Menata wajah kota Yogyakarta

id yogyakarta,budaya,pariwisata

Menata wajah kota Yogyakarta

Jalan Malioboro Yogyakarta (FOTO ANTARA)

Yogyakarta, (ANTARA News Sumsel) - Bagi Yogyakarta yang menyandang banyak predikat, mulai dari kota budaya, kota pariwisata hingga kota pelajar, tentunya memiliki tata kota yang baik untuk mendukung segala predikat tersebut sangatlah penting.

Saat ini, penataan wajah kota tidak hanya difokuskan di Malioboro yang menjadi tujuan utama wisatawan tetapi juga dilakukan di kawasan Kotabaru yang menjadi satu dari lima kawasan cagar budaya di Kota Yogyakarta.

Seperti di Malioboro, penataan di kawasan Kotabaru juga diawali dengan penataan pedestrian yang diharapkan bisa menghadirkan suasana nyaman dan semakin menegaskan fungsi kawasan Kotabaru sebagai garden city.

Semula, penataan kawasan Kotabaru hanya akan dilakukan dengan merevitalisasi trotoar di sisi kanan dan kiri Jalan Suroto yang menjadi jalan utama di kawasan tersebut. Seluruh pembiayaannya didanai menggunakan dana keistimewaan senilai Rp9,5 miliar.

Namun, dengan adanya tambahan dana keistimewaan sebesar Rp2 miliar melalui anggaran perubahan 2018, maka penataannya bisa dilakukan lebih menyeluruh yaitu merevitalisasi boulevard di sepanjang Jalan Suroto.

Revitalisasi pedestrian dan boulevard dilakukan dengan mengusung konsep untuk menghadirkan suasana kawasan Indis kolonial di Jalan Suroto agar sesuai dengan gaya bangunan di Kawasan Cagar Budaya Kotabaru.

Trotoar yang semula sempit bahkan dilebarkan dengan menyulap drainase terbuka menjadi drainase tertutup sehingga tidak mengurangi lebar jalan. Trotoar yang lebih lebar diharapkan mampu memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi pejalan kaki saat menikmati suasana di kawasan tersebut.

Total panjang trotoar yang direvitalisasi mencapai sekitar dua kilometer. Trotoar yang semula memiliki lebar 1,1 meter kini menjadi lebih lapang mencapai 2,4 meter dan diharapkan tidak ada genangan di ruas jalan tersebut karena drainase pun diperbesar menjadi 80x80 centimeter.

Material untuk trotoar juga dipilih secara khusus yaitu dari bahan teraso abu-abu alih-alih mempertahankan bahan konblok yang umum digunakan sebagai trotoar. ?Tidak berhenti di situ saja. Trotoar ini juga dilengkapi dengan `guiding block?, serta `bollard? berbentuk tonggak. Yang pasti, trotoar ini harus ramah untuk difabel. Harus bisa diakses oleh seluruh lapisan masyarakat,? kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono.

Agus bahkan menyebut jika desain trotoar di Jalan Suroto yang tetap menyambung meskipun berada di sirip jalan akan direplikasi di ruas jalan lain, seperti Jalan Malioboro di masa yang akan datang. Ia meyakini jika desain trotoar yang menyambung tersebut akan memberikan kenyamanan yang lebih baik bagi masyarakat termasuk difabel.

Sejumlah fasilitas lain pun ditambahkan di sepanjang pedestrian dan boulevard untuk menambah kenyamanan, seperti menyediakan bangku kayu dan menambah lampu hias dengan desain khas Indis sehingga kegiatan di sepanjang pedestrian tidak hanya bisa dilakukan saat siang hari saja tetapi juga sampai malam hari tetap terasa nyaman.

"Pohon perindang di boulevard juga tetap dipertahankan sehingga suasana di jalan tersebut tetap rindang dan nyaman. Kami bahkan menambahkan bunga anggrek yang ditempatkan di seluruh pohon perindang untuk mempercantik penampilan kawasan," kata Agus.

Saat ini, pekerjaan revitalisasi pedestrian dan boulevard di kawasan Kotabaru yang dimulai pada akhir Juni hampir rampung, hanya menyisakan sedikit pekerjaan yaitu merapikan kawasan dan memastikan tidak ada material yang tersisa. "Kontrak kerja kami untuk pekerjaan revitaliasasi ini berakhir pada 22 Desember," katanya.

Meskipun pekerjaan revitalisasi pedestrian dan boulevard di Jalan Suroto tersebut terkesan sebagai pekerjaan yang ringan, namun sebenarnya tidak mudah karena ada beberapa tantangan dan kendala yang dihadapi.

Di antaranya, merapikan dan menyejajarkan posisi tiang lampu, tiang listrik dan tiang telepon yang sebelumnya terpasang sembarangan menjadi sejajar di posisi paling dalam trotoar sehingga trotoar terkesan lebih lapang. DPUPKP Kota Yogyakarta perlu melakukan koordinasi dengan berbagai instansi seperti PLN saat dilakukan pemadaman untuk pemindahan tiang listrik.

Pekerjaan penataan wajah Kota Yogyakarta di kawasan Kotabaru akan diperluas hingga ke ruas Jalan Sudirman pada tahun depan, tetap dengan memanfaatkan dana keistimewaan. Ruas Jalan Sudirman yang akan ditata dimulai dari simpang empat Gramedia hingga simpang tiga Jembatan Gondolayu.

Penataan dilakukan bertahap. Lokasi tersebut dinilai lebih mudah dari segi sosial karena tidak banyak digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL), katanya.

Namun demikian, Agus memastikan jika seluruh trotoar di ruas Jalan Sudirman yang dimulai dari simpang empat Bethesda hingga Tugu akan tetap direvitalisasi. "Tentunya, pedagang kaki lima (PKL) yang memanfaatkan trotoar akan bisa melihat bagaimana konsep penataan yang kami tempuh. Harapannya, penataan tahap awal ini bisa berjalan dengan baik," katanya.

Konsep penataan yang akan diterapkan di Jalan Sudirman berbeda dengan konsep yang diterapkan untuk revitalisasi di Jalan Suroto Kotabaru karena nuansa kawasan di Jalan Sudirman lebih mengarah pada kegiatan bisnis.

Tentunya, kami ingin menguatkan citra kawasan di Jalan Sudirman agar semakin dinamis namun tetap seimbang. Yang pasti, trotoar akan tetap diupayakan lebar dan lapang,? kata Agus.

Dengan demikian, sejumlah pot yang saat ini menjadi pembatas di sisi terluar trotoar akan dihilangkan, namun pohon perindang tetap akan dipertahankan. "Keberadaan pohon perindang memang tidak dalam posisi sejajar sehingga desain trotoar akan menyesuaikan pohon," katanya.

Sejumlah referensi yang digunakan dalam menyusun konsep penataan pedestrian di Jalan Sudirman di antaranya penataan pedestrian di Orchad Road Singapura, di Malaysia, beberapa kota di luar negeri sertabeberapa kota di Indonesia seperti Solo dan Malang.

Yang pasti, pedestrian yang dibangun tetap ramah terhadap penyandang disabilitas namun tetap mendukung pengembangan kawasan menjadi kawasan perdagangan dan jasa yang maju,? katanya.

Kebijakan pendukung

Penataan pedestrian dan boulevard di Jalan Suroto diperkirakan akan menjadi magnet bagi masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas di kawasan tersebut, terlebih kawasan tersebut menawarkan berbagai kegiatan yang menarik dimulai dari wisata kuliner dengan keberadaan berbagai kafe, pemenuhan kebutuhan literasi dengan adanya sejumlah toko buku dan Perpustakaan Kota Yogyakarta serta keberadaan beberapa kantor pemerintahan.

"Kami tentunya akan mengevaluasi bagaimana perilaku pengguna jalan di kawasan tersebut. Apakah terjadi perubahan yang signifikan atau tidak setelah revitalisasi pedestrian ini selesai dikerjakan," kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Golkari Made Yulianto.

Jika terjadi perubahan yang signifikan, maka Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta akan melakukan kajian hingga perubahan manajemen lalu lintas sehingga pengguna jalan dan masyarakat yang memanfaatkan kawasan tersebut tetap nyaman.

Untuk saat ini, arus lalu lintas di Kotabaru akan tetap seperti pengaturan yang sudah berjalan selama ini,? katanya.

Sedangkan untuk perayaan malam tahun baru, Golkari pun memperkirakan jika akan ada banyak masyarakat yang memanfaatkan kawasan tersebut untuk merayakan pergantian tahun. "Sepeda motor dapat memanfaatkan parkir di sirip-sirip jalan, sedangkan mobil bisa parkir di Stadion Kridosono," katanya.

Dukungan untuk memaksimalkan fungsi kawasan pedestrian Kotabaru juga dilakukan oleh Perpustakaan Kota Yogyakarta yang berencana membuka layanan selama 20 jam mulai awal 2019.

Pedestrian Kotabaru sudah semakin bagus. Tentunya, kami pun ingin melengkapinya dengan membuka waktu layanan yang lebih panjang hingga 20 jam. Selama ini, setiap kami menutup perpustakaan pada pukul 24.00 WIB, masih banyak pemustaka yang duduk-duduk di trotoar untuk bisa memanfaatkan internet gratis dari kami,? katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti berharap, pedestrian di kawasan Kotabaru yang sudah direvitalisasi dapat dimanfaatkan sebagai area publik yang nyaman bagi masyarakat. "Yogyakarta harus bisa menjadi kota yang nyaman, tertib dan bersih. Tiga hal pokok itu harus terus diutamakan," katanya.