Gim 2 Final NBA: Bagaimana Warriors mencegah kelengahan berulang?
Jakarta (ANTARA) - "Ya mereka merebut kemenangan, tapi saya pikir ini bukan soal ritme. Secara umum kami mendominasi pertandingan untuk 41-42 menit awal, kami akan baik-baik saja," kata power forward Golden State Warriors Draymond Green.
Komentar itu dilontarkan oleh Green setelah Warriors menderita kekalahan 108-120 melawan Boston Celtics dalam Gim 1 Final NBA di Chase Center, California, Kamis (2/6) lalu.
Pernyataan Green secara umum memang menggambarkan jalannya pertandingan Gim 1 di mana Warriors mampu mengungguli Celtics hingga pertengahan kuarter keempat.
Namun, Green tampaknya mengabaikan masalah terbesar yang jadi pemicu kekalahan Warriors dari Celtics di pertandingan tersebut.
Mendominasi pertandingan selama 41 atau 42 menit awal tidak selalu menjadi resep yang mujarab untuk mengamankan kemenangan di sebuah gim final, terlebih lagi apabila sebuah tim mengalami kelengahan dan terpaksa merenggangkan cengkeraman mereka atas sebuah permainan.
Faktanya, setelah menutup kuarter ketiga dengan keunggulan 92-80, Warriors menghabiskan nyaris dua setengah menit pertama periode pemungkas tanpa mampu mencetak angka.
Celtics melenggang meraup sembilan poin tanpa balas untuk membuat jarak tiba-tiba hanya tersisa tiga poin dalam kedudukan 89-92.
Kenyataan bagi Warriors semakin pahit sebab di kuarter keempat, Celtics baru menemui kegagalan tembakan tripoin setelah percobaan kedelapan. Hal itu praktis menjadi pondasi bagi Celtics membalikkan keadaan.
Secara keseluruhan, di kuarter keempat Celtics begitu tajam dan mampu melesakkan 15 dari 21 percobaan terbuka mereka termasuk 10 dari 13 tembakan luar busur.
Berbanding terbalik, Warriors hanya bisa mengkonversi tujuh dari 16 percobaan terbuka mereka, termasuk tiga dari delapan tembakan tripoin.
Sulit mengatakan bahwa itu bukanlah sesuatu yang muncul dari kelengahan. Kelengahan yang harus dibayar mahal setelah mereka susah payah relatif mendominasi 41-42 menit awal permainan.
Warriors jelas tak boleh mengulangi kelengahan serupa kecuali mereka ingin dipermalukan lagi oleh Celtics ketika menjalani Gim 2 di Chase Center, Minggu waktu setempat (Senin WIB).
Reaksi
Musim ini Warriors punya rekam jejak positif dalam merespon kekalahan sebuah gim playoff, di mana mereka selalu berhasil meraih kemenangan di pertandingan selanjutnya yag sukses mengantarkan mereka menyisihkan Denver Nuggets, Memphis Grizzlies, dan Dallas Mavericks.
Raihan itu membuktikan bahwa Warriors selalu menemukan cara untuk memperbaiki kesalahan yang berujung kekalahan di gim sebelumnya.
Dan hal tersebut harus menjadi patokan yang bisa dimunculkan kembali oleh Warriors menjelang Gim 2 Final NBA esok, sebagaimana disampaikan sang pelatih kepala Steve Kerr bahwa dalam sebuah seri playoff tim harus bisa segera membuka lembaran baru selepas menuntaskan satu pertandingan.
"Pelajaran dari pengalaman playoff adalah Anda memahami betul naik dan turunnya dari sebuah seri playoff, di mana sangat penting untuk segera membuka lembaran baru dari keadaan apapun," kata Kerr dalam jumpa pers jelang Gim 2 yang disiarkan situs resmi NBA, Minggu.
"Jika Anda menang dan merasa senang hingga membuat dirimu lengah, Anda berada dalam masalah. Begitu juga jika Anda kalah dan berlarut-larut dalam kesedihan, Anda juga berada dalam masalah."
"Jadi semuanya tentang bagaimana Anda bereaksi, dan para pemain ini adalah jajaran atlet dan pesaing terbaik di dunia. Salah satu bagian terbesar dalam kompetisi bergengsi dunia adalah pendekatan mental dan emosional, yang harus selalu konsisten," ujarnya panjang lebar.
Membuka lembaran baru dan beranjak dari pertandingan sebelumnya bukan berarti sama sekali melupakan pelajaran yang bisa dipetik.
Kerr tak menampik fakta performa timnya di kuarter keempat, terutama dalam aspek pertahanan menciptakan situasi yang menjadi "longsoran salju" yang membesar dan membuat mereka tertimbun menelan kekalahan.
Namun, pelatih berusia 56 tahun itu justru menyoroti bahwa Celtics berhasil menemukan pelajaran dan kepercayaan diri atas apa yang terjadi di tiga kuarter sebelumnya untuk kemudian melepaskan pukulan telak di periode pemungkas.
"Saya pikir sebuah pertandingan selalu memperlihatkan ikatan erat antara pertahanan dan serangan, tetapi lebih dari itu juga antara performa kuarter pertama hingga keempat," katanya.
"Saya pikir di kuarter pertama kami cukup terselamatkan dalam hal game plan, bagaimana kami membiarkan beberapa pemain lawan melenggang mulus melepaskan tembakan, Anda lihat kami sempat membiarkan Jaylen Brown menghempaskan dunk dalam sebuah fast break yang tampak seperti situasi 5 lawan 4," ujar Kerr menambahkan.
Kerr tentu merujuk pada kejadian di sisa waktu empat menit 56 detik kuarter pertama ketika Warriors melakukan transisi dari menyerang menuju bertahan dan hanya ada empat pemain di area mereka sendiri sehingga Brown kemudian bisa merangsek masuk dan menghujamkan bola ke dalam keranjang.
Hal-hal semacam itu menurut Kerr bisa dimanfaatkan oleh Celtics dalam meramu permainan dan menciptakan momentum saat merebut kemenangan di kuarter keempat, dan ia tak mau Warriors mengulanginya untuk Gim 2 besok.
Gemilang di tandang
Sementara Warriors memiliki rekam jejak bangkit dari sebuah kekalahan, Celtics dalam playoff musim ini menciptakan aura sebagai tim yang gemilang tiap kali bertandang ke markas lawan.
Catatan mereka sejauh ini berbuah delapan kemenangan dari 10 gim tandang, termasuk di dalamnya tiga kali menang di markas Miami Heat pada final Wilayah Timur serta kemenangan Gim 6 di kandang Milwaukee Bucks babak sebelumnya.
Tren itu mampu dilanjutkan oleh Celtics dalam Gim 1 lalu, dimana performa mereka di kuarter keempat sukses melunasi kesalahan yang membuat mereka tertinggal jauh di kuarter ketiga.
Bagi pelatih kepala Ime Udoka, performa di kuarter ketiga itu menjadi sorotan yang harus diperbaiki oleh Celtics sebelum Gim 2 esok.
"Kami paham dan jelas mengakui bahwa Golden State selalu tampil garang di kuarter ketiga sepanjang musim ini, dan itu seperti menjadi kerikil kecil yang mengganjal kami kemarin," kata Udoka dalam jumpa persnya.
Udoka mengutarakan bagaimana timnya kerap kehilangan bola dan melakukan turnover serta kalah dalam situasi perebutan rebound di area pertahanan sendiri di kuarter ketiga itu.
"Kami sudah membicarakan itu, apa yang harus kami lakukan sejak awal pertandingan, dan kuarter ketiga juga tidak jauh berbeda dari itu. Sisanya adalah bagaimana kami memperbaiki di area-area yang kurang, tidak kehilangan bola-bola rebound, dan itu bisa menjadi pondasi kami di sisa waktu," ujarnya.
Gim 2 juga menyisakan tugas berbeda bagi bintang utama Celtics Jayson Tatum yang di pertandingan sebelumnya menyumbangkan 12 poin, setelah hanya mampu melesakkan tiga dari 17 percobaan terbuka sepanjang laga.
Catatan itu jelas di bawah Al Horford yang meraup 26 poin, Jaylen Brown 24 poin, Derrick White 21 poin, dan Marcus Smart 18 poin.
Selepas Gim 1, Tatum tak menampik bahwa ia menjalani malam yang kurang baik dalam hal menembak, tapi hal itu tak membuatnya berkecil hati sebab pebasket berusia 24 tahun tersebut belajar memainkan peranan berbeda dibanding semata menjadi pemasok angka.
"Saya buruk dalam menembak malam ini," kata Tatum selepas Gim 1.
"Saya hanya berusaha mempengaruhi pertandingan dengan cara lain. Kami memperebutkan gelar, kami berada di Final NBA. Yang saya pikirkan adalah bagaimana kami meraih kemenangan dan itu saja yang terpenting sekarang."
"Tentu saja saya tidak berharap akan menjalani malam dengan rasio tembakan yang buruk lagi, tapi apabila itu yang harus terjadi agar kami meraih kemenangan, saya akan berbesar hati menerimanya," tutup Tatum.
Bilamana dalam Gim 2 segala permasalahan kuarter ketiga Gim 1 bisa diatasi oleh Celtics nanti, mereka tentu akan semakin menajamkan catatan gemilang tandang menjadi 9-2 dan kian dekat untuk menorehkan rekor juara NBA 18 kali.
Komentar itu dilontarkan oleh Green setelah Warriors menderita kekalahan 108-120 melawan Boston Celtics dalam Gim 1 Final NBA di Chase Center, California, Kamis (2/6) lalu.
Pernyataan Green secara umum memang menggambarkan jalannya pertandingan Gim 1 di mana Warriors mampu mengungguli Celtics hingga pertengahan kuarter keempat.
Namun, Green tampaknya mengabaikan masalah terbesar yang jadi pemicu kekalahan Warriors dari Celtics di pertandingan tersebut.
Mendominasi pertandingan selama 41 atau 42 menit awal tidak selalu menjadi resep yang mujarab untuk mengamankan kemenangan di sebuah gim final, terlebih lagi apabila sebuah tim mengalami kelengahan dan terpaksa merenggangkan cengkeraman mereka atas sebuah permainan.
Faktanya, setelah menutup kuarter ketiga dengan keunggulan 92-80, Warriors menghabiskan nyaris dua setengah menit pertama periode pemungkas tanpa mampu mencetak angka.
Celtics melenggang meraup sembilan poin tanpa balas untuk membuat jarak tiba-tiba hanya tersisa tiga poin dalam kedudukan 89-92.
Kenyataan bagi Warriors semakin pahit sebab di kuarter keempat, Celtics baru menemui kegagalan tembakan tripoin setelah percobaan kedelapan. Hal itu praktis menjadi pondasi bagi Celtics membalikkan keadaan.
Secara keseluruhan, di kuarter keempat Celtics begitu tajam dan mampu melesakkan 15 dari 21 percobaan terbuka mereka termasuk 10 dari 13 tembakan luar busur.
Berbanding terbalik, Warriors hanya bisa mengkonversi tujuh dari 16 percobaan terbuka mereka, termasuk tiga dari delapan tembakan tripoin.
Sulit mengatakan bahwa itu bukanlah sesuatu yang muncul dari kelengahan. Kelengahan yang harus dibayar mahal setelah mereka susah payah relatif mendominasi 41-42 menit awal permainan.
Warriors jelas tak boleh mengulangi kelengahan serupa kecuali mereka ingin dipermalukan lagi oleh Celtics ketika menjalani Gim 2 di Chase Center, Minggu waktu setempat (Senin WIB).
Reaksi
Musim ini Warriors punya rekam jejak positif dalam merespon kekalahan sebuah gim playoff, di mana mereka selalu berhasil meraih kemenangan di pertandingan selanjutnya yag sukses mengantarkan mereka menyisihkan Denver Nuggets, Memphis Grizzlies, dan Dallas Mavericks.
Raihan itu membuktikan bahwa Warriors selalu menemukan cara untuk memperbaiki kesalahan yang berujung kekalahan di gim sebelumnya.
Dan hal tersebut harus menjadi patokan yang bisa dimunculkan kembali oleh Warriors menjelang Gim 2 Final NBA esok, sebagaimana disampaikan sang pelatih kepala Steve Kerr bahwa dalam sebuah seri playoff tim harus bisa segera membuka lembaran baru selepas menuntaskan satu pertandingan.
"Pelajaran dari pengalaman playoff adalah Anda memahami betul naik dan turunnya dari sebuah seri playoff, di mana sangat penting untuk segera membuka lembaran baru dari keadaan apapun," kata Kerr dalam jumpa pers jelang Gim 2 yang disiarkan situs resmi NBA, Minggu.
"Jika Anda menang dan merasa senang hingga membuat dirimu lengah, Anda berada dalam masalah. Begitu juga jika Anda kalah dan berlarut-larut dalam kesedihan, Anda juga berada dalam masalah."
"Jadi semuanya tentang bagaimana Anda bereaksi, dan para pemain ini adalah jajaran atlet dan pesaing terbaik di dunia. Salah satu bagian terbesar dalam kompetisi bergengsi dunia adalah pendekatan mental dan emosional, yang harus selalu konsisten," ujarnya panjang lebar.
Membuka lembaran baru dan beranjak dari pertandingan sebelumnya bukan berarti sama sekali melupakan pelajaran yang bisa dipetik.
Kerr tak menampik fakta performa timnya di kuarter keempat, terutama dalam aspek pertahanan menciptakan situasi yang menjadi "longsoran salju" yang membesar dan membuat mereka tertimbun menelan kekalahan.
Namun, pelatih berusia 56 tahun itu justru menyoroti bahwa Celtics berhasil menemukan pelajaran dan kepercayaan diri atas apa yang terjadi di tiga kuarter sebelumnya untuk kemudian melepaskan pukulan telak di periode pemungkas.
"Saya pikir sebuah pertandingan selalu memperlihatkan ikatan erat antara pertahanan dan serangan, tetapi lebih dari itu juga antara performa kuarter pertama hingga keempat," katanya.
"Saya pikir di kuarter pertama kami cukup terselamatkan dalam hal game plan, bagaimana kami membiarkan beberapa pemain lawan melenggang mulus melepaskan tembakan, Anda lihat kami sempat membiarkan Jaylen Brown menghempaskan dunk dalam sebuah fast break yang tampak seperti situasi 5 lawan 4," ujar Kerr menambahkan.
Kerr tentu merujuk pada kejadian di sisa waktu empat menit 56 detik kuarter pertama ketika Warriors melakukan transisi dari menyerang menuju bertahan dan hanya ada empat pemain di area mereka sendiri sehingga Brown kemudian bisa merangsek masuk dan menghujamkan bola ke dalam keranjang.
Hal-hal semacam itu menurut Kerr bisa dimanfaatkan oleh Celtics dalam meramu permainan dan menciptakan momentum saat merebut kemenangan di kuarter keempat, dan ia tak mau Warriors mengulanginya untuk Gim 2 besok.
Gemilang di tandang
Sementara Warriors memiliki rekam jejak bangkit dari sebuah kekalahan, Celtics dalam playoff musim ini menciptakan aura sebagai tim yang gemilang tiap kali bertandang ke markas lawan.
Catatan mereka sejauh ini berbuah delapan kemenangan dari 10 gim tandang, termasuk di dalamnya tiga kali menang di markas Miami Heat pada final Wilayah Timur serta kemenangan Gim 6 di kandang Milwaukee Bucks babak sebelumnya.
Tren itu mampu dilanjutkan oleh Celtics dalam Gim 1 lalu, dimana performa mereka di kuarter keempat sukses melunasi kesalahan yang membuat mereka tertinggal jauh di kuarter ketiga.
Bagi pelatih kepala Ime Udoka, performa di kuarter ketiga itu menjadi sorotan yang harus diperbaiki oleh Celtics sebelum Gim 2 esok.
"Kami paham dan jelas mengakui bahwa Golden State selalu tampil garang di kuarter ketiga sepanjang musim ini, dan itu seperti menjadi kerikil kecil yang mengganjal kami kemarin," kata Udoka dalam jumpa persnya.
Udoka mengutarakan bagaimana timnya kerap kehilangan bola dan melakukan turnover serta kalah dalam situasi perebutan rebound di area pertahanan sendiri di kuarter ketiga itu.
"Kami sudah membicarakan itu, apa yang harus kami lakukan sejak awal pertandingan, dan kuarter ketiga juga tidak jauh berbeda dari itu. Sisanya adalah bagaimana kami memperbaiki di area-area yang kurang, tidak kehilangan bola-bola rebound, dan itu bisa menjadi pondasi kami di sisa waktu," ujarnya.
Gim 2 juga menyisakan tugas berbeda bagi bintang utama Celtics Jayson Tatum yang di pertandingan sebelumnya menyumbangkan 12 poin, setelah hanya mampu melesakkan tiga dari 17 percobaan terbuka sepanjang laga.
Catatan itu jelas di bawah Al Horford yang meraup 26 poin, Jaylen Brown 24 poin, Derrick White 21 poin, dan Marcus Smart 18 poin.
Selepas Gim 1, Tatum tak menampik bahwa ia menjalani malam yang kurang baik dalam hal menembak, tapi hal itu tak membuatnya berkecil hati sebab pebasket berusia 24 tahun tersebut belajar memainkan peranan berbeda dibanding semata menjadi pemasok angka.
"Saya buruk dalam menembak malam ini," kata Tatum selepas Gim 1.
"Saya hanya berusaha mempengaruhi pertandingan dengan cara lain. Kami memperebutkan gelar, kami berada di Final NBA. Yang saya pikirkan adalah bagaimana kami meraih kemenangan dan itu saja yang terpenting sekarang."
"Tentu saja saya tidak berharap akan menjalani malam dengan rasio tembakan yang buruk lagi, tapi apabila itu yang harus terjadi agar kami meraih kemenangan, saya akan berbesar hati menerimanya," tutup Tatum.
Bilamana dalam Gim 2 segala permasalahan kuarter ketiga Gim 1 bisa diatasi oleh Celtics nanti, mereka tentu akan semakin menajamkan catatan gemilang tandang menjadi 9-2 dan kian dekat untuk menorehkan rekor juara NBA 18 kali.