"Ngopi" di bus wisata, cara bertahan di tengah pandemi
Ungkapan bahwa usaha tidak akan mengelabui hasil, atau tidak ada pelaut handal tanpa ombak besar, juga berlaku pada dunia usaha
Pamekasan (ANTARA) - Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang melanda Indonesia berdampak pada semua sektor, baik sektor pendidikan, sosial dan ekonomi.
Sektor ekonomi, terutama pada bidang jasa dan perdagangan merupakan jenis usaha yang sangat terkena dampak.
Hal itu karena selain pemerintah menerapkan kebijakan membatasi kunjungan wisata, hal ini juga menyebabkan berkurangnya pengguna jasa angkutan umum, dengan dalih menjaga jarak fisik.
Secara otomatis, maka kedua jenis usaha ini (jasa transportasi dan pariwisata), turun drastis. Akibatnya, sebagian pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa transportasi dan perjalanan pariwisata di Pamekasan, Jawa Timur mengubah strategis bisnis mereka agar bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh perusahaan jasa transportasi, Mandala Wisata Tour and Transport di Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Jawa Timur.
Sejak pandemi COVID-19, mereka mengubah strategi bisnisnya, dari hanya sekadar angkutan jasa bagi wisatawan, menjadi tempat ngopi yang disebut dengan "Caffe On The Bus".
"Ngopi" di bus
Pemiliknya, Mukti Ali menyatakan jika hanya menunggu pesanan dari wisatawan, pihaknya akan sulit untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19, karena kini masyarakat sudah tidak banyak yang melakukan perjalanan, apalagi sejumlah objek wisata di Madura dan Jawa Timur pada umumnya dibatasi.
Maka, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah fungsi bus, dari sekadar sebagai kendaraan angkutan bagi wisatawan, menjadi tempat nongkrong dan minum kopi (ngopi) bagi warga Madura sambil melakukan perjalanan di sekitar Pulau Madura.
Melalui konsep itu, Mukti Ali berupaya memfasilitasi kebutuhan para penikmat kopi di Pamekasan dan Madura di dalam bus, sambil keliling kota.
Caranya, perusahaan ini bekerja sama dengan pemilik kafe, sehingga bisnis jasa transportasi yang dikelola oleh PT Mandala Wisata Rangga Jaya ini tetap bisa beroperasi dan pemilik kafe yang diajak bekerja sama juga diuntungkan dengan pola bisnis yang memadukan konsep perjalanan dengan kuliner itu.
Dalam satu bus, disediakan empat meja dan pengusaha ini melengkapi dengan sistem suara (sound system) dan karaoke, sehingga selain bisa menikmati kopi dan makanan ringan yang disediakan pemilik kafe, para penumpang bus ini juga bisa karaoke.
"Hasilnya lumayan dibanding hanya menunggu pesanan orang berwisata," katanya.
Paling tidak, sambung dia, dengan cara seperti itu, akan sedikit menutupi gagalnya pesanan perjalanan wisata akibat pandemi COVID-19.
Sebab, selama pandemi COVID-19 berlangsung, terjadi penundaan sewa transportasi dan paket tur keluar Madura sebanyak 85 perjalanan dengan tujuan antara lain, Malang, Yogyakarta, Bali, Jakarta, Bandung dan ziarah Wali Songo.
Paket tur gagal, akibat larangan bepergian ke luar daerah senilai Rp100 juta dan sewa bus sekitar Rp200 juta.
"Jadi, nilai total omzet yang terpaksa digagalkan mencapai Rp300 juta," kata Mukti yang juga pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pamekasan ini.
Mukti menjelaskan, dampak kasus corona pada sektor jasa dan pariwisata ini tidak hanya dialami dirinya, akan tetapi oleh semua pengusaha perjalanan dan paket wisata di Madura. Apalagi, saat pemerintah masih memberlakukan penutupan semua objek wisata.
"Maka agar usaha kami tetap bisa bertahan, kami mengubah strategi dan berkolaborasi dengan pengusaha kafe, dan alhamdulillah, kami masih bisa bertahan di tengah kondisi yang serta tidak pasti dan belum tahu kapan pandemi akan berakhir," katanya.
Butuh kreatif
Akademisi dari Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Malang Eka Kadharpa Utama Dewayani, SE, MM menyatakan memang membutuhkan usaha kreatif bagi para pelaku usaha untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Sebab, berdasarkan hasil penelitian, hanya mereka yang kreatif dan inovatif yang mampu bertahan di era yang serba tidak pasti.
"Kreativitas merupakan unsur penunjang penting, dan ini harus dipahami oleh pelaku bisnis," katanya saat menjadi narasumber dalam acara Gathering Media dan Seminar Ekonomi Pembangunan yang digelar Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkab Pamekasan pertengahan November 2020.
Hal senada juga dikemukakan oleh dosen Institut Agama Islam (IAN) Al-Khairat Pamekasan Matnin M.EI.
Ia menyatakan, pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini telah terbukti meruntuhkan sendi-sendi ekonomi masyarakat di berbagai belahan dunia.
Banyak negara maju yang telah merasakan dampaknya, termasuk negara maju sekelas Amerika sekaligus pondasi ekonomi mereka lebih baik dari Indonesia.
Dosen yang juga konsultan pengembangan usaha mikro di Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, kondisi ekonomi bangsa saat ini tidak hanya memburuk, akan tetapi mulai ada tanda-tanda akan masuk zona resesi.
"Dan arah bahwa ekonomi Indonesia masuk resesi, sudah pernah dilontarkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati," kata Matnin.
Ia menuturkan, saat ini, pemerintah terpaksa merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen, revisi dari sebelumnya 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
Jika mengacu kepada pernyataan Menkeu ini, kata dia, maka sebenarnya kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat, sedang tidak menentu dan dibutuhkan terobosan dan kebijakan yang berpihak dari pemerintah.
Dari sisi pelaku usaha, inovasi dan model baru pemasaran yang sesuai dengan konteks kekinian sangat dibutuhkan.
Bagi Matnin, era adaptasi kebiasaan baru yang kini diterapkan pemerintah dan diharapkan bisa ditaati oleh semua elemen masyarakat di Indonesia, bukan hanya pada bagaimana mencegah penyebaran COVID-19 dengan mentaati protokol kesehatan saja, akan tetapi juga pada sisi dunia usaha.
Pelaku usaha yang mampu bertahan di era yang serba tidak pasti saat ini adalah yang mampu menyesuaikan dengan keadaan, mampu membaca peluang, serta mampu memanfaatkan keadaan menjadi kekuatan.
Terobosan yang dilakukan oleh pengusaha transporasi di Pamekasan, Madura, seperti mengubah pola usaha dari sebelumnya hanya bergerak pada layanan angkutan pariwisata murni, lalu berubah menjadi "Caffe on The Bus" patut menjadi inspirasi bagi kelompok usaha lain di Pamekasan secara khusus dan Madura pada umumnya.
Ungkapan bahwa usaha tidak akan mengelabui hasil, atau tidak ada pelaut handal tanpa ombak besar, juga berlaku pada dunia usaha.
Ombak besar yang dihadapi bangsa Indonesia dan dunia saat ini adalah pandemi COVID-19 dan jika para pelaku usaha mampu menghadapi hal itu, maka hasilnya akan lebih baik, tangguh, dan mampu menyesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi.
Sektor ekonomi, terutama pada bidang jasa dan perdagangan merupakan jenis usaha yang sangat terkena dampak.
Hal itu karena selain pemerintah menerapkan kebijakan membatasi kunjungan wisata, hal ini juga menyebabkan berkurangnya pengguna jasa angkutan umum, dengan dalih menjaga jarak fisik.
Secara otomatis, maka kedua jenis usaha ini (jasa transportasi dan pariwisata), turun drastis. Akibatnya, sebagian pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa transportasi dan perjalanan pariwisata di Pamekasan, Jawa Timur mengubah strategis bisnis mereka agar bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 saat ini.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh perusahaan jasa transportasi, Mandala Wisata Tour and Transport di Desa Pademawu Barat, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, Jawa Timur.
Sejak pandemi COVID-19, mereka mengubah strategi bisnisnya, dari hanya sekadar angkutan jasa bagi wisatawan, menjadi tempat ngopi yang disebut dengan "Caffe On The Bus".
"Ngopi" di bus
Pemiliknya, Mukti Ali menyatakan jika hanya menunggu pesanan dari wisatawan, pihaknya akan sulit untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19, karena kini masyarakat sudah tidak banyak yang melakukan perjalanan, apalagi sejumlah objek wisata di Madura dan Jawa Timur pada umumnya dibatasi.
Maka, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah fungsi bus, dari sekadar sebagai kendaraan angkutan bagi wisatawan, menjadi tempat nongkrong dan minum kopi (ngopi) bagi warga Madura sambil melakukan perjalanan di sekitar Pulau Madura.
Melalui konsep itu, Mukti Ali berupaya memfasilitasi kebutuhan para penikmat kopi di Pamekasan dan Madura di dalam bus, sambil keliling kota.
Caranya, perusahaan ini bekerja sama dengan pemilik kafe, sehingga bisnis jasa transportasi yang dikelola oleh PT Mandala Wisata Rangga Jaya ini tetap bisa beroperasi dan pemilik kafe yang diajak bekerja sama juga diuntungkan dengan pola bisnis yang memadukan konsep perjalanan dengan kuliner itu.
Dalam satu bus, disediakan empat meja dan pengusaha ini melengkapi dengan sistem suara (sound system) dan karaoke, sehingga selain bisa menikmati kopi dan makanan ringan yang disediakan pemilik kafe, para penumpang bus ini juga bisa karaoke.
"Hasilnya lumayan dibanding hanya menunggu pesanan orang berwisata," katanya.
Paling tidak, sambung dia, dengan cara seperti itu, akan sedikit menutupi gagalnya pesanan perjalanan wisata akibat pandemi COVID-19.
Sebab, selama pandemi COVID-19 berlangsung, terjadi penundaan sewa transportasi dan paket tur keluar Madura sebanyak 85 perjalanan dengan tujuan antara lain, Malang, Yogyakarta, Bali, Jakarta, Bandung dan ziarah Wali Songo.
Paket tur gagal, akibat larangan bepergian ke luar daerah senilai Rp100 juta dan sewa bus sekitar Rp200 juta.
"Jadi, nilai total omzet yang terpaksa digagalkan mencapai Rp300 juta," kata Mukti yang juga pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pamekasan ini.
Mukti menjelaskan, dampak kasus corona pada sektor jasa dan pariwisata ini tidak hanya dialami dirinya, akan tetapi oleh semua pengusaha perjalanan dan paket wisata di Madura. Apalagi, saat pemerintah masih memberlakukan penutupan semua objek wisata.
"Maka agar usaha kami tetap bisa bertahan, kami mengubah strategi dan berkolaborasi dengan pengusaha kafe, dan alhamdulillah, kami masih bisa bertahan di tengah kondisi yang serta tidak pasti dan belum tahu kapan pandemi akan berakhir," katanya.
Butuh kreatif
Akademisi dari Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Malang Eka Kadharpa Utama Dewayani, SE, MM menyatakan memang membutuhkan usaha kreatif bagi para pelaku usaha untuk bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19 seperti sekarang ini.
Sebab, berdasarkan hasil penelitian, hanya mereka yang kreatif dan inovatif yang mampu bertahan di era yang serba tidak pasti.
"Kreativitas merupakan unsur penunjang penting, dan ini harus dipahami oleh pelaku bisnis," katanya saat menjadi narasumber dalam acara Gathering Media dan Seminar Ekonomi Pembangunan yang digelar Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkab Pamekasan pertengahan November 2020.
Hal senada juga dikemukakan oleh dosen Institut Agama Islam (IAN) Al-Khairat Pamekasan Matnin M.EI.
Ia menyatakan, pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini telah terbukti meruntuhkan sendi-sendi ekonomi masyarakat di berbagai belahan dunia.
Banyak negara maju yang telah merasakan dampaknya, termasuk negara maju sekelas Amerika sekaligus pondasi ekonomi mereka lebih baik dari Indonesia.
Dosen yang juga konsultan pengembangan usaha mikro di Pamekasan ini lebih lanjut menjelaskan, kondisi ekonomi bangsa saat ini tidak hanya memburuk, akan tetapi mulai ada tanda-tanda akan masuk zona resesi.
"Dan arah bahwa ekonomi Indonesia masuk resesi, sudah pernah dilontarkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati," kata Matnin.
Ia menuturkan, saat ini, pemerintah terpaksa merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 berada di kisaran minus 2,9 persen hingga minus 1,1 persen. Angka tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi awalnya, yakni sebesar minus 2,1 persen hingga 0 persen.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 diperkirakan minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen, revisi dari sebelumnya 1,1 persen hingga positif 0,2 persen.
Jika mengacu kepada pernyataan Menkeu ini, kata dia, maka sebenarnya kondisi ekonomi bangsa Indonesia saat, sedang tidak menentu dan dibutuhkan terobosan dan kebijakan yang berpihak dari pemerintah.
Dari sisi pelaku usaha, inovasi dan model baru pemasaran yang sesuai dengan konteks kekinian sangat dibutuhkan.
Bagi Matnin, era adaptasi kebiasaan baru yang kini diterapkan pemerintah dan diharapkan bisa ditaati oleh semua elemen masyarakat di Indonesia, bukan hanya pada bagaimana mencegah penyebaran COVID-19 dengan mentaati protokol kesehatan saja, akan tetapi juga pada sisi dunia usaha.
Pelaku usaha yang mampu bertahan di era yang serba tidak pasti saat ini adalah yang mampu menyesuaikan dengan keadaan, mampu membaca peluang, serta mampu memanfaatkan keadaan menjadi kekuatan.
Terobosan yang dilakukan oleh pengusaha transporasi di Pamekasan, Madura, seperti mengubah pola usaha dari sebelumnya hanya bergerak pada layanan angkutan pariwisata murni, lalu berubah menjadi "Caffe on The Bus" patut menjadi inspirasi bagi kelompok usaha lain di Pamekasan secara khusus dan Madura pada umumnya.
Ungkapan bahwa usaha tidak akan mengelabui hasil, atau tidak ada pelaut handal tanpa ombak besar, juga berlaku pada dunia usaha.
Ombak besar yang dihadapi bangsa Indonesia dan dunia saat ini adalah pandemi COVID-19 dan jika para pelaku usaha mampu menghadapi hal itu, maka hasilnya akan lebih baik, tangguh, dan mampu menyesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi.