Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak, dr. Melia Yunita mengatakan kekurangan zat besi pada anak berdampak pada penurunan konsentrasi dan memori, lebih pasif karena gejala letih atau lesu, gangguan perilaku, sosio-emosional hingga perkembangan motorik.
"Dampak lain yang bisa dirasakan adalah, anak lebih rentan sakit sehingga nantinya dikhawatirkan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan prestasi anak," kata dr. Melia Yunita di Tangerang, Banten, Kamis.
Ia mengatakan dalam lima tahun pertama kehidupan anak, perkembangan otak anak terjadi secara signifikan sehingga penting untuk memastikan asupan nutrisi lengkap untuk dukung kemampuan kognitif termasuk salah satunya mikronutrien zat besi.
Namun masih banyak orang tua yang tidak menyadari peran penting pemenuhan asupan zat besi, bahkan cenderung mengabaikan gejala kekurangan tersebut.
Riset dari Kementerian Kesehatan tahun 2018 menyatakan, satu dari tiga anak Indonesia berisiko kekurangan zat besi. "Survei lainnya, 50 persen orang tidak tahu jika kekurangan zat besi berdampak pada kepintaran anak," ujarnya.
Sementara itu agar asupan Zat Besi bisa terpenuhi dengan optimal, orang tua dapat memberikan asupan nutrisi lengkap dan seimbang yang kaya zat besi terutama protein hewani seperti daging merah, hati ayam, telur, ikan atau dari sumber nabati seperti kacang-kacangan dan bayam.
"Jika dibutuhkan untuk pemenuhan zat besi selain dari makanan harian sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan dapat dilengkapi dengan susu pertumbuhan," katanya.
Baca juga: Asupan protein hewani penting dalam penanganan obesitas anak
Sementara itu SGM Eksplor bersama Alfamart meluncurkan kalkulator zat besi di aplikasi Alfagift sebagai salah satu upaya bersama untuk berkontribusi dalam pencegahan dini masalah kekurangan Zat Besi pada anak.
"Kolaborasi strategis ini menjadi langkah nyata dalam mendorong upaya preventif terhadap kekurangan zat besi pada anak," kata Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto dalam keterangannya.
Kalkulator Zat Besi merupakan alat bantu non-medis pertama di Indonesia yang dirancang untuk mengidentifikasi faktor risiko kekurangan Zat Besi pada anak.
Dengan waktu hanya kurang dari 3 menit, hasil evaluasinya dapat diketahui secara praktis dan mandiri. Kalkulator Zat Besi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai alat pemantauan berkala sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh tenaga kesehatan.
"Kolaborasi ini adalah program berkelanjutan untuk memberikan manfaat lebih kepada para ibu tentang pemahaman gizi anak secara optimal," kata Corporate Affair Director Alfamart, Solihin.
Baca juga: Kekurangan protein bisa hambat tumbuh kembang anak