Mengais rezeki lewat maskot Poe Meurah
Poe Meurah, adalah sebutan lain untuk gajah di masyarakat Aceh
Sekarang, pembeli baju kaos didominasi masyarakat lokal, kontingen luar tinggal sebagian. Untuk kepadatan pengunjung juga hanya waktu sore dan malam hari saja, pagi sampai siang mulai sepi.
"Kalau sekarang itu pagi sampai sore paling sekitar Rp3 juta lakunya. Malam alhamdulillah ada lebih kurang Rp5 juta," katanya.
Walaupun omzet penjualannya selama sudah cenderung menurun, Roni mengkalkulasi bahwa usahanya akan balik modal, ditambah dengan , "sedikit" keuntungan.
"Ya kalau dibilang rezeki Insya Allah untuk modal balik, mungkin juga dapat rezeki sedikit," katanya.
Hal senada juga disampaikan Hendra, penjual baju kaos PON Aceh-Sumut lainnya, yang mengaku omzet penjualan mereka cenderung menurun pasca pembukaan, karena pembeli hanya tinggal warga Aceh saja.
Kondisi ini, kata dia, besar kemungkinan karena para kontingen sudah pulang ke daerah masing-masing atau kemudian ke Sumatera Utara menunggu penutupan.
"Sebelum pembukaan ramai. Ini mungkin pertandingan sudah banyak yang habis dan penutupan ke Medan, harapan sekarang ya dari masyarakat Aceh," katanya.
Omzet penjualan di lapak Hendra relatif sama dengan lapak Roni. Namun, belum dapat memastikan apakah bisa meraih rezeki lebih atau tidak. "Karena baru dihitung setelah event selesai," katanya.
Hendra menjelaskan alasan mereka lebih banyak menjual baju anak-anak sebagai souvenir PON, karena anak-anak cenderung menjadi prioritas orang tua, sehingga pasarnya lebih terbuka.
"Baju anak-anak pasarnya lebih banyak, karena orang tua rata-rata pasti memprioritaskan anak ketimbang mereka sendiri," ujar Hendra.
"Kalau sekarang itu pagi sampai sore paling sekitar Rp3 juta lakunya. Malam alhamdulillah ada lebih kurang Rp5 juta," katanya.
Walaupun omzet penjualannya selama sudah cenderung menurun, Roni mengkalkulasi bahwa usahanya akan balik modal, ditambah dengan , "sedikit" keuntungan.
"Ya kalau dibilang rezeki Insya Allah untuk modal balik, mungkin juga dapat rezeki sedikit," katanya.
Hal senada juga disampaikan Hendra, penjual baju kaos PON Aceh-Sumut lainnya, yang mengaku omzet penjualan mereka cenderung menurun pasca pembukaan, karena pembeli hanya tinggal warga Aceh saja.
Kondisi ini, kata dia, besar kemungkinan karena para kontingen sudah pulang ke daerah masing-masing atau kemudian ke Sumatera Utara menunggu penutupan.
"Sebelum pembukaan ramai. Ini mungkin pertandingan sudah banyak yang habis dan penutupan ke Medan, harapan sekarang ya dari masyarakat Aceh," katanya.
Omzet penjualan di lapak Hendra relatif sama dengan lapak Roni. Namun, belum dapat memastikan apakah bisa meraih rezeki lebih atau tidak. "Karena baru dihitung setelah event selesai," katanya.
Hendra menjelaskan alasan mereka lebih banyak menjual baju anak-anak sebagai souvenir PON, karena anak-anak cenderung menjadi prioritas orang tua, sehingga pasarnya lebih terbuka.
"Baju anak-anak pasarnya lebih banyak, karena orang tua rata-rata pasti memprioritaskan anak ketimbang mereka sendiri," ujar Hendra.