Kilau emas Garuda Muda di kejuaraan dunia junior BWF
Sukses Alwi Farhan di Amerika Serikat sekaligus mencetak sejarah menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang merengkuh gelar juara dunia junior bulu tangkis.
Di partai final, Chiara menang seperti tampil antiklimaks saat melawan Pitchamon Opatniputh asal Thailand. Hanya dalam 33 menit, Chiara menyerah 11-21, 9-21.
Meski hanya menyumbang medali perak, Chiara berhasil menciptakan kejutan dengan mengalahkan juara bertahan Tomoka Miyazaki asal Jepang di babak perempat final dengan skor 21-14, 18-21, 22-20.
Selain itu, punggawa muda juga meraih medali perunggu yang disumbangkan ganda campuran Jonathan Farrell Gosal/Priskila Venus Elsadai yang tersingkir di semifinal setelah dikalahkan Liao Pin Yi/Zhang Jia Han asal China, 16-21, 16-21.
Capaian ini merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki talenta muda yang gemilang dalam dunia bulu tangkis. Selama perjalanan mereka di turnamen ini, Garuda Muda tidak hanya melawan lawan-lawan di lapangan, tetapi juga melawan keragu-raguan dan tekanan.
Cetak sejarah
Sukses Alwi Farhan di Amerika Serikat sekaligus mencetak sejarah menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang merengkuh gelar juara dunia junior bulu tangkis.
Tampilnya Alwi sebagai pemenang dalam partai final yang berlangsung ketat tersebut membuat remaja kelahiran Surakarta pada 12 Mei 2005 itumenjadi tunggal putra Indonesia pertama yang mampu merebut gelar juara dunia junior.
Dalam kurun penyelenggaraan BWF World Junior Championships dari 1992 hingga 2022, atlet bulu tangkis Indonesia belum pernah mencatatkan diri sebagai juara dunia junior di nomor tunggal putra dan ganda putri. Adapun di nomor tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran Indonesia sudah pernah punya juara dunia junior.
Prestasi Indonesia di tunggal putri ditorehkan Kristin Yunita yang menjadi juara saat pertama digelar (1992), menyusul 15 tahun kemudian Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih yang menjadi juara dunia junior 2017. Di ganda putra, Indonesia tercatat dua kali menjadi juara dunia junior yaitu pada 1992 atas nama pasangan Santoso/Kusno dan pada 2019 melalui pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Martin.
Adapun di ganda campuran, Indonesia mengukir empat kali juara yaitu pada 2011 melalui Gloria Emanuelle Widjaja/Alfian Eko Prasetya, pada 2012 melalui Melati Daeva Oktavianti/Edi Subaktiar, pada 2017 melalui Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, dan pada tahun 2018 melalui Indah Cahya Sari Jamil/Leo Rolly Carnando.
Aset bangsa Alwi dan Chiara serta Garuda muda lainnya merupakan aset bangsa yang berharga, dengan potensi luar biasa untuk mencapai prestasi di tingkat internasional.
Pelatih bulu tangkis senior Mulyo Handoyo meyakini bahwa Alwi adalah masa depan bulu tangkis Indonesia, termasuk andalan di Olimpiade mendatang.
Dalam pandangannya, kejuaraan dunia bulu tangkis junior menjadi patokan untuk perkembangan pemain senior di masa depan, mengingat banyak pemain yang berprestasi di tingkat senior sebelumnya adalah juara junior.
Mulyo menekankan pentingnya memberikan program akselerasi percepatan kepada pemain muda agar mereka bisa berkembang lebih cepat dan mencapai level senior yang tinggi, terutama dalam persiapan menuju Olimpiade 2028.
Alwi Farhan diharapkan dapat mencapai puncak prestasinya pada Olimpiade tersebut. Selain itu, Mulyo memandang bahwa prestasi Alwi Farhan harus menjadi inspirasi bagi pemain muda lainnya.
Mantan pelatih pebulu tangkis legendaris Taufik Hidayat itu mengaku tidak mengenal Alwi secara detail tetapi dirinya melihat potensi, keinginan, dan kerja keras yang tinggi dalam pemain muda tersebut.
Kendati demikian, ia menyoroti pentingnya evaluasi yang tegas dan jelas untuk memastikan persiapan yang baik agar bulu tangkis Indonesia bisa bersaing di Olimpiade yang akan datang, setelah pengalaman kurang memuaskan di Asian Games.
Kepak Garuda muda di Kejuaraan Dunia Junior BWF memang membanggakan dan patut diapresiasi. Namun tentu tidak perlu berlebihan karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, terutama oleh Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk mengembalikan supremasi bulu tangkis Indonesia.
Alwi dan Chiara yang meraih medali emas dan perak di kejuaraan dunia bulu tangkis junior 2023 sepatutnya dilihat sebagai modal besar bagi masa depan bulu tangkis Indonesia yang cerah, bukan sebagai titik puncak prestasi, karena Alwi dan Chiara baru menjadi yang terbaik di tingkat junior. Kedua remaja berbakat ini tentu masih perlu bekerja keras untuk bisa bersaing di tingkat senior yang lebih sulit.
Dengan demikian, keberhasilan Alwi dan kawan-kawan bukanlah tujuan utama PBSI dan segenap masyarakat bulu tangkis Indonesia, tetapi semestinya menjadi motivasi bagi para pebulu tangkis muda Indonesia untuk berani bersaing di kejuaraan-kejuaraan lain. Para pebulu tangkis junior telah menunjukkan bahwa dengan semangat, dedikasi, dan keberanian dalam menghadapi segala rintangan, maka prestasi pun akan digenggam.
Meski hanya menyumbang medali perak, Chiara berhasil menciptakan kejutan dengan mengalahkan juara bertahan Tomoka Miyazaki asal Jepang di babak perempat final dengan skor 21-14, 18-21, 22-20.
Selain itu, punggawa muda juga meraih medali perunggu yang disumbangkan ganda campuran Jonathan Farrell Gosal/Priskila Venus Elsadai yang tersingkir di semifinal setelah dikalahkan Liao Pin Yi/Zhang Jia Han asal China, 16-21, 16-21.
Capaian ini merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki talenta muda yang gemilang dalam dunia bulu tangkis. Selama perjalanan mereka di turnamen ini, Garuda Muda tidak hanya melawan lawan-lawan di lapangan, tetapi juga melawan keragu-raguan dan tekanan.
Cetak sejarah
Sukses Alwi Farhan di Amerika Serikat sekaligus mencetak sejarah menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang merengkuh gelar juara dunia junior bulu tangkis.
Tampilnya Alwi sebagai pemenang dalam partai final yang berlangsung ketat tersebut membuat remaja kelahiran Surakarta pada 12 Mei 2005 itumenjadi tunggal putra Indonesia pertama yang mampu merebut gelar juara dunia junior.
Dalam kurun penyelenggaraan BWF World Junior Championships dari 1992 hingga 2022, atlet bulu tangkis Indonesia belum pernah mencatatkan diri sebagai juara dunia junior di nomor tunggal putra dan ganda putri. Adapun di nomor tunggal putri, ganda putra, dan ganda campuran Indonesia sudah pernah punya juara dunia junior.
Prestasi Indonesia di tunggal putri ditorehkan Kristin Yunita yang menjadi juara saat pertama digelar (1992), menyusul 15 tahun kemudian Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih yang menjadi juara dunia junior 2017. Di ganda putra, Indonesia tercatat dua kali menjadi juara dunia junior yaitu pada 1992 atas nama pasangan Santoso/Kusno dan pada 2019 melalui pasangan Leo Rolly Carnando/Daniel Martin.
Adapun di ganda campuran, Indonesia mengukir empat kali juara yaitu pada 2011 melalui Gloria Emanuelle Widjaja/Alfian Eko Prasetya, pada 2012 melalui Melati Daeva Oktavianti/Edi Subaktiar, pada 2017 melalui Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, dan pada tahun 2018 melalui Indah Cahya Sari Jamil/Leo Rolly Carnando.
Aset bangsa Alwi dan Chiara serta Garuda muda lainnya merupakan aset bangsa yang berharga, dengan potensi luar biasa untuk mencapai prestasi di tingkat internasional.
Pelatih bulu tangkis senior Mulyo Handoyo meyakini bahwa Alwi adalah masa depan bulu tangkis Indonesia, termasuk andalan di Olimpiade mendatang.
Dalam pandangannya, kejuaraan dunia bulu tangkis junior menjadi patokan untuk perkembangan pemain senior di masa depan, mengingat banyak pemain yang berprestasi di tingkat senior sebelumnya adalah juara junior.
Mulyo menekankan pentingnya memberikan program akselerasi percepatan kepada pemain muda agar mereka bisa berkembang lebih cepat dan mencapai level senior yang tinggi, terutama dalam persiapan menuju Olimpiade 2028.
Alwi Farhan diharapkan dapat mencapai puncak prestasinya pada Olimpiade tersebut. Selain itu, Mulyo memandang bahwa prestasi Alwi Farhan harus menjadi inspirasi bagi pemain muda lainnya.
Mantan pelatih pebulu tangkis legendaris Taufik Hidayat itu mengaku tidak mengenal Alwi secara detail tetapi dirinya melihat potensi, keinginan, dan kerja keras yang tinggi dalam pemain muda tersebut.
Kendati demikian, ia menyoroti pentingnya evaluasi yang tegas dan jelas untuk memastikan persiapan yang baik agar bulu tangkis Indonesia bisa bersaing di Olimpiade yang akan datang, setelah pengalaman kurang memuaskan di Asian Games.
Kepak Garuda muda di Kejuaraan Dunia Junior BWF memang membanggakan dan patut diapresiasi. Namun tentu tidak perlu berlebihan karena masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, terutama oleh Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk mengembalikan supremasi bulu tangkis Indonesia.
Alwi dan Chiara yang meraih medali emas dan perak di kejuaraan dunia bulu tangkis junior 2023 sepatutnya dilihat sebagai modal besar bagi masa depan bulu tangkis Indonesia yang cerah, bukan sebagai titik puncak prestasi, karena Alwi dan Chiara baru menjadi yang terbaik di tingkat junior. Kedua remaja berbakat ini tentu masih perlu bekerja keras untuk bisa bersaing di tingkat senior yang lebih sulit.
Dengan demikian, keberhasilan Alwi dan kawan-kawan bukanlah tujuan utama PBSI dan segenap masyarakat bulu tangkis Indonesia, tetapi semestinya menjadi motivasi bagi para pebulu tangkis muda Indonesia untuk berani bersaing di kejuaraan-kejuaraan lain. Para pebulu tangkis junior telah menunjukkan bahwa dengan semangat, dedikasi, dan keberanian dalam menghadapi segala rintangan, maka prestasi pun akan digenggam.