Muara Teweh (ANTARA) - Badan Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah melalui Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Muara Teweh, kembali melepasliarkan satwa primata kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Cagar Alam (CA) Pararawen I dan Pararawen II, Kecamatan Teweh Tengah.
"Pelepasliaran kali ini sebanyak tiga ekor yakni satu keluarga kera ekor panjang. Dua ekor induk jantan dan betina serta anaknya berusia dua tahun lebih yang berasal dari penyerahan masyarakat di Muara Teweh," kata Kepala BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh, Nizar Ardhanianto di Muara Teweh, Minggu.
Menurut dia, setelah sempat melalui tahap rehabilitasi di kandang transit dan siap dilepasliarkan kembali ke habitatnya, keluarga satwa primata itu dilepasliarkan di daerah penyangga kawasan Cagar Alam Pararawen. Tim Wildlife Rescue (WRU) sebelumnya terlebih dahulu telah melakukan survei habitat area pelepasliaran.
Keberadaan kera ekor panjang, kata dia, seringkali digunakan sebagai topeng monyet yang melalukan aksinya di jalan-jalan umum.
Kegiatan pelepasliaran kera ekor panjang itu juga dalam rangka mendukung kampanye "Barito Utara Bebas Topeng Monyet" menyusul daerah-daerah lain yang telah melakukan kampanye tersebut.
"Pelarangan kegiatan topeng monyet ini perlu dilakukan, selain karena pelatihan yang kejam serta penggunaannya yang jauh dari kaidah kesejahteraan satwa, namun juga untuk mencegah penularan bahaya zoonosis dan konflik," kata Nizar.
Tim Wild Rescue Unit (WRU) BKSDA Kalteng – SKW III Muara Teweh melepasliarkan satu keluarga kera ekor panjang di kawasan hutan Cagar Alam Pararawen Kecamatan Teweh Tengah, Rabu (26/6/2019). (FOTO ANTARA/HO-BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh)
Kawasan CA Pararawen seluas 5.855 hektare terbagi dua yakni Pararawen I seluas 2.015 hektare dan Pararawen II mencapai 3.840 hektare terletak di Dusun Pararawen Desa Lemo dan Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah.
Kawasan ini merupakan perwakilan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh Dipterocarpaceae dan sebagai habitat fauna penting.
Di CA ini terdapat sejumlah satwa dilindungi diantaranya bekantan (Nasalis larvatus), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctus malayanus) dan owa-owa (Hylobates muelleri).Satwa lainnya ada kijang (Muntiacus muntjak), bangkui (Presbytis rubicunda), ayam hutan (Galus galus) serta burung rangkong (Buceros sp).
CA Pararawen I dan II dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai sumber air bersih dan telah pula dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam karena panorama alamnya yang indah.Nama flora terdapat di wilayah ini antara lain meranti (Shorea sp), geronggang (Cratoxylon arborescens), tembesu (Fagreacsororea sp), palawan (Tristania obovata), laban (Vitex pubescens), ulin (Eusideroxylon zwageri) dan madang batu (Litsea sp).
"Pelepasliaran kali ini sebanyak tiga ekor yakni satu keluarga kera ekor panjang. Dua ekor induk jantan dan betina serta anaknya berusia dua tahun lebih yang berasal dari penyerahan masyarakat di Muara Teweh," kata Kepala BKSDA Kalteng SKW III Muara Teweh, Nizar Ardhanianto di Muara Teweh, Minggu.
Menurut dia, setelah sempat melalui tahap rehabilitasi di kandang transit dan siap dilepasliarkan kembali ke habitatnya, keluarga satwa primata itu dilepasliarkan di daerah penyangga kawasan Cagar Alam Pararawen. Tim Wildlife Rescue (WRU) sebelumnya terlebih dahulu telah melakukan survei habitat area pelepasliaran.
Keberadaan kera ekor panjang, kata dia, seringkali digunakan sebagai topeng monyet yang melalukan aksinya di jalan-jalan umum.
Kegiatan pelepasliaran kera ekor panjang itu juga dalam rangka mendukung kampanye "Barito Utara Bebas Topeng Monyet" menyusul daerah-daerah lain yang telah melakukan kampanye tersebut.
"Pelarangan kegiatan topeng monyet ini perlu dilakukan, selain karena pelatihan yang kejam serta penggunaannya yang jauh dari kaidah kesejahteraan satwa, namun juga untuk mencegah penularan bahaya zoonosis dan konflik," kata Nizar.
Kawasan CA Pararawen seluas 5.855 hektare terbagi dua yakni Pararawen I seluas 2.015 hektare dan Pararawen II mencapai 3.840 hektare terletak di Dusun Pararawen Desa Lemo dan Desa Pendreh Kecamatan Teweh Tengah.
Kawasan ini merupakan perwakilan hutan hujan tropika pegunungan yang didominasi oleh Dipterocarpaceae dan sebagai habitat fauna penting.
Di CA ini terdapat sejumlah satwa dilindungi diantaranya bekantan (Nasalis larvatus), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctus malayanus) dan owa-owa (Hylobates muelleri).Satwa lainnya ada kijang (Muntiacus muntjak), bangkui (Presbytis rubicunda), ayam hutan (Galus galus) serta burung rangkong (Buceros sp).
CA Pararawen I dan II dimanfaatkan masyarakat lokal sebagai sumber air bersih dan telah pula dimanfaatkan untuk kepentingan wisata alam karena panorama alamnya yang indah.Nama flora terdapat di wilayah ini antara lain meranti (Shorea sp), geronggang (Cratoxylon arborescens), tembesu (Fagreacsororea sp), palawan (Tristania obovata), laban (Vitex pubescens), ulin (Eusideroxylon zwageri) dan madang batu (Litsea sp).