Fadli juga menyoroti pentingnya forum dan platform untuk mempromosikan budaya, sebagai contohnya, festival seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang telah membuka peluang jaringan internasional melalui partisipasi hampir 100 pameran dari berbagai negara.
"Acara seperti ini membangun jaringan antara pelaku budaya, saling mendukung, dan memperkuat sinergi untuk mendorong budaya Indonesia ke tingkat global," ungkap Fadli.
Namun, selain memperkenalkan budaya ke dunia, Fadli mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian budaya lokal, terutama yang terancam punah.
Ia menyebut pendataan sebagai langkah awal yang krusial, banyaknya tradisi lokal, seperti bahasa daerah dan praktik budaya langka, menghadapi ancaman kepunahan karena semakin sedikitnya pelaku budaya.
Sebagai contoh, ia mengangkat revitalisasi arsitektur tradisional rumah bambu Sunda yang hampir hilang.
“Ada rumah-rumah seperti tipe Jalopong, Sri Tewur, hingga Badakhlai yang sudah punah. Kami berupaya menghidupkan kembali arsitektur ini karena budaya kita selalu dekat dengan alam," jelasnya.
Selain itu, Fadli juga mendorong pembentukan museum hidup dan taman budaya sebagai ruang ekspresi budaya daerah.
Museum-museum tersebut bukan hanya untuk menyimpan benda, tetapi juga menjadi pusat edukasi, literasi, dan pelestarian budaya, serta generasi muda dapat belajar, berinteraksi, dan merasa terhubung dengan identitas budayanya.
Dengan kombinasi pelestarian lokal dan promosi global, Fadli optimistis bahwa budaya Indonesia dapat mendunia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkebud Fadli Zon optimistis budaya Indonesia bisa mendunia