Telaah - Pemberontakan G30 S PKI 'hilang' dari benak rakyat?

id telaah, pemberontakan g30 s pki, g30s pki hilang dari benak rakyat, arnaz ferial firman

Telaah - Pemberontakan G30 S PKI 'hilang' dari benak rakyat?

Jenderal TNI A Yani, satu dari tujuh jenderal yang menjadi korban G 30 S PKI Tahun 1965. (ist)

....Akibat pemberontakan oleh PKI tersebut yang dipimpin DN Aidit, maka Angkatan Darat harus kehilangan beberapa perwira tingginya dan sejumlah perwira menengahnya serta seorang anak perempuan....
Jakarta  (ANTARA Sumsel) - Selama beberapa hari terakhir, perhatian masyarakat di Jakarta dan daerah lain di Tanah Air terpusat pada dua kasus, yakni tawuran antarpelajar di DKI Jakarta yang memakan korban dua pelajar meninggal dan pengadilan terhadap beberapa tersangka kasus tindak pidana korupsi.

Sebanyak dua pelajar harus tewas di Jakarta setelah terjadinya tawuran pada hari Senin(24/9) dan Rabu (26/9) di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan dan di Manggarai yang juga berada di Jakarta Selatan.  

Akibat tawuran tersebut, maka Kepolisian Metro Jakarta sampai- sampai harus mengirim beberapa petugasnya untuk membekuk seorang pelajar berinisial FR yang diduga sebagai pembunuh seorang siswa SMA Negeri 6 Jakarta yang berlokasi di kawasan padat berdekatan dengan terminal Blok M.

Sementara itu, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Senior Miranda Swaray Goeltom pada hari Kamis (27/9) di Jakarta dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan denda Rp100 juta karena terbukti secara hukum telah menyuap sejumlah anggota DPR masa bakti 2004-2009 agar memilih Miranda sebagai orang" nomor dua" di bank sentral di Tanah Air.

Sementara itu, perdebatan atau sedikitnya "debat kusir" mengenai dana talangan atau bail out tidak kurang dari Rp7 triliun bagi bank century  terutama di kawasan Senayan tempat berkantornya para anggota Dewan Perwakilan Rakyat alias DPR belum juga usai. Padahal Tim Pengawas DPR sudah "mengorek-ngorek" keterangan dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla serta mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) Antasari Azhar.

Padahal tanggal 30 September dan 1 Oktober juga seharusnya menjadi fokus perhatian seluruh masyarakat di Tanah Air karena pada tanggal-tanggal tersebut tahun 1965 telah terjadi pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI terhadap pemerintahan yang sah di Indonesia.

Akibat pemberontakan oleh PKI tersebut yang dipimpin DN Aidit, maka Angkatan Darat harus kehilangan beberapa perwira tingginya dan sejumlah perwira menengahnya serta seorang anak perempuan.

Jenderal-jenderal TNI yang harus mengorbankan nyawa dan tubuhnya itu adalah Letnan Djenderal TNI  Ahmad Yani, Mayor Jenderal   TNI Soeprapto, Mayor Jenderal S Parman, Mayor Jenderal TNI Harjono MT, Brigadir Jenderal TNI DI Pandjaitan, serta Brigadir Jenderal TNI Soetojosiswomihardjo, dan juga Letnan Tendean.

Sementara itu, Jenderal TNI Abdul Haris Nasution harus kehilangan putri ciliknya Ade Irma akibat upaya penculikan yang didalangi oleh PKI dengan komandan lapangan Letnan Kolonel Untung.

Akhirnya jenazah para jenderal itu berhasil ditemukan di daerah Lubang Buaya  dan sebagai penghormatan bangsa dan negara, para jenderal itu mendapat gelar sebagai Pahlawan Revolusi.  

Sebaliknya PKI yang telah berulang kali mencoba melakukan pemberontakan terhadap pemerintah yang sah akhirnya dibubarkan sehingga tidak boleh bercokol lagi di Tanah Air sampai kapan pun juga.

Karena sejumlah tokoh Angkatan Darat gugur akibat upaya pemberontakan itu, maka masyarakat Indonesia dan juga dunia internasional mulai mengenal nama Mayor Jenderal TNI Soeharto yang akhirnya  memimpin Angkatan Darat hingga menjadi Presiden Republik Indonesia.

Sementara itu, Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan Jenderal AH Nasution pada upacara pelepasan ketujuh Pahlawan Revolusi yang bertepatan dengan pada Hari Ulang ABRI 5 Oktober 1965 menegaskan bahwa para prajurit merasa terhina akibat terjadinya pemberontakan oleh partai komunis tersebut..

"Hari ini adalah Hari Angkatan Bersenjata, tapi kami dihinakan oleh penganiajaan," tegas Jenderal Nasution

"Sudah dilupakan"?
Setiap tahunnya, bangsa Indonesia siapa pun presidennya mulai dari Soeharto, Abdurrahman Wahid, BJ Habibie, Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono sampai saat ini selalu datang ke Lubang Buaya untuk memperingati gagalnya upaya pemberontakan itu  yang biasa disebut sebagai Hari Peringatan Kesaktian Pancasila atau Hapsak.

Pada upacara ini, sang presiden setelah memimpin upacara, kemudian beserta para undangan lainnya mendatangi lubang-lubang yang digali untuk menyembunyikan jenazah para korban penculikan yang didalangi oleh para anggota partai komunis tersebut.

Sekalipun upacara tiap tahun dilaksanakan di Jakarta dan di seluruh tanah air, tetap saja muncul pertanyaan-pertanyaan yang amat sederhana.

Pertanyaan itu antara lain adalah sekalipun PKI sudah dibubarkan, maka sudah hilangkah secara otomatis semua pikiran dan ajaran komunis di Tanah Air tercinta ini?

Apakah ajaran komunis yang masih ada di berbagai negara seperti China, Rusia, Kuba tidak mungkin menyusup lagi ke Indonesia melalui berbagai cara dan berbagai sarana? Sudahkah dan selalukah pemerintah menyiapkan berbagai langkah untuk mengusir ajaran komunis baik yang asli maupun dengan  berbagai" bentuk barunya?

Sekalipun PKI sudah dibubarkan, bangsa Indonesia tetap berhubungan dengan berbagai negara komunis di berbagai belahan dunia yang bisa diperkirakan akan tetap berusaha masuk ke Indonesia melalui berbagai cara dan bentuknya, apalagi negara -negara komunis itu tahu betul kerawanan dan kegelisahan yang muncul disini misalnya sikap apriori sejumlah warga terhadap para pejabatnya, sikap koruptif yang masih menjamur di kalangan pejabat dan pegawai negeri, hingga legislatif dan yudikatif.

Pertanyaan lain yang bisa muncul pada hati rakyat adalah  apakah aparat pertahanan dan keamanan yakni TNI dan Polri terus memantau kemungkinan masuknya lagi pikiran komunis dan orang-orangnya kesini melalui berbagai cara dan peluang?

Pemberontakan G-30-S PKi memang sudah terjadi puluhan tahu lalu. Tapi apakah bangsa ini sudah boleh lega dan bernapas dengan  sehingga bisa "membusungkan dadanya" siap menghadapi kemungkinan masuknya ajaran komunis ke sini.

Pertanyaan demi pertanyaan ini bisa muncul setiap saat terutama jika bangsa Indonesia memasuki bulan September dan Oktober khususnya. Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.    

Namun para pejabat mulai dari yang tertinggi seperti presiden, wakil presiden, menteri- menteri, pimpinan TNI dan Polri, tokoh agama, pendidik, serta pimpinan partai politik seharusnya mampu  menjamin bahwa komunis dalam bentuk apa pun juga pasti tidak akan bisa masuk lagi ke sini, karena sekarang saja, sudah setumpuk masalah yang harus dihadapi masyarakat dan bangsa ini.  (ANT/A011)