Jakarta (ANTARA News Sumsel) - Di Kota Sendai, di Prefektur Miyagi yang berada di Jepang bagian utara, ada toko Ganguan Kokeshiya yang menjual boneka kokeshi dan memberi kesempatan pengunjung melukis boneka kayu khas Negeri Sakura itu.Berbagai macam boneka kokeshi dalam berbagai ukuran menyambut kedatangan pewarta Indonesia peserta program Jenesys 2018 Japan International Cooperation Center (JICE) di Ganguan Kokeshiya pada Minggu (2/12).
Guna memfasilitasi pengunjung yang ingin melukis sendiri boneka kokeshi, pemilik toko menyediakan meja; tinta berwarna merah, hitam, dan pink; dua kuas serta satu "cotton bud".
Dengan perlengkapan itu, pengunjung bisa melukis wajah serta badan boneka.
Hideko Suzuki, pemilik toko Ganguan Kokeshiya, mengatakan pengunjung dapat meniru lukisan wajah dan badan boneka pajangan atau membuat karyanya sendiri.
Ia menjelaskan tahap pertama melukis kokeshi adalah menggambar wajah menggunakan kuas hitam.
Karena kepala boneka berbentuk bundar, ia melanjutkan, kalau melakukan kesalahan saat pertama menggambar wajah boneka maka pengunjung bisa menjadikan bagian yang salah sebagai rambut dengan memenuhinya dengan cat hitam serta menggambar wajah pada sisi yang lain.
Tahapan selanjutnya adalah menorehkan warna merah untuk melukis bibir serta menambahkan hiasan pada bagian kepala atau rambut.
Setelah bagian wajah selesai, bagian badan boneka bisa digambari aneka motif sehingga tampak seperti baju atau kimono.
Pada bagian akhir, pengunjung bisa membubuhkan nama mereka dan tanggal pelukisan bonekanya.
Boneka-boneka yang telah dilukis akan dipernis oleh Akira Suzuki, perajin kokeshi suami Hideko.
Pengunjung selanjutnya bisa membawa pulang boneka kokeshi yang sudah mereka lukis.
Mewariskan
Shinpei Miyazawa dan istrinya mencoba melukis kokeshi di toko Hideko. Ia mengaku baru pertama kali melakukannya meski merupakan warga Jepang.
Warga Kota Koriyama di Prefektur Fukushima itu menggambar motif bunga dan kimono pada badan kokeshi.
Ia senang melihat hasil karyanya, dan mungkin akan kembali ke toko untuk melukis boneka kokeshi lagi.
Kalau nantinya memiliki anak, Miyazawa juga ingin mengajak anaknya melukis boneka koseshi.
Aktivitas semacam itu, menurut dia, merupakan salah satu jalan untuk mewariskan budaya kepada generasi berikutnya.
Hideko menyatakan berbagai kalangan warga Jepang, termasuk keluarga, pegawai perusahaan, dan murid sekolah dasar, sering datang ke tokonya untuk melukis kokeshi.
Setiap tahun, menurut dia, ada sekitar 1.000 orang yang datang ke tokonya untuk mencoba menggambar dan mewarnai boneka kokeshi.
Untuk dapat melukis kokeshi, pengunjung bisa memesan tempat dengan menelepon ke toko melalui agen perjalanan atau pun langsung datang ke tempat. Biaya untuk melukis satu boneka koseshi sekitar 1.000 yen.
Generasi Perajin
Hideko menuturkan bahwa suaminya sudah 40 tahun membuat boneka kokeshi dan sudah pernah mendapatkan penghargaan dari Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Keluarga suaminya juga merupakan pembuat boneka kokeshi. Suaminya Akira merupakan generasi ketiga pembuat boneka kokeshi.
"Sebenarnya, kami sudah punya generasi keempat, anak laki-laki kami dia 24 tahun, dia adalah generasi keempat keluarga pembuat kokeshi," kata Hideko.
Ia mengatakan keluarganya sangat mencintai boneka kokeshi dan berupaya melestarikannya.
Guna memfasilitasi pengunjung yang ingin melukis sendiri boneka kokeshi, pemilik toko menyediakan meja; tinta berwarna merah, hitam, dan pink; dua kuas serta satu "cotton bud".
Dengan perlengkapan itu, pengunjung bisa melukis wajah serta badan boneka.
Hideko Suzuki, pemilik toko Ganguan Kokeshiya, mengatakan pengunjung dapat meniru lukisan wajah dan badan boneka pajangan atau membuat karyanya sendiri.
Ia menjelaskan tahap pertama melukis kokeshi adalah menggambar wajah menggunakan kuas hitam.
Karena kepala boneka berbentuk bundar, ia melanjutkan, kalau melakukan kesalahan saat pertama menggambar wajah boneka maka pengunjung bisa menjadikan bagian yang salah sebagai rambut dengan memenuhinya dengan cat hitam serta menggambar wajah pada sisi yang lain.
Tahapan selanjutnya adalah menorehkan warna merah untuk melukis bibir serta menambahkan hiasan pada bagian kepala atau rambut.
Setelah bagian wajah selesai, bagian badan boneka bisa digambari aneka motif sehingga tampak seperti baju atau kimono.
Pada bagian akhir, pengunjung bisa membubuhkan nama mereka dan tanggal pelukisan bonekanya.
Boneka-boneka yang telah dilukis akan dipernis oleh Akira Suzuki, perajin kokeshi suami Hideko.
Pengunjung selanjutnya bisa membawa pulang boneka kokeshi yang sudah mereka lukis.
Mewariskan
Shinpei Miyazawa dan istrinya mencoba melukis kokeshi di toko Hideko. Ia mengaku baru pertama kali melakukannya meski merupakan warga Jepang.
Warga Kota Koriyama di Prefektur Fukushima itu menggambar motif bunga dan kimono pada badan kokeshi.
Ia senang melihat hasil karyanya, dan mungkin akan kembali ke toko untuk melukis boneka kokeshi lagi.
Kalau nantinya memiliki anak, Miyazawa juga ingin mengajak anaknya melukis boneka koseshi.
Aktivitas semacam itu, menurut dia, merupakan salah satu jalan untuk mewariskan budaya kepada generasi berikutnya.
Hideko menyatakan berbagai kalangan warga Jepang, termasuk keluarga, pegawai perusahaan, dan murid sekolah dasar, sering datang ke tokonya untuk melukis kokeshi.
Setiap tahun, menurut dia, ada sekitar 1.000 orang yang datang ke tokonya untuk mencoba menggambar dan mewarnai boneka kokeshi.
Untuk dapat melukis kokeshi, pengunjung bisa memesan tempat dengan menelepon ke toko melalui agen perjalanan atau pun langsung datang ke tempat. Biaya untuk melukis satu boneka koseshi sekitar 1.000 yen.
Generasi Perajin
Hideko menuturkan bahwa suaminya sudah 40 tahun membuat boneka kokeshi dan sudah pernah mendapatkan penghargaan dari Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.
Keluarga suaminya juga merupakan pembuat boneka kokeshi. Suaminya Akira merupakan generasi ketiga pembuat boneka kokeshi.
"Sebenarnya, kami sudah punya generasi keempat, anak laki-laki kami dia 24 tahun, dia adalah generasi keempat keluarga pembuat kokeshi," kata Hideko.
Ia mengatakan keluarganya sangat mencintai boneka kokeshi dan berupaya melestarikannya.