Menpar: Canggu tujuan turis "Digital Nomadic" Dunia

id Arief Yahya, Menteri Pariwisata,berita sumsel,berita palembang,Digital Nomadic,wisata Canggu, Kabupaten Badung, Bali

Menpar: Canggu tujuan turis "Digital Nomadic" Dunia

Menteri Pariwisata Arief Yahya. (ANTARA FOTO/Akso)

Nusa Dua, Bali (ANTARA News Sumsel) - Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan destinasi wisata Canggu di Kabupaten Badung, Bali, menjadi salah satu tujuan favorit para turis kekinian yang dikenal dengan sebutan "digital nomadic" dari seluruh dunia.

"Digital nomad itu orang yang ingin menenangkan diri tetapi masih bekerja secara 'online'," kata Arief Yahya dalam rapat kerja nasional Kementerian Pariwisata I di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.

Menurut Arief, Canggu menjadi destinasi yang disukai wisatawan mancanegara kekinian itu karena merupakan daerah yang tenang dengan jangkauan akses yang mudah.

Apalagi daya tarik ombak di sepanjang Pantai Canggu menjadi daerah itu salah satu tujuan peselancar pemula mengasah kemampuan mengendalikan papan selancar.

Dengan demikian, Arief optimistis Indonesia bisa menarik wisatawan mancanegara "digital nomadic" lebih banyak sesuai dengan perkembangan saat ini.

Turis dengan "digital nomadic" merupakan satu dari tiga kelompok besar wisatawan "backpacker" atau turis yang biasa menenteng tas ransel dalam berwisata, selain "glampacker" atau turis milenial yang mengembara di berbagai destinasi yang viral di media sosial dan "luxpacker" atau turis pengembara dengan fasilitas mewah.

"Total kalau dibulatkan itu sekitar 45 juta potensi 'nomadic tourist' dan membangun itu tidak mahal karena bisa pindah sesuai destinasi pilihan terbaik," ucapnya.

Arief menambahkan "nomadic tourism" atau pariwisata dengan akomodasi yang bisa berpindah-pindah dilengkapi fasilitas yang memadai untuk mendongkrak kunjungan wisatawan di Indonesia.  
Konsep pariwisata itu, kata dia, untuk sementara akan difokuskan di 10 destinasi "Bali Baru" dengan memanfaatkan empat destinasi sebagai percontohan di antaranya Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika dan Borobudur.

Dia menjelaskan pariwisata nomaden itu merupakan salah satu solusi mengatasi keterbatasan unsur atraksi, amenitas atau fasilitas dan aksesibilitas.
(T.KR-WGN/B. Situmorang)