Meriam langka dipamerkan di museum Balaputera Dewa
Palembang (ANTARA) - Komunitas Pecinta Antik dan Kebudayaan Sriwijaya (Kompaks) memamerkan meriam langka yang diduga berasal dari masa Kesultanan Palembang Darussalam dalam acara pameran bersama yang berlangsung 11 sampai 19 Desember 2020 di Museum Negeri Balaputera Dewa Kota Palembang.
Ketua Kompaks Hirmeyudi pada Kamis menuturkan, meriam dengan berat sekitar 150 kilogram yang ditemukan di Sungai Musi pada awal 2020 itu berhias ukiran dua kalimat syahadat dan corak khas Palembang.
"Meriam ini bisa dipanggul karena lebih kecil dari meriam umumnya dan belum ada temuan meriam semacam ini di Sumsel," ujarnya.
Senjata sepanjang 1,75 meter yang terbuat dari perunggu itu, ia menjelaskan, secara umum bentuknya hampir sama dengan meriam kuno yang ada di Thailand.
Bedanya, ia melanjutkan, hanya ada pada ukiran corak kecubung Palembang dan dua kalimat syahadat pada bagian ekor meriam.
Menurut Hirmeyudi, meriam itu ditemukan di kawasan Pabrik Pusri yang merupakan lokasi Keraton Kuto Gawang milik Kesultanan Palembang pada abad ke-14 hingga ke-17.
Arkeolog, ia menjelaskan, masih meneliti kondisi meriam tersebut untuk mencari tahu usia meriam dan sejarahnya.
"Beruntung meriam ini segera kami selamatkan, sebab jika tidak langsung kami ambil maka bisa jadi meriam ini ada di tangan kolektor lain, tentu akan menyulitkan proses penelitian," demikian Hirmeyudi.
Ketua Kompaks Hirmeyudi pada Kamis menuturkan, meriam dengan berat sekitar 150 kilogram yang ditemukan di Sungai Musi pada awal 2020 itu berhias ukiran dua kalimat syahadat dan corak khas Palembang.
"Meriam ini bisa dipanggul karena lebih kecil dari meriam umumnya dan belum ada temuan meriam semacam ini di Sumsel," ujarnya.
Senjata sepanjang 1,75 meter yang terbuat dari perunggu itu, ia menjelaskan, secara umum bentuknya hampir sama dengan meriam kuno yang ada di Thailand.
Bedanya, ia melanjutkan, hanya ada pada ukiran corak kecubung Palembang dan dua kalimat syahadat pada bagian ekor meriam.
Menurut Hirmeyudi, meriam itu ditemukan di kawasan Pabrik Pusri yang merupakan lokasi Keraton Kuto Gawang milik Kesultanan Palembang pada abad ke-14 hingga ke-17.
Arkeolog, ia menjelaskan, masih meneliti kondisi meriam tersebut untuk mencari tahu usia meriam dan sejarahnya.
"Beruntung meriam ini segera kami selamatkan, sebab jika tidak langsung kami ambil maka bisa jadi meriam ini ada di tangan kolektor lain, tentu akan menyulitkan proses penelitian," demikian Hirmeyudi.