Warga diingatkan tidak mendekati Gunung Marapi

id gunung marapi,agam,sumbar,bpbd

Warga diingatkan tidak mendekati Gunung Marapi

Gunung Marapi yang terletak di antara Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, mengeluarkan abu vulkanik terlihat di X Koto, Tanah Datar, Sumbar, Selasa (22/10). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bukittinggi, Sumatera Barat, mengatakan intensitas gunung marapi meningkat, dari 1/10 sampai 22/10, mengeluarkan abu vulkanik sebanyak 73 kali, yang tercatat Seismokgraf, dan status gunung marapi masih waspada atau level II. (ANTARA/Muhammad Arif Pribadi)

Lubukbasung, Sumbar (ANTARA News Sumsel) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mengingatkan warga untuk tidak mendekati Gunung Marapi dalam radius tiga kilometer setelah gunung tersebut mengalami erupsi pada Jumat (27/4), pukul 18.20 WIB.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam, Wahyu Bestari di Lubukbasung, Minggu, menyebutkan peringatan dan imbauan itu telah disampaikan ke camat yang berada di kaki gunung setinggi 2.891 meter di atas permukaan laut itu yakni, Kecamatan Sungaipua, Canduang dan Baso.

Status Gunung Marapi dalam kondisi level II atau waspada karena pada Jumat sore gunung tersebut mengalami erupsi beberapa kali.

Amplitudo erupsi ini hanya mencapai sembilan milimeter dan tergolong erupsi kecil, dengan durasi 27 detik.

Dengan kondisi itu, pihaknya telah mengerahkan anggota Kelompok Siaga Bencana (KSB) di kecamatan tersebut.

Selain itu, menyiapkan anggota Satuan Tugas (Satgas) BPBD setempat dan anggota Pusdalops sebanyak 16 personel.

"Anggota Satgas dan Pusdalops ini akan turun ke lokasi untuk mengevakuasi warga apabila gunung mengeluarkan abu vulkanis dengan cukup tebal," katanya.

Saat ini, aktivitas masyarakat di tiga kecamatan itu masih seperti biasa, ada yang bertani, berkebun dan lainnya.

Terkait jumlah warga yang tinggal di daerah rawan erupsi Gunung Marapi itu, Wahyu menambahkan, pihaknya belum memiliki data dan saat ini sedang menghimpun data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil setempat karena sebagian warga yang memiliki kartu tanda penduduk di daerah itu, namun mereka tidak berada di kampung halaman mereka.

"Berdasarkan data ini, kita bisa mengetahui berapa jiwa warga yang tinggal di daerah rawan erupsi gunung tersebut," katanya.