Jakarta (ANTARA) - Seorang pelapor yang membagikan sejumlah dokumen Facebook terkait isu kesehatan mental anak-anak mengungkapkan identitasnya pada Minggu (3/10) waktu setempat dan menuduh bahwa Facebook lebih memilih keuntungan daripada keamanan.
Sebelumnya pada Kamis (30/9), Senator Amerika Serikat melakukan sidang setelah seorang pelapor yang tidak disebutkan namanya membagikan dokumen kepada anggota parlemen AS dan The Wall Street Journal yang merinci bagaimana Facebook mengetahui bahwa produknya, termasuk Instagram, membahayakan kesehatan mental anak-anak dan remaja.
Identitas pelapor Frances Haugen yang merupakan mantan karyawan Facebook terungkap dalam sebuah wawancara televisi CBS. Dalam wawancara tersebut, ia mengatakan bahwa Facebook secara substansial lebih buruk daripada apa pun yang pernah dilihatnya sebelumnya.
“Facebook berulang kali telah menunjukkan bahwa mereka memilih keuntungan daripada keamanan. Itu seperti menyubsidi, membayar keuntungannya dengan keselamatan kita. Versi Facebook yang ada saat ini menghancurkan masyarakat kita dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia,” kata Haugen meminta agar perusahaan itu diatur dalam regulasi, dikutip dari AFP pada Senin.
Dalam wawancara di acara “60 Menit” CBS itu Haugen menjelaskan bagaimana algoritma yang digunakan Facebook dapat memicu reaksi lebih banyak pada konten yang tampil di halaman beranda pengguna.
“Facebook telah menyadari bahwa jika mereka mengubah algoritma menjadi lebih aman, orang akan menghabiskan lebih sedikit waktu di situs, mereka akan mengeklik lebih sedikit iklan, mereka akan menghasilkan lebih sedikit uang,” ujarnya.
Wakil presiden kebijakan dan urusan global Facebook, Nick Clegg, dengan keras menolak pernyataan bahwa platformnya “beracun” untuk remaja setelah sidang kongres yang menegangkan di mana anggota parlemen AS mengecam perusahaan tersebut atas dampaknya terhadap kesehatan mental pengguna usia muda.
The New York Times melaporkan pada Sabtu (2/10) bahwa Clegg menulis memo dalam 1.500 kata kepada stafnya yang memperingatkan mereka tentang tuduhan “menyesatkan”. Dalam memo tersebut, ia menulis bahwa perubahan sistem peringkat algoritmik pada satu platform media sosial tidak dapat menjelaskan polarisasi masyarakat yang lebih luas.
Dia juga membantah rangkaian laporan Wall Street Journal yang menyebutkan penelitian internal Facebook terkait dampak kesetahan mental terhadap remaja.
“Ini sama sekali tidak didukung oleh penelitian kami atau penelitian orang lain bahwa Instagram buruk atau beracun bagi semua remaja,” kata Clegg sambil menambahkan bahwa penelitian Facebook akan terus berlanjut.
Oleh :
Editor : Alviansyah Pasaribu