Jakarta (ANTARA) - Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Erwin Dwiyana mengungkapkan, udang vaname Indonesia kalah bersaing dengan udang vaname asal Ekuador dan India di pasar internasional.
“Daya saing ini kalau sudah di pasar internasional, harga juga menentukan, jadi bagaimana udang Indonesia itu kalah bersaing dengan Ekuador, India tidak hanya biaya logistik. Dari Ekuador pasti kalah karena jarak mereka ke Amerika lebih dekat, kalau dengan India kita kalah dari sisi efisiensi,” ujar Erwin dalam Bincang Bahari edisi 2 Tahun 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, lanjut dia, untuk dapat bersaing di pasar internasional, perlu adanya peningkatan efisiensi di hulu terkait biaya-biaya seperti pakan hingga biaya penanganan yang sebaiknya ditekan.
“Karena input produksi dipengaruhi bahan bakar, kebijakan dan sebagainya,” imbuhnya.
Hal kedua adalah berkaitan dengan kualitas yang menjadi syarat mutlak mengekspor produk.Untuk itu ia mendorong dari sisi hulu untuk menangani hasil perikanan melalui cara budidaya ikan yang baik dan benar (CBIB), sehingga dari penanganan hingga pengolahan menghasilkan mutu yang terjaga yang pada akhirnya berdampak pada mutu dan kualitas dan harga.
Selanjutnya adalah diversifikasi produk, menurutnya salah satu persoalan yang terjadi di Amerika adalah udang vaname beku asal Indonesia memiliki pesaing yang berat yakni Ekuador dan India.
Untuk itu, diperlukan ekspor produk udang dengan diversifikasi produk seperti misalnya udang tepung dengan ukuran yang bagus sehingga memiliki daya saing yang lebih tinggi.
“Diversifikasi produk ini perlu dilakukan untuk memiliki daya saing yang lebih tinggi,” pungkasnya.