggi, seperti pembawa virus hepatitis B atau pasien sirosis, disarankan untuk menjalani ultrasonografi abdomen dan tes darah secara teratur setiap enam bulan.
Tes diagnostik lainnya termasuk CT scan atau MRI dengan kontras, serta tes penanda tumor seperti alfa-fetoprotein (AFP) dan PIVKA-II.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyatakan bahwa diagnosis kanker hati dapat dilakukan tanpa biopsi jika hasil pencitraan dan laboratorium menunjukkan pola kanker hati yang khas, meskipun biopsi tetap direkomendasikan pada kasus-kasus tertentu.
Pengobatan kanker hati sangat tergantung pada stadium penyakit dan kondisi umum pasien. Beberapa metode pengobatan yang tersedia meliputi tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjutan.
Pada tahap awal, tindakan seperti operasi pengangkatan tumor atau transplantasi hati dapat meningkatkan harapan hidup. Di tahap menengah, tersedia metode seperti Transarterial Chemoembolization (TACE), Terapi Radiasi Internal Selektif (SIRT), atau Radioembolisasi Transarterial (TARE). Untuk tahap lanjutan, tersedia terapi sistemik seperti imunoterapi dan terapi yang ditargetkan, yang dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kemajuan teknologi medis juga telah memungkinkan untuk mengadopsi pendekatan multidisiplin, di mana tim dokter dari berbagai bidang seperti onkologi, hepatologi, dan pembedahan bekerja sama untuk menyusun strategi pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
"Pendekatan ini sekarang menjadi standar dalam pengobatan kanker hati karena setiap pasien memiliki tantangan yang berbeda," kata Dr Foo.
Pencegahan tetap menjadi strategi utama dalam mengurangi insiden kanker hati. Vaksinasi Hepatitis B telah terbukti efektif dalam mengurangi insiden kanker hati di negara-negara dengan prevalensi tinggi seperti Taiwan.
Selain itu, perubahan gaya hidup juga memainkan peran penting, termasuk mengonsumsi kopi hitam tanpa gula dua kali sehari, mengikuti diet Mediterania, menjaga berat badan ideal, asam lemak omega3, berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, serta latihan beban dua kali seminggu untuk mencegah sarkopenia dan memperlambat risiko osteoporosis.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi vitamin D, obat diabetes metformin, aspirin dosis tertentu, dan obat penurun kolesterol seperti statin dapat mengurangi risiko kanker hati, terutama pada kelompok berisiko tinggi.
Kanker hati adalah penyakit yang mematikan, tetapi dengan meningkatnya kesadaran, pemeriksaan rutin, dan kemajuan pengobatan, peluang untuk hidup lebih lama dan kualitas hidup yang lebih baik semakin meningkat.
"Jangan menunggu sampai gejala muncul. Lakukan skrining dan pencegahan. Gaya hidup sehat akan menyelamatkan Anda," pungkas Dr Foo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Memahami risiko, gejala, dan terobosan pengobatan modern kanker hati
