Selain itu, pengawasan di sekolah terbatas, terutama di area seperti toilet, koridor, atau online, di mana bullying sering terjadi tanpa terlihat.“Tidak tersedianya standar penanganan bullying di sekolah, yang dapat dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Psikolog yang tergabung sebagai anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK) itu mengatakan pengaruh lingkungan eksternal menjadi faktor sebabkan perundungan seperti kekerasan di rumah, pengaruh teman sebaya, atau konten media mengandung kekerasan bisa memperburuk.
Kurangnya empati, menjadi penyebab perilaku perundungan di kalangan pelajar hingga berdampak jangka panjang pada kesehatan mental korban.
“Pelaku sering kali kurang empati karena belum matang secara emosional, sementara korban bisa mengalami trauma seperti stres, depresi, atau bahkan bunuh diri,” katanya.
Lebih lanjut, Kasandra menambahkan dalam setiap kejadian kekerasan, pendekatan multidisipliner dan penyelidikan yang komprehensif diperlukan agar penanganan kasus tidak terburu-buru menuding satu faktor, namun mampu mengungkap akar permasalahan secara utuh dan ilmiah.
“Tanpa intervensi holistik (seperti konseling dan edukasi sekolah), masalah ini berulang. (Rigby, K.,2012 & Ttofi, M.M. & Farrington, D.P., 2011),” tutur dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sejumlah faktor penyebab perundungan di institusi pendidikan
