Kisah Ronaldo selanjutnya di Manchester United

id Liga Inggris, Manchester United,Cristiano Ronaldo,berita sumsel, berita palembang, antara palembang

Kisah Ronaldo selanjutnya di Manchester United

Striker Manchester United Cristiano Ronaldo saat pertandingan 16 besar Liga Champions antgara Manchester United dan Atletico Madrid di Stadion Old Trafford, Manchester, Inggris, 15 Maret 2022. (Photo by Paul ELLIS / AFP) (AFP/PAUL ELLIS)

Jakarta (ANTARA) - Awalnya Cristiano Ronaldo senang melihat langkah klubnya dalam bersegera mengikat Erik ten Hag sebagai pelatih baru Manchester United saat baik Liga Belanda maupun Liga Inggris belum selesai.

Ronaldo mengaku senang oleh penunjukan pelatih asal Belanda yang sukses membawa Ajax Amsterdam itu sekalipun di level Eropa tak berakhir dengan trofi.

"Saya tahu (ten Hag) sudah menuntaskan kerja fantastis untuk Ajax dan bahwa dia pelatih yang berpengalaman, tapi kita mesti memberi waktu kepada dia."

Baca juga: Bayern tak minati Ronaldo karena soal folosofi

Kalimat itu diucapkan Ronaldo 3 Juni silam ketika bursa transfer musim panas belum dibuka dan tatkala dia tahu Liga Champions musim depan tak akan melibatkan klubnya.

Sepuluh hari kemudian pada 13 Juni, Liverpool membajak Darwin Nunez dari Benfica ketika United menjadi tim yang lebih dulu mendekati pemain Uruguay itu.

Jauh sebelum itu pada 10 Mei ketika Liga Premier musim 2021-2022 belum menutup tirainya, gerakan Manchester City malah lebih cepat lagi. Mereka mengumumkan Erling Braut Haaland akan menjadi pemain mereka. Dan tiga hari setelah Liverpool membeli Nunez, City merampungkan transfer Haaland yang juga bidikan United.

Pendukung MU marah dan kecewa, merasa manajemen klub kesayangannya lamban bergerak di bursa transfer.

Baca juga: Ronaldo dilaporkan ingin tinggalkan Manchester United

Rupanya bukan pendukung saja yang kesal, Cristiano Ronaldo pun sama kesal dan marahnya.

Kalaupun akhirnya Setan Merah membuat rekrutmen pertama musim panas ini dengan mengontrak Tyrell Malacia dari Feyenoord sampai Juni 2026 senilai total Rp264 miliar, kegelisahan kapten timnas Portugal itu tak berkurang.

Dia tetap kecewa oleh berlarut-larutnya kisah transfer gelandang Barcelona Frenkie de Jong yang mantan anak buah Erik ten Hag sewaktu masih bermain bersama Ajax.

Superstar sepak bola dunia ini membayangkan apa jadinya dia nanti jika terus bersama United yang lamban memperkuat diri ketika seharusnya segera memperkuat diri.

Dia gelisah karena finis urutan keenam yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir, ternyata tak membuat pembesar klub bergerak cepat merombak skuad.

Ronado pun menjadi makin tersadarkan bahwa klubnya tak lagi memiliki ambisi besar. Dia sudah melihat hal itu musim lalu yang membuatnya tak mendapatkan pencapaian apa-apa dari skuadnya.

Apa untungnya bertahan dalam skuad yang tak terlihat ingin segera mereformasi diri. Padahal, Ronaldo masih lapar Ballon d'Or, masih ingin mencetak gol sebanyak mungkin, masih bernafsu berada di puncak kompetisi, dan masih berhasrat tinggi membuat rekor.


Liga Champions

Ronaldo sendiri bukan pemain yang hanya bisa menggerutu. Walaupun gerakannya tidak secepat dulu dan menjadi pemain depan paling pasif di Liga Inggris dalam membantu pertahanan timnya, sumbangsih gol dari dia tak pernah surut.

Bahkan ketika timnya mencatat hasil terburuk sepanjang masa klub ini saat finis urutan keenam pada musim 2021-22 dengan hanya menang 16 kali, kebobolan 57 gol dan hanya bisa mengumpulkan 58 poin, Ronaldo tetap produktif, tidak saja dibandingkan dengan semua pemain MU tetapi juga dibandingkan dengan kebanyakan striker yang bermain di Liga Premier.

Dia pencetak gol terbanyak United musim lalu dengan 24 gol dari 38 pertandingan. Dalam usia 37 tahun dia masih bisa menjadi pencetak gol terbanyak ketiga di Liga Premier dengan 18 gol, hanya kalah dari Mohamed Salah dan Son Heung-min.

Musim lalu MU boleh saja di bawah Manchester City, Chelsea dan Arsenal, namun jumlah gol yang dibuat Ronaldo lebih banyak dibandingkan dengan pemain mana pun di ketiga klub itu.

Ronaldo juga pemain yang jarang sekali cedera. Menurut transfermarkt, dalam dua musim terakhir, dia hanya absen total 19 hari karena cedera fisik. Sungguh asset yang sehat yang tak mengganggu rencana bermain klub.

Sebelum ini ada harapan Ronaldo terus bersama United, apalagi ten Hag mengungkapkan sudah memasukkannya dalam rencana musim depan.

Namun dengan terus berlarut-larutnya perburuan Frenkie de Jong, Ronaldo merasa United tidak serius membangun diri menjadi lebih kuat.

United dan Ronaldo sendiri sepertinya memang berbeda arah. United ingin membentuk tim kuat yang dibangun secara bertahap atau evolusioner. Sebaliknya, Ronaldo ingin segalanya cepat karena hanya memiliki tujuan jangka pendek mengingat dia mungkin bertahan sebagai pemain paling lama tiga tahun lagi.

Ronaldo memiliki kaitan emosional yang sangat tinggi dengan United di mana pada periode 2003 - 2009, dia telah membuat Setan Merah tiga kali menjuarai Liga Premier dan sekali Liga Champions.

Tetapi sikap dan performa klub belakangan ini membuatnya berpikir tak mungkin menutup karir dengan aura gemerlap seperti dia inginkan. Jika terus bersama United, maka untuk pertama kalinya Ronaldo bermain bersama klub tanpa kompetisi Liga Champions.

Bagi superstar yang sudah lima kali menjuarai Liga Champions dan selalu ada dalam kompetisi ini, skenario Liga Champions tanpa Ronaldo adalah amat mengerikan.

Ronaldo juga merasakan sendiri skuad MU bermain dalam hasrat yang sungguh berbeda dari sewaktu dia pertama kali membela klub ini. Manchester United saat ini tak punya mentalitas juara dan acap menyerah sebelum bertanding, yang jelas berbeda dari mentalitas Ronaldo.

Pesepak bola yang Februari tahun depan genap berusia 38 tahun itu tahu pasti dia hanya punya waktu singkat untuk tetap di level atas. Dia sendiri sudah bilang akan berusaha keras lebih banyak lagi memenangkan trofi dan anugerah sebelum gantung sepatu.


Tidak cocok

Skenario Ronaldo bertahan di Old Trafford perlahan pupus, dan semakin cepat pupus manakala pemilik baru Chelsea, Todd Boehly, bertemu dengan agen Ronaldo. Sejak itulah, Ronaldo terang-terangan ingin meninggalkan United.

Chelsea yang finis urutan ketiga dan belakangan musim ini selalu tampil jauh lebih tinggi dalam Liga Champions ketimbang United, memiliki tiket kompetisi paling elit di Eropa itu.

The Blues sendiri serius mendekati Ronaldo, bukan karena coba-coba, bukan pula cuma karena brand dan marketing.

Klub London ini menghadapi masalah di lini depan yang dalam dua musim terakhir kalah produktif dari tim-tim enam besar Liga Inggris lainnya. Hanya Jorginho (tujuh gol) dan Mason Mount (11 gol) pemain Chelsea yang paling banyak mencetak gol selama dua musim itu. Dua orang ini berposisi gelandang, bukan penyerang.

Romelu Lukaku yang sudah dipinjamkan ke Inter Milan, serta Timo Werner dan Kai Havertz yang subur di Liga Jerman sebelum ditarik ke Stamford Bridge, juga mandul musim lalu.

Oleh karena itu Ronaldo akan menjadi imbuhan yang sangat bagus bagi lini serang Chelsea, yang kemudian berminat juga menjegal MU dalam mendapatkan Frenkie de Jong.

Dari hari ke hari, bayangan Ronaldo pindah ke lain hati semakin besar. Tetapi itu bukan karena Ronaldo tidak mencintai United.

Dia pemain besar, dan pemain besar selalu ingin ada di Liga Champions, sayangnya United tak bisa memberikan itu. Andai masih 20-an tahun Ronaldo mungkin mau menunggu barang satu musim.

United sendiri perlahan realistis. Pun Erik ten Hag yang disebut media massa Inggris tidak terlalu serius melibatkan Ronaldo. Dia berbicara melibatkan Ronaldo karena dia tahu di belakang pemain ini ada penggemar dan legenda-legenda MU yang menghormati pemain itu. Ronaldo juga brand.

Semua orang tahu filosofi sepak bola ten Hag tidak cocok dengan Ronaldo yang sama halnya dengan gegenpressing Ralf Rangnick yang melatih United sebelum ten Hag.

Rangnick bahkan hanya perlu dua hari setelah menjadi manajer United untuk menyatakan tak bisa memainkan Ronaldo. Tapi karena tak ada pilihan lain dalam lini serang, Rangnick terpaksa memainkan Ronaldo.

Kualitas Ronaldo sebagai penuntas memang tak tertandingi tetapi Rangnick melihat pemain ini jarang berusaha terlibat dalam permainan tempo tinggi yang diinginkan Rangnick.

Dan inilah yang meyakinkan Rangnick untuk memberi tahu direktur sepak bola John Murtough agar menjual peraih Ballon d'Or lima kali itu dalam jendela transfer Januari silam.

Ten Hag diyakini bakal mengalami dilema seperti Rangnick. Bukan mustahil dia berpikiran sama dengan Rangnick untuk mengecualikan Ronaldo tapi tak akan bisa.

Menjadi masuk akal selama gonjang ganjing ini teh Hag bungkam soal Ronaldo atau setidaknya berbicara normatif saja, karena dia mungkin sudah melihat Ronaldo akan menjadi salah satu masalah yang menghalangi dia dalam merevolusi Manchester United dengan sepak bola menekan dan menyerang.

Itu sama halnya dia tak berbicara apa-apa soal Paul Pogba yang hengkang ke Juventus. Pemain ini dianggap figur yang memecah belah skuad yang mungkin saja salah satu dari dua biang rusuh yang sudah meninggalkan MU seperti disebut CEO Richard Arnold.

Untuk itu, perpisahan dengan Ronaldo memang menyakitkan untuk semua orang yang terkait dengan Manchester United tapi itu bisa jadi langkah terbaik baik untuk Ronaldo maupun untuk United. Mungkin saja.