Rahasia kesuksesan sinetron Ramadhan 90-an fenomenal "Doaku Harapanku"

id doaku harapanku,sinetron ramadhan,sinetron religi,krisdayanti,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara sumsel hari ini

Rahasia kesuksesan sinetron Ramadhan 90-an fenomenal "Doaku Harapanku"

Dicky Wahyudi dan Krisdayanti di sinetron "Doaku Harapanku" (tangkapan layar YouTube MVP Entertainment ID)

Jakarta (ANTARA) - Untuk generasi 90-an atau mereka yang mengandalkan televisi sebagai sumber hiburan utama pada masa itu, ada satu judul yang lekat di pikiran ketika bicara mengenai sinetron Ramadhan. 

Pada 1998, sinetron yang dibintangi Krisdayanti, Dicky Wahyudi dan Leily Sagita menjadi salah satu tontonan utama masyarakat Indonesia menjelang buka puasa.

"Doaku Harapanku" adalah pelopor sinetron Ramadhan yang kini bukan barang baru lagi di berbagai stasiun televisi.

Sinetron ikonik yang tayang tahun ini punya lagu tema yang dinyanyikan langsung oleh Krisdayanti.

"Doaku Harapanku" menceritakan kehidupan pernikahan Anisa (Krisdayanti) dan suaminya, Andika (Dicky Wahyudi). Biduk rumah tangga mereka tak sepenuhnya mulus karena ibu tiri Andika, Lela (Leily Sagita) sama sekali tidak menyukai Anisa.

Kisah pilu Anisa membuka pintu dari sinetron-sinetron religi yang selalu menghiasi layar kaca selama bulan Ramadhan.

Apa yang mendasari kesuksesan "Doaku Harapanku" sebagai pionir sinetron Ramadhan?

Produser Raam Punjabi, pemilik rumah produksi Multivision Plus yang membuat "Doaku Harapanku", mengungkapkan pendapatnya mengenai kepopuleran sinetron itu.

Gebrakan di saat yang tepat serta pandai mengambil peluang menjadi kunci kesuksesan "Doaku Harapanku".

Waktu itu, televisi adalah hiburan utama. Belum ada layanan platform streaming dan teknologi ponsel yang canggih sehingga keluarga biasanya berkumpul menonton sebuah tayangan bersama-sama.

"Sebetulnya tidak ada yang berbeda, tapi waktu itu kelebihannya adalah tidak banyak stasiun televisi dan production house juga belum tahu bikin sinetron dengan sistem kejar tayang," tutur Raam pada ANTARA.

Karena sinetron ini khusus ditayangkan pada bulan Ramadhan, penayangannya setiap hari. Kala itu, sinetron pada umumnya ditayangkan sepekan sekali. Penonton akhirnya bisa menikmati kisah Anisa-Andika secara intensif dan larut ke dalam drama yang disuguhkan.
 
Leily Sagita di sinetron "Doaku Harapanku" (tangkapan layar YouTube MVP Entertainment ID)


Inti cerita yang disampaikan, kata Raam, juga jarang diangkat di sinetron masa itu. Sesuatu yang mungkin sering didengar tapi belum pernah dilihat, bahwa masalah bisa menimpa siapa saja, termasuk orang-orang yang hidup serba berkecukupan.

Kehidupan Anisa tak luput dari segala penderitaan karena hubungan dengan mertua yang tak harmonis, juga ketika suaminya kecelakaan dan mengalami amnesia.

"Penderitaan orang-orang kaya, penderitaan ini mereka (pemirsa) bisa lihat di layar kaca, memberikan ketenangan bahwa tidak hanya (orang dengan) penghasilan minim punya problem, tapi justru problem orang-orang kaya itu lebih besar di keluarga."

Daya tarik cerita yang segar pada masanya, jadwal tayang intensif serta pesaing yang tak sebanyak sekarang menjadi faktor pendukung dari kepopuleran "Doaku Harapanku".



Tayang kembali?

Di tengah situasi pandemik, stasiun televisi yang berpotensi kekurangan konten Ramadhan akibat rumah produksi yang tak beroperasi bisa menayangkan ulang tayangan lama alias re-run.

Sinetron lawas yang populer adalah salah satu konten potensial yang bisa diputar lagi di televisi.

"Doaku Harapanku" sudah pernah ditawarkan oleh Raam untuk ditayangkan kembali, namun belum ada jawaban mengenai tawaran tersebut.

Direktur Pemrograman dan Akuisisi RCTI Dini Putri tidak menutup kemungkinan sinetron Ramadhan lawas itu bisa kembali hadir di layar kaca.

"Segala hal mungkin saja," kata Dini.

Namun, ada banyak pertimbangan sebelum memutuskan sebuah serial lama kembali diputar. Selera penonton tetap harus jadi pertimbangan utama.

Bicara soal sinetron zadul alias zaman dulu, Dini mengatakan ada serial yang jauh lebih tua tapi ditayangkan ulang di televisi: "Si Doel Anak Sekolahan".

Meski zadul, penonton hingga kini masih familier dengan tokoh-tokoh di dalamnya beserta karakteristik yang unik.

Ia mengatakan, meski sudah lebih dari dua dekade berlalu. Terlebih, versi layar lebarnya juga baru-baru ini tayang.