Permainan kuda lumping di pedalaman Banten masih lestari
Pandeglang (ANTARA) - Permainan kuda lumping di pedalaman Kabupaten Pandeglang, Banten masih lestari untuk menghibur masyarakat saat perayaan lebaran, sunatan dan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan.
"Kita di sini tetap lestarikan permainan tradisional kuda lumping meskipun gempuran kemajuan teknologi semakin deras," kata Ade Supriyadi, seorang tokoh masyarakat di Pulau Sari Desa Cilaban Bulan Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Jumat.
Permainan kuda lumping itu biasanya berkembang di daerah Jawa Timur, namun di sini hampir semua ada di desa Kecamatan Menes.
Selama ini, permainan kuda lumping menjadikan hiburan masyarakat saat perayaan Lebaran, pengantin sunat hingga peringatan kemerdekaan.
Para pemain antara dua sampai lima orang dengan diiringi tiupan suling dan kendang, sehingga pemain menari bergoyang-goyang di atas pundak kuda.
Semakin keras iringan musik itu maka pemain semakin lincah hingga kesurupan dan memakan pecahan kaca.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat melestarikan permainan kuda lumping itu," katanya berharap.
Sejumlah anak-anak di Kampung Manungtung Desa Cilaban Bulan Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang menyambut tamu pada perayaan Lebaran dengan kuda lumping yang dibawakan puluhan orang.
Permainan kuda lumping anak-anak itu tidak diiringi tiupan suling dan pukulan kendang.
"Kami merasa senang bisa meloncat-loncat bagaikan kuda," kata Rizal, seorang anak yang mempermainkan kuda lumping itu.
Rizal mengatakan, dirinya saat bermain kuda lumping bersama teman seringkali tampil, baik di sekolah maupun di pemukiman kampung.
Dia bisa memainkan kuda lumping itu dari orang tua dan terkadang dipanggil ke luar daerah.
"Kami jika bermain kuda lumping kerapkali tidak sadarkan diri saat meloncat-loncat hingga bermain silat dan makan kaca semprong," katanya menjelaskan.*
"Kita di sini tetap lestarikan permainan tradisional kuda lumping meskipun gempuran kemajuan teknologi semakin deras," kata Ade Supriyadi, seorang tokoh masyarakat di Pulau Sari Desa Cilaban Bulan Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang, Jumat.
Permainan kuda lumping itu biasanya berkembang di daerah Jawa Timur, namun di sini hampir semua ada di desa Kecamatan Menes.
Selama ini, permainan kuda lumping menjadikan hiburan masyarakat saat perayaan Lebaran, pengantin sunat hingga peringatan kemerdekaan.
Para pemain antara dua sampai lima orang dengan diiringi tiupan suling dan kendang, sehingga pemain menari bergoyang-goyang di atas pundak kuda.
Semakin keras iringan musik itu maka pemain semakin lincah hingga kesurupan dan memakan pecahan kaca.
"Kami berharap pemerintah daerah dapat melestarikan permainan kuda lumping itu," katanya berharap.
Sejumlah anak-anak di Kampung Manungtung Desa Cilaban Bulan Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang menyambut tamu pada perayaan Lebaran dengan kuda lumping yang dibawakan puluhan orang.
Permainan kuda lumping anak-anak itu tidak diiringi tiupan suling dan pukulan kendang.
"Kami merasa senang bisa meloncat-loncat bagaikan kuda," kata Rizal, seorang anak yang mempermainkan kuda lumping itu.
Rizal mengatakan, dirinya saat bermain kuda lumping bersama teman seringkali tampil, baik di sekolah maupun di pemukiman kampung.
Dia bisa memainkan kuda lumping itu dari orang tua dan terkadang dipanggil ke luar daerah.
"Kami jika bermain kuda lumping kerapkali tidak sadarkan diri saat meloncat-loncat hingga bermain silat dan makan kaca semprong," katanya menjelaskan.*