Kenapa gajah liar "Ngamuk" lagi di Lampung ?

id gajah,gajalh liar,amukan gajah,berita sumsel,berita palembang,Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,amukan gajah liar

Kenapa gajah liar "Ngamuk" lagi di Lampung ?

Arsip - Sejumlah gajah terlatih berada di lokasi Conservation Response Unit (CRU) Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sejumlah warga yang bermukim dan bercocok tanam di wilayah tersebut, padahal pihak kehutanan setempat sudah memperingatkan warga untuk pergi dari wilayah tersebut
Tanggamus, Lampung (ANTARA News Sumsel) - Kawanan gajah liar sumatera berjumlah belasan ekor kembali mengamuk hingga menewaskan seorang warga berusia lanjut di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Benarkah gajah liar sumatera (Elephas maximus sumatranus) itu terusik habitatnya karena ulah manusia di sekitarnya atau adakah penyebab lainnya yang memicu kawanan gajah tersebut menjadi murka hingga memakan korban jiwa lagi? Dokter hewan di Rumah Sakit Gajah Taman Nasional Way Kambas, Lampung di Lampung Timur, drh Diah Esti Anggraini menegaskan, gajah liar menjadi marah, kemudian mengganggu dan menyerang manusia hingga menyebabkan korban tewas, pasti ada sebabnya.

Dia mengemukakan, penyebab gajah marah biasanya karena kemungkinan merasa terancam, terganggu dan takut. Jarang ditemui gajah liar marah dan menyerang kalau tidak diganggu. "Sebab marahnya, misalkan sedang makan diganggu, dihalau, diteriaki, gajah merasa sedang asyik makan kok diganggu. Kemudian gajah juga marah karena merasa tempat makannya diganggu, ini kan tempat makan saya kenapa kok tempat saya diusik," ujarnya pula.

Secara umum menurutnya, pada dasarnya semua hewan akan marah jika diganggu, apalagi gajah yang diketahui merupakan satwa yang memiliki kecerdasaan tinggi.

Namun, Diah Esti Anggraini memberikan tips agar aman saat bertemu gajah liar pada situasi di dalam hutan. Jika posisi di hutan, sebisa mungkin kita menghindar. Kemudian jangan melakukan suatu tindakan yang mencolok.

Ia juga mengingatkan, tak hanya gajah liar, saat berurusan dengan gajah jinak pun mesti tetap waspada karena naluri liarnya bisa kembali muncul.

Sebelumnya, kawanan gajah liar sumatera dilaporkan menewaskan satu warga, dipastikan masih berkeliaran di sekitar Talang Marno Blok 6 hutan lindung Register 39 Kota Agung Utara, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Kabupaten Tanggamus, Lampung hingga Rabu (4/7).

Menurut informasi tim satgas penanggulangan konflik satwa liar Provinsi Lampung di lokasi, saat ini kondisi amukan gajah liar yang sempat menimbulkan keresahan warga di kawasan permukiman dan kebun sekitar sebelumnya, telah terkendali.

Sejumlah petugas teknis dan tim satgas sejak semalam sudah berada di lokasi untuk melakukan patroli dan berjaga-jaga di lokasi untuk mencegah korban jiwa jatuh lagi.

Petugas di lapangan menyatakan posisi kawanan gajah liar berjumlah enam ekor masih bertahan di sekitar kebun-kebun kawasan Talang Marno itu, sebagian kawanan gajah liar lainnya berada di Blok 5 setempat.

Petugas bersama warga setempat berusaha agar kawanan gajah liar itu semakin menjauh dari kebun dan permukiman, agar tidak merusak rumah dan mengancam warga di kawasan itu.

Seorang perempuan mbah Surip (70) dilaporkan tewas mengenaskan akibat amukan kawanan gajah liar yang berada di sekitar permukiman Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Kabupaten Tanggamus, Lampung, Selasa (3/7) dini hari.

Menurut informasi petugas dan warga dari lokasi kejadian, pada Selasa, sekitar pukul 03.30 WIB di Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara itu telah terjadi perusakan rumah milik mbah Surip yang dilakukan segerombolan gajah liar. Gajah liar itu mengamuk dan merusak rumahnya, termasuk mencelakainya hingga tewas.

Kronologis kejadian, sekitar pukul 03.00 WIB, ada segerombolan gajah sedang mencari makan di seputaran Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara.

Melihat kedatangan segerombolan gajah liar tersebut, masyarakat di sekitar Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung Kota Agung Utara pun keluar dari rumah masing-masing untuk berjaga-jaga dan bersiaga.

Sekitar pukul 03.30 WIB, segerombolan gajah tersebut berada di seputaran pekarangan rumah milik mbah Surip. Segerombolan gajah tersebut memakan dan merusak tanaman milik mbah Surip.

Namun, melihat hal tersebut, mbah Surip bermaksud ikut mengusir segerombolan gajah tersebut, namun gajah-gajah liar tersebut malah mengamuk dan akhirnya membunuh serta merusak rumah miliknya.

Kejadian tersebut oleh warga sekitar Talang Marno Blok 6 Hutan Lindung Register 39 Kota Agung Utara, Kecamatan Bandar Negeri Semoung melaporkan ke anggota Koramil 424-02/Wonosobo.

Menurut informasi di lapangan, amukan gajah liar itu telah menewaskan mbah Surip yang dikenal sebagai petani kebun setempat, dengan kondisi tubuh mengenaskan. Selain itu, pekarangan kebun pisang dan satu rumah korban rusak parah.

Warga telah melaporkan kejadian tersebut kepada aparat berwenang, dan sejumlah petugas terkait termasuk satgas penanganan konflik satwa liar di Lampung untuk mendatangi lokasi kejadian, termasuk berkoordinasi dengan instansi lain, seperti kepolisian dan Balai besar Taman Nasional Bukit Bamarisan Selatan (TNBBS).

Korban tewas Mbah Surip telah dimakamkan.

Belum ada penjelasan resmi dari pihak kehutanan berwenang terkait konflik gajah dengan warga ini. Namun kalangan aktivis lingkungan di Lampung berharap para pihak segera berkoordinasi dan bersinergi untuk mengatasi dan mengantisipasi agar ke depan tidak ada lagi korban jatuh akibat konflik ini.

Habitat Diusik Namun terkait kasus itu, Kapolda Lampung Irjen Suntana mengatakan bahwa permukiman yang dirusak oleh gerombolan gajah liar di Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Kabupaten Tanggamus, Lampung merupakan habitat gajah.

"Permukiman itu habitatnya gajah. Maksudnya itu tanah hutan yang memang disiapkan untuk habitat gajah," kata Suntana, Rabu.

Namun, masih ada sejumlah warga yang bermukim dan bercocok tanam di wilayah tersebut, padahal pihak kehutanan setempat sudah memperingatkan warga untuk pergi dari wilayah tersebut.

Menurut dia, warga enggan pergi karena tidak memiliki tempat tinggal di daerah lain.

Pihaknya pun tetap meminta agar warga di kawasan lindung itu, untuk pindah agar tidak terjadi peristiwa serupa di kemudian hari.

Kawasan lokasi amukan gajah liar itu merupakan kawasan hutan lindung setempat, dipastikan menjadi area habitat gajah liar yang setiap saat bisa keluar masuk ke lokasi ini.

Namun terdapat hunian warga dan kebun yang diusahakan di sekitarnya, sehingga aktivitas masyarakat berlangsung pula di wilayah ini. Semua itu memungkinkan terjadi konflik gajah liar maupun satwa liar dari kawasan hutan dengan warga sekitar.

Dalam setiap konflik antara satwa liar dengan warga, bisa saja warga yang menjadi korban atau sebaliknya, satwa liar biasanya jenis langka dan dilindungi yang dikorbankan.

Karena itu, atas kejadian konflik satwa gajah liar dengan manusia hingga menimbulkan korban jiwa itu, kalangan aktivis lingkungan di Lampung mendorong semua pihak berkepentingan segera mencari solusi yang cepat, tepat dan efektif dalam menangani masalah tersebut, sehingga kemudian hari tidak berulang menimbulkan korban jiwa maupun korban satwa jadi bulan-bulanan warga karena dianggap mengancam jiwa dan merusak permukiman maupun kebun dan harta benda mereka. Padahal wilayah tersebut termasuk kawasan hutan yang mustinya bebas hunian dan aktivitas warga.

Manusia punya tempatnya sendiri, begitupula satwa liar memiliki habitat alami masing-masing, sehingga bila saling mengganggu dipastikan konflik satwa liar-manusia terus akan berulang lagi.

Kehidupan manusia yang makin berkembang dan satwa liar yang kian terdesak dan tersudut, agar tidak saling mengganggu lagi, perlu diatur oleh pihak berwenang, sehingga tak jatuh lagi korban berikutnya.