Pemerhati Lingkungan: Sampah Ramayana merusak pemandangan

id sampah, sampah ramayana

Pemerhati Lingkungan: Sampah Ramayana merusak pemandangan

Relawan Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan Kabupaten Ogan Komering Ulu menyoroti masalah pengelolaan sampah Ramayana di pusat Kota Baturaja. (Foto Antarasumsel.com/13/E Permana)

Baturaja (ANTARA Sumsel) - Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan menilai sampah sisa-sisa barang dagangan Ramayana di Baturaja, menghasilkan tumpukan sampah yang merusak pemandangan.

"Sampah di samping Ramayana, sangat mengganggu. Kami meminta kepada pihak pengelola untuk melakukan perbaikan agar suasana sekitarnya menjadi bersih, rapi dan nyaman," kata Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan Ogan Komering Ulu (OKU) Yunizir Djakfar di Baturaja, Selasa.

Pada kampanye hijau yang digelar serangkaian HUT ke-10 Organisasi itu, Yunizir mengatakan, sekarang ini di kawasan pusat perbelanjaan itu kondisinya sangat tidak nyaman akibat tumpukan sampah sehigga ketika melintas mencium bau tidak sedap.

Pusat perbelanjaan moderen di kawasan Jembatan Ogan III menuju arah rumah dinas Bupati OKU itu, terlihat kondisi buruknya sistem pengelolaan sampah sisa buangan sampah dan kotoran lainnya yang nyata-nyata pengelolanya tidak mendukung program Pemkab OKU untuk meraih penghargaan bidang lingkungan atau Adipura, katanya.

Menurut dia, sejak berdirinya Ramayana di daerah itu belum pernah pihak perusahaan yang bergerak di bidang ritel tersebut menggelontorkan dana bina lingkungan (CSR), terutama untuk pelestarian lingkungan hidup.

"Kami akan meninjau ulang ke Badan Lingkungan Hidup setempat, terkait izin lingkungannya. Untuk masalah ini, kami tidak akan kompromi, pengelola Ramayana harus bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekitar," tegasnya.

Menanggapi hal itu, Asisten Manajer Ramayana Baturaja, Adit Hasim mengatakan, untuk masalah limbah yang ditimbulkan mungkin memang sangat mengganggu.

Terhadap masalah sampah ini, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan dan Keindahan (DKK) Pemkab OKU, katanya.

Namun, terbatasnya armada pengangkut sampah yang ada hanya dua unit, sehingga setiap hari mengalami kesulitan terhadap persoalan sampah tersebut.

"Hal tersebut menjadi masalah tersendiri, namun akan terus berupaya untuk terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan di daerah ini," katanya.

Mengenai penanganan sampah, tidak langsung dibuang ke sungai karena harus melalui proses disesuaikan dengan jenis sampah termasuk sampah organik.

Dia menambahkan, sampah organik yang diproduksi mencapai 250 kilogram perhari.(E Permana)