Auditor internal harus mampu hadapi revolusi 4.0
Palembang (ANTARA) - Auditor internal harus mampu menghadapi revolusi 4.0 yang menuntut setiap profesi dapat menjawab tantangan teknologi disruptif saat ini, kata Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) Darwis A Rahman.
Ia mengatakan di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, pada era persaingan saat ini, seorang auditor harus memiliki strategi yakni penguasaan soft skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, integritas, kompetensi, networking dan sertifikasi.
"Auditor tidak hanya wajib memenuhi syarat minimal kompetensi sebagai auditor namun juga harus mampu beradaptasi dengan cepat dan selalu meng-update kompetensi yang dimiliki mengikuti perkembangan yang terjadi saat ini," kata dia.
Selain itu, auditor segera menyesuaikan diri atau bahkan melakukan langkah antisipasi agar tetap relevan dan tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Hal ini sesuai dengan misi audit internal menurut IPPF IIA yaitu ”To enhance and protect organizational value by providing risk-based and objective assurance, advice and Insight ", yang mana audit internaI harus mampu menjalankan misi untuk memberikan jaminan, nasihat, dan pandangan untuk mengantisipasl masa depan, kata dia.
Sebanyak 217 tenaga internal auditor diwisuda oleh Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dalam rangkaian seminar nasional Internal Auditor 2019 di Palembang, Rabu.
Turut hadir pada wisuda dan rangkaian seminar nasional Anggota BPK RI sekaligus Ketua IKA Unsri Agung Firman Sampurna, Sumiyati dari Inspektur Jendral Kementerian Keuangan, Heri Setianto selaku Presiden Indonesia Chapter and Deputi Menteri Negara BUMN RI, Handry Satriago selaku CEO GE Indonesia.
Direktur Eksekutif YPIA Poedjiono mengatakan saat ini terdapat 5.200 auditor internal di Indonesia yang tersertifikasi dan menyandang gelar Qualified Internal Auditor (QIA). Namun memang harus diakui masih banyak auditor yang belum memiliki sertifikasi QIA.
"Kami terus mendorong karena dengan jumlah hanya 5.200 auditor, itu sangat sedikit untuk mendukung kebutuhan di Indonesia. Harus digenjot lagi," kata dia.
Ia mengatakan di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu, pada era persaingan saat ini, seorang auditor harus memiliki strategi yakni penguasaan soft skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, integritas, kompetensi, networking dan sertifikasi.
"Auditor tidak hanya wajib memenuhi syarat minimal kompetensi sebagai auditor namun juga harus mampu beradaptasi dengan cepat dan selalu meng-update kompetensi yang dimiliki mengikuti perkembangan yang terjadi saat ini," kata dia.
Selain itu, auditor segera menyesuaikan diri atau bahkan melakukan langkah antisipasi agar tetap relevan dan tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Hal ini sesuai dengan misi audit internal menurut IPPF IIA yaitu ”To enhance and protect organizational value by providing risk-based and objective assurance, advice and Insight ", yang mana audit internaI harus mampu menjalankan misi untuk memberikan jaminan, nasihat, dan pandangan untuk mengantisipasl masa depan, kata dia.
Sebanyak 217 tenaga internal auditor diwisuda oleh Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) dalam rangkaian seminar nasional Internal Auditor 2019 di Palembang, Rabu.
Turut hadir pada wisuda dan rangkaian seminar nasional Anggota BPK RI sekaligus Ketua IKA Unsri Agung Firman Sampurna, Sumiyati dari Inspektur Jendral Kementerian Keuangan, Heri Setianto selaku Presiden Indonesia Chapter and Deputi Menteri Negara BUMN RI, Handry Satriago selaku CEO GE Indonesia.
Direktur Eksekutif YPIA Poedjiono mengatakan saat ini terdapat 5.200 auditor internal di Indonesia yang tersertifikasi dan menyandang gelar Qualified Internal Auditor (QIA). Namun memang harus diakui masih banyak auditor yang belum memiliki sertifikasi QIA.
"Kami terus mendorong karena dengan jumlah hanya 5.200 auditor, itu sangat sedikit untuk mendukung kebutuhan di Indonesia. Harus digenjot lagi," kata dia.