Masyarakat penyandang tuli harapkan pemandu LRT Palembang

id tuli,pekan tuli,tuna rungu,disabilitas,pekan tuli internasional,pendidikan,bahasa isyarat,lrt,pemandu lrt,falitas lrt,stasiun lrt

Masyarakat penyandang tuli harapkan pemandu LRT Palembang

Sejumlah penyandang tuna rungu berkampanye pada Peringatan Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional yang diselenggarakan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Runggu Indonesia Sumatera Selatan di kawasan 'Car Free Day" Kambang Iwak Palembang, Sumsel, Minggu (23/9). (ANTARA News Sumsel/Feny Selly/Ang/18)

....Padahal dalam penyediaan fasilitas umum jelas harus ada kesetaraan bagi penyandang disabilitas....
Palembang (ANTARA Sumsel) - Masyarakat penyandang tuli di Kota Palembang berharap adanya petunjuk atau pemandu di fasilitas pelayanan stasiun kereta layang ringan (Light Trail Transit/LRT). 

"Kami amat menginginkan petunjuk yang lengkap untuk panduan kami ketika menggunakan transportasi publik tersebut," ungkap Ketua DPD Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Sumatera Selatan Iwan Oktariansyah di sela kegiatan Hari Bahasa Isyarat internasional dan Pekan Tuli Internasional di Palembang, Minggu. 

Menurut Iwan yang juga penyandang tuna rungu ini, Undang-Undang bagi penyandang disabilitas secara jelas menyebutkan hak penyandang disabilitas dan kesetaraannya.

"Pemerintah belum mendorong itu, namun di luar negeri ini sudah terwujud," papar pria ini menggunakan bahasa isyarat dan dibantu pemandu.

Ia berharap kebutuhan penyandang tuna rungu atau tuli yang secara kasat mata disabilitasnya tidak terlihat bisa terpenuhi terutama di ruang umum seperti stasiun LRT dan fasilitas lainnya. 

"Padahal dalam penyediaan fasilitas umum jelas harus ada kesetaraan bagi penyandang disabilitas," ujarnya.

Hingga saat ini Gerkatin telah mencatat ada sekitar 400 orang penyandang tuna rungu dengan range minimum berusia 16 tahun yang terdapat di Kota Palembang. 

Iwan juga memaparkan sebagian besar kawan tuli tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena hampir tidak ada perguruan tinggi di Kota Palembang yang menyediakan pemandu atau fasilitas yang mempermudah mereka dalam kegiatan perkuliahan. 
 
Relawan membimbing salah satu pengunjung berbahasa isyarat pada Peringatan Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional yang diselenggarakan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Runggu Indonesia Sumatera Selatan di kawasan "Car Free Day" Kambang Iwak Palembang,Sumsel, Minggu (23/9). (ANTARA News Sumsel/Feny Selly/Ang/18)

"Universitas yang menyediakan pemandu dan fasilitas bagi tunga rungu baru ada di Bandung, Jogja, dan Jakarta. Sedangkan di sini masih sulit," kata dia. 

Namun dalam beberapa waktu terakhir komunitas Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia (Bisindo) mulai bekerja sama dengan Universitas Bina Darma Palembang untuk melakukan pelatihan bahasa isyarat kepada sejumlah mahasiswa agar dapat mengakomodasi kawan tuli yang melanjutkan pendidikan di sana.

Dalam peringatan Bahasa Isyarat Internasional dan Pekan Tuli Internasional para pengunjung "Car Free Day" itu diberi kesempatan  untuk belajar singkat bahasa isyarat.

Para rekan Tuli bersama komunitas Bisindo juga turut berkeliling mengkampanyekan kesetaraan bagi penyandang tuna rungu, serta penggalangan tanda tangan bagi para pengunjung CFD.

"Kami berharap lewat acara ini akan timbul kesadaran bahwa kaum Tuli juga mengharapkan kesetaraan di tengah kehidupan masyarakat," tutupnya.