Hutan Tropis Band, gerakan lingkungan melalui musik

id hutan tropis,hutan tropis band,hutrop,lingkungan hidup,musik

Hutan Tropis Band, gerakan lingkungan melalui musik

Personil Hutan Tropis Band Jemmie Delvian (Vokal/gitar), Herwin Meidison (gitar),  Tyo (bass), Iftah Auladi (drum) dan Ari Putra (Keyboard).(ANTARA News Sumsel/Fernando Tri Tanjung/Erwin Matondang/18).

....Dari kondisi alam sekarang, berdirilah kami Hutan Tropis dengan tujuan menggerakkan kepedulian terhadap lingkungan melalui musik....
Palembang (ANTARA News Sumsel) – Musik merupakan suatu alunan nada dengan beragam makna dari setiap lirik yang dilantunkan, beragam jenis dan pesan terkandung di dalam rangkaian liriknya.

Sumatera Selatan memiliki satu grup band yang mengusung konsep kondisi alam dan lingkungan hidup di Indonesia yang bernama “Hutan Tropis”.

“Hutan Tropis berdiri pada tahun 2012 di Bukit Barisan, dengan keprihatinan kami dengan kondisi alam Indonesia yang semakin terpuruk,” kata Vokalis Hutan Tropis Band Jemmie Delvian kepada Antarasumsel.com di Palembang, Minggu (30/9).
 
Personil Hutan Tropis Jemmie Delvian (Vokal/gitar) dan Herwin Meidison (gitar), (hutantropisband.wordpress.com)


Ia mengatakan kondisi hutan Indonesia semakin menghawatirkan dengan maraknya pembalakan liar sehingga hutan semakin gundul.

“Dari kondisi alam sekarang, berdirilah kami Hutan Tropis dengan tujuan menggerakkan kepedulian terhadap lingkungan melalui musik,” ujarnya.

Jemmie Delvian dengan panggilan akrabnya “Jimi” mengatakan penamaan Hutan Tropis sendiri memang secara spontan namun punya arti, karena juga merupakan ciri khas alam Indonesia dengan khatulistiwa dan Hutan Tropisnya yang indah.

“Pada tahun 2014, kami memulai membuat lagu ciptaan sendiri berdasarkan kondisi lingkungan di Palembang saat itu yang sangat berasap dikarenakan dampak dari pembakaran hutan hingga terkumpul sebanyak 20 lagu,” jelas Jemmie.

Jemmie menambahkan pada tahun 2017 Hutan Tropis mulai memproduksi album dengan tujuan sebagai gerakan lingkungan melalui musik dengan konsep milenial, hingga saat ini berada di naungan label industri musik independen, Demajors.

“Agustus 2018 lalu, kami telah merilis album baru yang bernama 3500 Hz dengan jumlah sembilan lagu dengan tema penuh mengenai lingkungan hidup,” ujarnya.

Ia mengatakan pengambilan nama album ‘3500 Hz’ terinspirasi oleh serangga Tonggeret (keluarga Cicadidae) yang juga dikenal dengan nama Sesiagh, dalam bahasa Basemah di Sumatera Selatan dengan ciri khas suaranya yang berfrekuensi hingga 3500 Hz yang dipercaya dapat menggetarkan stomata dan menyempurnakan proses fotosintesis.

“Lagu dalam album ini terdiri dari Get Rest My Rain Forest, Kau dan Langit Biru, Beranda, 3500 Hz, Kambing Hitam, Penari Langit, Pergi, Pasar Ini Telah Musnah, dan Dempo,” kata Jemmie.

Jemmie menambahkan salah satu judul lagu “Pergi” diambil dari kerinduan saat dulu beras dan sayuran yang tidak harus beli karena menanam sendiri, lalu datanglah para penghasut yang menghasut masyarakat untuk menjual tanah mereka untuk dijadikan tambang dan ironisnya masyarakat tersebut bekerja di tambang yang berdiri di tanah mereka sendiri.

“Lagu selanjutnya “Dempo” diambil dari kekaguman akan tanah kelahiran kami, dengan daerah tertinggi dan sumber air di Sumatera Selatan,” ujarnya.

Ia mengatakan lagu Hutan Tropis ditujukan ke seluruh kalangan masyarakat karena tidak mengandung unsur negatif, sara, dan pornografi, bermakna penuh pada alam dan lingkungan Indonesia.

“Harapannya melalui ungkapan yang kami rasakan dengan berkarya, seluruh elemen masyarakat juga dapat mengungkapkan kepedulian dan pendapatnya terhadap lingkungan dengan kemampuan mereka,” ujarnya.

Hutan Tropis Band beranggotakan lima personil yang diawaki oleh Jemmie Delvian (Vokal/gitar), Herwin Meidison (gitar), Tyo (bass), Iftah Auladi (drum) dan Ari Putra (Keyboard).