“ICAO merupakan mitra dalam membentuk kebijakan dan standardisasi penerbangan, di mana negara anggota bekerja sama menuju dunia aviasi yang lebih aman dan berkelanjutan,” katanya.
Indonesia bergabung dengan ICAO pada 1950 sebagai negara muda yang tengah memperluas konektivitas global dan menjadikan penerbangan sebagai komponen penting pembangunan nasional dan integrasi wilayah.
Kini Indonesia mengelola salah satu ruang udara terbesar di Asia Pasifik, dan menjadi penghubung strategis antara koridor penerbangan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang menopang mobilitas regional.
Duta Besar RI untuk Kanada sekaligus Wakil Tetap Indonesia untuk ICAO Muhsin Syihab menyoroti rekam jejak panjang Indonesia di ICAO sejak lima tahun setelah kemerdekaan, yang membentuk fondasi kontribusi jangka panjang negara itu.
“Indonesia telah melakukan banyak perbaikan dan berpartisipasi aktif dalam penyusunan standar penerbangan internasional. Kami berkomitmen menjawab evolusi sektor aviasi,” ujarnya.
Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara dengan kemampuan manufaktur pesawat. Sementara skor audit keselamatan dan keamanan penerbangannya kini melampaui rata-rata global.
Pencapaian itu mencerminkan peningkatan tata kelola sektor. Di bidang lingkungan, Indonesia terus membangun ekosistem Sustainable Aviation Fuel untuk mendukung target ICAO mengurangi emisi dari penerbangan sipil internasional dan memperkuat keberlanjutan jangka panjang industri aviasi nasional.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia diproyeksikan jadi pasar aviasi terbesar keempat dunia
