Arti "Earth Hour" tidak sekadar padamkan lampu

id Earth hour,hari bumi,menyelamatkan bumi,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Arti "Earth Hour" tidak sekadar padamkan lampu

Aktivis lingkungan membuat tulisan "Save Energy" saat pelaksanaan Earth Hour di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu(2/7/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.

Manusia harus bertindak dan berkontribusi untuk membuat bumi tidak semakin tercemar
Jakarta (ANTARA) - Ada ungkapan menyebutkan masa depan adalah milik generasi muda. Hal itu lumrah menjadi kalimat yang kerap disampaikan bagi generasi muda karena regenerasi merupakan keniscayaan sesuai zamannya.

Seperti halnya "earth hour" seharusnya menjadi gerakan tradisi yang turun menurun pada setiap generasi.

Artinya, gerakan earth hour harus tetap terjaga oleh setiap generasi seiring dengan mempertimbangkan kondisi dunia yang semakin lama semakin termakan usia.


Baca juga: Serba-serbi Earth Hour yang dirayakan tiap 26 Maret malam

Earth hour merupakan aksi kampanye yang pertama kali digaungkan oleh sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangani sejumlah masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, yakni World Wide Fund for Nature (WWF).

Lahirnya istilah earth hour secara makna berarti satu jam dilakukan manusia untuk menyelamatkan bumi dan generasi mendatang.

Setelah dilakukan pertama kali di Kota Sydney, Australia pada 2007, kampanye tersebut menjadi sebuah tradisi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengkampanyekan dampak perubahan iklim serta pentingnya mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Baca juga: Sejumlah kantor pemerintah di Jaksel padam selama Earth Hour

Secara lebih spesifik, tradisi earth hour ini dilakukan setiap Sabtu terakhir pada Maret mulai pukul 20.30 hingga 21.30. Kemunculan akun media sosial resmi, Twitter @earthhour dan Instagram @earthhourofficial untuk lebih memasifkan kampanye, sehingga informasi dan semangat dari tradisi ini bisa tersampaikan kepada seluruh elemen masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Aktifnya pemberian informasi melalui media sosial diharapkan dapat menjangkau generasi muda, dan membentuk karakter mereka menjadi peduli terhadap lingkungan.

Salah satu kepala daerah yang mendukung gerakan earth hour, yakni Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengharapkannya sebuah konsistensi dan menjangkau generasi muda.

"Jika pada generasi yang lebih tua belum maksimal, tapi bagaimana generasi anak-anaknya bisa lebih peduli,” kata Ridwal yang disampaikan saat acara Global Switch Off Earth Hour Indonesia 2021 di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Sama halnya dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan aksi kampanye earth hour dengan mengeluarkan imbauan pemadaman lampu pada Sabtu (2/7) pukul 20.30-21.30 WIB

Melalui akun Instagram @dinaslhkdki yang merupakan akun yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memastikan Pemprov DKI Jakarta ambil bagian dalam gerakan ini dengan memadamkan lampu di sejumlah titik.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan secara resmi mengajak masyarakat untuk bergabung pada gerakan tersebut.

Selain mematikan lampu, Anies Baswedan juga mengajak masyarakat untuk mematikan alat elektronik yang tidak digunakan selama satu jam.

"Earth hour merupakan sebuah gerakan. Ini adalah gerakan nyata untuk sama-sama menciptakan kesadaran tentang pentingnya menjaga masa depan bumi untuk memastikan bahwa bumi yang kita tempati ini bisa lebih lestari,” tutur mantan Menteri Pendidikan Kebudayaan itu.

Sejumlah titik memadamkan lampu itu terutama gedung kantor pemerintah, kecuali rumah sakit, klinik, dan puskesmas. Kemudian, jalan protokol dan jalan arteri di lima wilayah DKI Jakarta.

Selanjutnya, simbol DKI Jakarta, seperti Gedung Balai Kota, Monumen Nasional (Monas), dan air mancur di Bundaran Hotel Indonesia, Patung Pemuda, Patung Arjuna Wiwaha, dan Patung Jenderal Sudirman.

Beberapa gedung milik swasta, komersial, pusat perbelanjaan, restoran, hotel, dan apartemen pun turut berpartisipasi.

Anies Baswedan mengatakan aksi yang sederhana ini akan memberikan dampak besar untuk keberlanjutan bumi.

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa mematikan lampu tersebut diharapkan dapat menghemat energi, hemat ekonomi, sekaligus menurunkan emisi karbon.

Dinas Lingkungan Hidup DKI juga mencatat pemadaman lampu selama satu jam pada Maret 2022 berdasarkan perhitungan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dapat menghemat konsumsi listrik sebesar 171,55 megawatt (MW) atau sebesar Rp247,8 juta dan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 160,23 ton CO2.

 
Suasana sebelum pelaksanaan Earth Hour di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Sabtu (2/7/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.



Partisipasi generasi muda

Pakar pendidikan sekaligus anggota badan pengurus Yayasan WWF Indonesia, Najelaa Shihab menegaskan gerakan earth hour tidak hanya penting bagi lingkungan hidup tapi juga bagi pembentukan karakter pemuda Indonesia.

"Situasi pandemi ini mengajarkan kita untuk tetap kreatif, melakukan kegiatan secara virtual dan kolaboratif, melalui program blended learning menggabungkan kegiatan virtual dengan aksi di lapangan sesuai dengan protokol kesehatan,” ungkap Najelaa.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) DKI Jakarta Suci F Tanjung menuturkan kampanye earth hour berisi ajakan kepada orang-orang untuk lebih peduli dan sadar terhadap pengunaan energi.

“Diperlukan narasi lanjutan agar masyarakat mampu mengidentifikasikan masalah yang sesungguhnya, sekaligus mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengurangi emisi karbon,” tutur Suci.

Seorang mahasiswi Aulia (19) yang ditemui di jalur pejalan kaki Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Utara, menilai durasi pemadaman lampu untuk program Earth Hour terlalu singkat.

“Kalau satu jam sih kurang ya,” ucap Aulia.

Lebih lanjut, Aulia khawatir aksi memadamkan lampu selama satu jam tersebut tidak berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat akan penghematan energi yang berdampak pada perubahan iklim dunia.

Seorang pengemudi ojek daring, Irvan (21) yang ditemui di Halte Pulomas mengakui mendukung program pemadaman lampu sementara ini. Pengemudi asal Bekasi ini pun berharap masyarakat lebih sadar lingkungan dengan memilih transportasi umum dalam beraktivitas, mengingat akses transportasi di Jakarta cukup mudah dengan terdapat banyak pilihan moda.

“Ada transportasi umum yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi karbon,” kata Irvan.

Seorang pejalan kaki bernama Vian (30) yang ditemui di sekitar Kantor Wali Kota Jakarta Barat terlihat antusias dalam pelaksanaan pemadaman lampu ini.

"Setuju, ini salah satu kampanye yang sebenarnya mudah dilakukan oleh masyarakat,” ujarnya.

Namun, Vian menilai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang melakukan sosialisasi imbauan terhadap kegiatan pemadaman lampu tersebut, sehingga tidak semua masyarakat sekitar mengetahui dan mengikuti. Akan tetapi, Vian sudah sadar akan pencemaran yang terjadi di bumi mengakibatkan perubahan iklim.

“Manusia harus bertindak dan berkontribusi untuk membuat bumi tidak semakin tercemar,” lanjutnya.

Sejumlah generasi muda yang ditemui mengakui bahwa upaya yang dilakukan sudah sangat baik, tetapi masih perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan earth hour yang sudah dilakukan selama 15 tahun ini.

Pada dasarnya, earth hour memang dibutuhkan kerja sama lebih banyak pihak untuk bisa lebih efektif, dan pihak yang harusnya berdiri pada garda terdepan adalah generasi muda. Karena seluruh komponen masyarakat harus menjaga semangat dan antusias, untuk suatu gerakan yang mempertaruhkan kehidupan masa depan bumi.