BKKBN: Indonesia sedang bertransisi menuju penuaan penduduk
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan Indonesia sedang mengalami perubahan demografi yang bertransisi menuju tahap penuaan penduduk akibat alami peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sebesar 10 persen.
“Nampak betul bahwa perempuan lansia jumlahnya semakin besar. Kalau kita lihat proporsi antara perempuan usia 75 tahun ke atas, sudah menunjukkan jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan laki-laki,” kata Hasto saat memberikan sambutan dalam wawancara virtual yang diselenggarakan oleh ANTARA Biro Jawa Tengah terpantau di Jakarta secara daring, Sabtu.
Hasto mengatakan saat ini jumlah penduduk lanjut usia (lansia) perempuan di Indonesia, telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan lansia laki-laki.
“Dibandingkan 10 tahun sebelumnya, nampak sekali bahwa laki-laki harapan hidupnya tidak terlalu naik besar, tetapi perempuan cederung naik,” kata dia.
Berdasarkan sensus penduduk pada data proyeksi Indonesia tahun 2019, selama kurun waktu hampir lima dekade (1971 hingga 2019), persentase penduduk lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat atau sekitar 25,64 juta orang.
Meningkatnya jumlah penduduk lansia, kata Hasto, dapat menyebabkan beban produktif atau ekonomi pada keluarga yang merawat, karena beberapa lansia memiliki pendidikan yang kurang, memiliki penyakit bawaan atau keadaan ekonomi yang tidak cukup baik.
Menanggapi permasalahan tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa langkah-langkah untuk membantu para lansia menjadi lebih produktif yakni melalui pengadaan bina keluarga lansia dan Go Lansia Tangguh (GoLantang).
Ia menjelaskan, pembinaan itu bertujuan agar para lansia tetap bisa menjaga kesehatan diri mereka sendiri dengan menjadi lebih produktif melalui pekerjaan ringan atau aktivitas-aktivitas sederhana.
“Saya selalu sampaikan bina keluarga lansia harus memperhatikan lansia yang sehat tetapi punya modal sehingga dia bisa menginvestasikan baik kemampuannya maupun uangnya untuk kepentingan ekonomi produktif,” ujar dia.
Hasto berharap, seluruh pihak dapat lebih memperhatikan kondisi para penduduk lansia agar menjadi lebih sehat, mampu merawat diri mereka sendiri dan menjadi lebih produktif.
Terutama lansia perempuan yang banyak menghadapi masalah seperti berakhirnya siklus menstruasi (menopause) dan kondisi berkurangnya kepadatan tulang (osteoporosis).
“Saya berharap kita lebih memberikan perhatian kepada para lansia ini. Karena beberapa di antaranya sudah mengalami suatu gangguan kesehatan atau masalah psikologi. Saya juga titip kepada para ahli untuk memperhatikan hal ini,” tegas dia.
“Nampak betul bahwa perempuan lansia jumlahnya semakin besar. Kalau kita lihat proporsi antara perempuan usia 75 tahun ke atas, sudah menunjukkan jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan laki-laki,” kata Hasto saat memberikan sambutan dalam wawancara virtual yang diselenggarakan oleh ANTARA Biro Jawa Tengah terpantau di Jakarta secara daring, Sabtu.
Hasto mengatakan saat ini jumlah penduduk lanjut usia (lansia) perempuan di Indonesia, telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan lansia laki-laki.
“Dibandingkan 10 tahun sebelumnya, nampak sekali bahwa laki-laki harapan hidupnya tidak terlalu naik besar, tetapi perempuan cederung naik,” kata dia.
Berdasarkan sensus penduduk pada data proyeksi Indonesia tahun 2019, selama kurun waktu hampir lima dekade (1971 hingga 2019), persentase penduduk lansia Indonesia meningkat sekitar dua kali lipat atau sekitar 25,64 juta orang.
Meningkatnya jumlah penduduk lansia, kata Hasto, dapat menyebabkan beban produktif atau ekonomi pada keluarga yang merawat, karena beberapa lansia memiliki pendidikan yang kurang, memiliki penyakit bawaan atau keadaan ekonomi yang tidak cukup baik.
Menanggapi permasalahan tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa langkah-langkah untuk membantu para lansia menjadi lebih produktif yakni melalui pengadaan bina keluarga lansia dan Go Lansia Tangguh (GoLantang).
Ia menjelaskan, pembinaan itu bertujuan agar para lansia tetap bisa menjaga kesehatan diri mereka sendiri dengan menjadi lebih produktif melalui pekerjaan ringan atau aktivitas-aktivitas sederhana.
“Saya selalu sampaikan bina keluarga lansia harus memperhatikan lansia yang sehat tetapi punya modal sehingga dia bisa menginvestasikan baik kemampuannya maupun uangnya untuk kepentingan ekonomi produktif,” ujar dia.
Hasto berharap, seluruh pihak dapat lebih memperhatikan kondisi para penduduk lansia agar menjadi lebih sehat, mampu merawat diri mereka sendiri dan menjadi lebih produktif.
Terutama lansia perempuan yang banyak menghadapi masalah seperti berakhirnya siklus menstruasi (menopause) dan kondisi berkurangnya kepadatan tulang (osteoporosis).
“Saya berharap kita lebih memberikan perhatian kepada para lansia ini. Karena beberapa di antaranya sudah mengalami suatu gangguan kesehatan atau masalah psikologi. Saya juga titip kepada para ahli untuk memperhatikan hal ini,” tegas dia.