Singapore Singers kalahkan BTN CLS Kinight Indonesia dengan skor 77-57

id cls,slingers,final abl,abl,berita sumsel, berita palembang, antara sumsel, antara palembang, antara hari ini, jembatan ampera, wong palembang, wisata

Singapore Singers kalahkan BTN CLS Kinight Indonesia dengan skor 77-57

Pebasket BTN CLS Knights Indonesia, Wong Wei Long, beraksi dalam gim kedua final ABL melawan Singapore Slingers di OCBC Arena, Singapura, Minggu (5/5/2019), setelah dua hari sebelumnya absen di gim pertama karena cedera. (ANTARA/HO/BTN CLS Knights Indonesia)

Jakarta (ANTARA) - Singapore Slingers berhasil menang atas BTN CLS Knights Indonesia dengan skor 77-57 di gim kedua final ABL di OCBC Arena, Singapura, Minggu.

Kemenangan itu membayar lunas kekalahan 67-86 yang mereka derita di gim pertama dan kini kedua tim berkedudukan imbang 1-1 dalam rangkaian final berformat best-of-five.

Catatan statistik sudah jelas memperlihatkan keperkasaan Slingers di gim kedua baik itu tingkat akurasi tembakan terbuka 45 persen berbanding 36 persen maupun tembakan tripoin (47 persen: 40 persen).

Namun, Antaranews mencatat setidaknya ada tiga aspek yang menjadi pembeda utama dan membuat Slingers bisa mengatasi CLS di gim kedua, yakni sebagai berikut:

1. Pertahanan tebal Slingers buat CLS frustrasi

CLS membuka pertandingan dengan Darryl Watkins memenangi lemparan mula, namun tujuh percobaan tembakan pertama mereka tak menghasilkan satu poin pun.

Rendahnya akurasi tembakan itu berjalan konstan sepanjang laga yang tidak lain disebabkan oleh disiplinnya koordinasi pertahanan Slingers dalam gim kedua ini.

Pelatih Neo Beng Siang sukses melakukan penyesuaian strategi demi mempertebal pertahanan Slingers, hal itu terlihat dari minimnya raihan poin balasan CLS hanya delapan poin sepanjang laga. Sebaliknya, Slingers justru sukses membukukan total 23 poin balasan dari tiap kali CLS mencetak poin.

Tebalnya pertahanan Slingers juga terlihat dari keberhasilan mereka memaksa CLS melakukan 20 kali turnover sepanjang laga, hampir tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tujuh kali yang diderita tim tamu itu di gim pertama.


2. Jerran Young vs Wong Wei Long

Slingers memasuki pertandingan dengan kekhawatiran Jerran Young tak mampu merumput karena dibayangi cedera hamstring yang dideritanya, sedangkan CLS berharap kehadiran Wong Wei Long setelah absen di gim pertama bakal menjadi amunisi tambahan.

Nyatanya, Young yang baru mulai turun di akhir kuarter kedua berhasil menyumbangkan 14 poin untuk membantu Slingers memenangi laga. Ia juga dua kali mencuri bola dari penguasaan para pemain CLS untuk memberikan terapi kejut bagi tim tamu.

Sedangkan Wei Long, hanya menutup pertandingan dengan raihan tiga poin saja meski ia mengungguli Young tipis dalam departemen rebound dan assist.

Namun, Young tampil dua kali lipat lebih baik dibandingkan Wei Long dalam urusan menembak. Young membukukan akurasi tembakan terbuka 66 persen, dua kali lipat dibandingkan Wei Long yang cuma 33 persen.

Raihan 14 poin Young bahkan menjadi bagian dari klinisnya barisan pemain cadangan Slingers yang mampu menyumbangkan 35 poin sepanjang laga.


3. Kepercayaan dan kontribusi pemain lokal

Slingers lebih berani menaruh kepercayaan kepada pemain lokal dan hal itu berbanding lurus dengan tingginya kontribusi mereka terhadap kemenangan kali ini.

Tiga pemain lokal Slingers membukukan melantai lebih dari 20 menit di laga itu, sedangkan menit bermain tertinggi pemain lokal CLS bahkan tak sampai 20 menit, kecuali jika anda masih menganggap Brandon Jawato sebagai pemain lokal murni.

Kepercayaan itu dibayar lunas oleh Ng Han Bin melesakkan empat dari enam tembakan tripoinnya sepanjang laga untuk membukukan 14 poin, demikian juga Desmond Oh yang mengemas sembilan poin hasil dari tiga tembakan tripoin yang melesak.

Sebaliknya kontribusi individual terbanyak pemain lokal CLS hanya tiga poin datang dari Arif Hidayat setelah 18 menit 59 detik melantai dan Bima Ardiansyah yang juga mencapai total poin serupa meski cuma main dua menit 39 detik.

Ironisnya bagi pemain lokal CLS rendahnya kepercayaan itu bukan hanya terlihat dari catatan statistik, tetapi juga setiap kali mereka menyerang. Para pemain impor dalam beberapa kesempatan cenderung mengabaikan pemain lokal yang posisinya sudah terbuka lebar hampir tanpa kawalan.