Peran pemerintah
Peran pemerintah dalam masalah ini juga dinilai sangat penting. Guna menjaga ketangguhan keluarga tidak menjadi rentan, dalam bentuk mencegah fenomena ketidakhadiran ayah terjadi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah membuat program Generasi Berencana sebagai wadah bagi para remaja untuk meningkatkan keterampilan hidup dalam membangun rumah tangga.
Program ditekankan supaya pasangan mampu membina hubungan keluarga suami-istri dengan persiapan dan perencanaan yang matang. Dalam program ini juga disosialisasikan bahwa pendewasaan usia perkawinan menjadi salah satu ukuran untuk memastikan agar anak-anak Indonesia tidak menikah minimal di usia kurang dari 19 tahun.
Dengan demikian mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri secara mental, fisik, dan material dengan lebih matang dan baik, sebelum memutuskan untuk menikah.
Bagi pasangan usia subur yang telah memiliki anak pun, tiap pasangan dapat mengikuti kelas pengasuhan baik yang dilakukan secara daring ataupun luring oleh BKKBN. Di dalamnya disampaikan tentang penerapan 8 fungsi keluarga dan pembagian peran dalam pengasuhan anak.
Tidak hanya pemerintah pusat, pemerintah di tingkat daerah juga harus membuat program yang sama untuk menangani hal ini.
Salah satunya yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya adalah dengan menyediakan tempat pelayanan konsultasi keluarga atau dikenal Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).
Salah satu program di Puspaga adalah Sekolah Orang Tua Hebat, dimana orang tua dilatih oleh tenaga psikologi terkait pengetahuan pola asuh dan parenting, serta pelatihan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia, dan webinar/talkshow seputar kesetaraan gender.
Tidak hanya itu, Pemkot Surabaya juga mewajibkan calon pengantin (catin) mengikuti kelas catin atau pembekalan sebelum menikah. Kelas catin ini untuk memantapkan hati setiap pasangan yang hendak naik ke pelaminan.
Mengatasi masalah kurangnya peran ayah dalam kehidupan anak adalah tanggung jawab bersama bagi masyarakat, pemerintah, keluarga, dan individu.
Dengan meningkatkan kesadaran, dukungan kebijakan, pembangunan komunitas, dan perubahan sikap masyarakat, kita dapat membangun generasi yang kuat dengan kehadiran ayah yang lebih aktif dan mendukung tumbung kembang jiwa dan fisik anak-anak. Ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan anak-anak dan masa depan bangsa.
Berita Terkait
Ditinggal ibu kerja ke Arab, seorang gadis jadi korban bejat ayah kandung
Senin, 6 Mei 2024 13:10 Wib
Perceraian jadi penyebab fenomena kekurangan sentuhan ayah
Minggu, 28 April 2024 23:00 Wib
Polres Agam tangkap pelaku pencabulan anak tiri
Jumat, 26 April 2024 16:33 Wib
Seorang ayah aniaya anak tirinya hingga tewas
Minggu, 7 April 2024 18:52 Wib
Menteri PPPA sebut RUU KIA atur cuti melahirkan ibu pekerja dan cuti ayah
Senin, 25 Maret 2024 18:43 Wib
KemenPPPA pastikan kawal penanganan pelecehan anak oleh ayah
Jumat, 22 Maret 2024 15:37 Wib
Pemberian "cuti ayah" kebijakan responsif gender
Jumat, 15 Maret 2024 13:25 Wib
"Cuti ayah" saat istri melahirkan bagian suami siaga
Kamis, 14 Maret 2024 7:30 Wib