Pijat dibayar dengan sampah
Jalan tak selalu mulus, begitulah yang dihadapi Dede kala membangun klinik terapi miliknya
Jakarta (ANTARA) - Langit biru dihiasi burung besi hilir mudik ditambah dengan segarnya hembusan angin laut seakan menjadi hiburan penyambut tamu setibanya di kawasan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Sambil menunggu tibanya tamu, nampak sesosok pemuda bernama Dede Rahman dengan aktivitas yang tidak "lazim".
Dede terlihat menerima sekarung sampah dari warga untuk dibarter dengan jasa pijit di klinik sampah "massage therapy" miliknya.
Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, seperti itulah yang dilakukan Dede. Sejak 2018 saat ia tengah menimba ilmu di Universitas Negeri Surabaya jurusan olah raga, kala itu ide klinik dengan bayaran sampah muncul.
Berlanjut pada 2019 saat pandemi COVID-19 menerpa, kuliahnya pun terdampak sehingga terpaksa beralih ke daring, Dede memutuskan kembali ke Jakarta untuk kuliah jarak jauh sekaligus mengurus klinik sampah miliknya.
Berpikir keras agar ilmu yang ditekuni, yakni pijat olah raga untuk atlet (sport massage) dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Muncullah gagasan menukar sampah yang dapat didaur ulang dengan pijat terapi dengan harapan menyelamatkan lingkungan melalui pemanfaatan sampah, namun juga memiliki nilai manfaat secara langsung bagi masyarakat.
Di sisi lain, kesuksesan rekan sekampungnya yang terlebih dahulu berkecimpung sebagai pemuda pelopor pada 2018 silam, turut menjadi pemicu semangat agar ia juga menjadi pemuda pelopor.
Awal ceritanya, Dede mempraktikkan ilmu pijat terapi pada sejumlah atlet dengan dibayar seporsi makan.
“Namun seiring berjalannya waktu, makin ke sini mereka pahamlah dengan ilmunya biasanya dalam sekali terapi Rp100-Rp150 ribu untuk 1 sampai 1,5 jam pada 2019-2020,” lanjut sarjana yang mendapatkan beasiswa ini
Di klinik yang diberinya nama “Klinik Sampah Massage Therapy” ini, ia melayani jasa pijat kebugaran, pijat penanganan cedera, pemulihan (recovery) hingga pijat lanjut usia.
Bersama dengan tiga orang pemuda dan satu pemudi, Dede menerima sampah dari masyarakat sekitar berupa sampah yang dapat didaur ulang sehingga memiliki nilai jual.
Kehadiran klinik sampah ini mulanya dibebaskan, artinya masyarakat boleh membawa berapapun sampah untuk dapat dibarter dengan layanan pijat. Waktu bergulir menunjukkan antusiasme warga meningkat, sehingga Dede memutuskan untuk membuat aturan, yakni sampah yang dibawa warga sekitar 2-3 kg yang dapat ditukar dengan 30 menit-satu jam pijat.
Tak bekerja sendirian, Dede bersama bank sampah yang dikelola kelurahan setempat mengelola sejumlah sampah yang telah terkumpul di kliniknya. Setiap bulan, bank sampah akan mengambil sampah di kliniknya, kemudian sebanyak setengahnya akan diberikan kepada lansia yang mencari sampah botol sehingga mereka mendapatkan sedikit penghasilan dari kegiatan tersebut.
Lansia tersebut, merupakan warga lanjut usia yang tinggal sebatang kara yang sudah tak lagi memiliki keluarga.
Selain itu, respon masyarakat pun sejauh ini bagus, sejumlah kader dari beberapa elemen seperti ibu-ibu dari jumantik, karang taruna, kader dasarisma menyambut baik klinik ini bahkan meminta Dede untuk membagikan ilmu pijat terapi melalui seminar dan acara lain.
Selain aktif berorganisasi, guru olah raga di sebuah sekolah swasta kawasan Jakarta Barat ini turut mengajarkan para murid untuk berperilaku hidup sehat, salah satunya adalah dengan memilah sampah mana yang bisa didaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan kembali dan sebagai wujud pembelajaran cinta lingkungan sejak dini.
Tak ayal, murid didikannya antusias memilah sampah di rumah masing-masing.
Terapi pijat
Dalam praktiknya, Dede menceritakan perbedaan dalam pijat biasa dan pijat olahraga (sport massage).
“Sport massage (untuk atlet) tekanan dan pijitannya berbeda, massa ototnya besar-besar sehingga metode dan penangannya berbeda. Ibarat kekuatannya ada level 1-5. Itu masyarakat umumnya paling level 3 paling kencang (pijitannya),” kelakarnya
Guna melatih kekuatan otot tangannya, ia turut berolah raga, seperti workout, push up, angkat beban agar ototnya tidak kaku dan tidak mudah kram saat beraksi.
Sebelum menangani pasien, Dede melakukan pengecekan untuk mencari tahu permasalahannya pasien, ada tahapan yg bisa ditangani seperti cedera ACL atau robeknya ligamen pada lutut.
Jika pasien mengalami ACL tahapan 2 dan 3, maka ia akan mengarahkannya ke dokter ahli yang lebih paham tentunya, namun apabila tahapan satu yg lebih ringan, ia akan menanganinya dengan menggunakan beberapa metode pemijatan.
“Selain dimassage akan ada pelatihan seperti penguatan otot, jika grade satu ACL-nya,” jelasnya.
Selain menangani cedera, ia juga mengedukasi masyarakat terkait pertolongan pertama saat cedera, misal jatuh dan ada pembengkakan maka disarankan untuk tidak dipijit dulu karena di situ ada peradangan, juga dilarang diolesi krim panas karena peradangan sendiri posisinya sedang panas.
Dede merekomendasikan menggunakan kompres es agar dingin sehingga mampu mengurangi pembengkakan.
Kemudian ada masa akut usai cedera, yakni 2x24 jam, untuk melihat perkembangan secara baik atau sama saja, baru kemudian ia akan melakukan pemijatan dengan metode reposisi bila pasien mengalami cedera engkel usai jatuh.
Ia turut memberikan tips bagi pekerja yang lama duduk di depan komputer tidak mudah pegal.
Disarankan untuk dapat melakukan peregangan (stretching) sebelum melakukan pekerjaan, seperti peregangan tangan ataupun peregangan pinggang, leher.
Suka duka membangun klinik
Jalan tak selalu mulus, begitulah yang dihadapi Dede kala membangun klinik terapi miliknya, di tengah tumpukan tugas kuliah, ia berusaha tetap fokus mengerjakan kewajiban meski ada desakan dari relung hati untuk juga memantau situasi klinik.
Namun, seiring waktu ia dapat mengatur pola, mengatur waktu sehingga belajar dan klinik dapat dikelola dengan baik dibantu rekan-rekannya di Jakarta.
Jarak jauh Jakarta-Surabaya bukan halangan untuk mengembangkan kemampuan rekan yang dibinanya dengan memanfaatkan teknologi, yakni melalui panggilan video untuk memantau sekaligus mengajarkan rekannya ilmu dalam memijat.
“Ada teknologi kenapa tidak dimanfaatkan gitu ya,” ujar pria yang mendapatkan gelar "Masseur" bersertifikat nasional ini.
Akhirnya, sejumlah temanya rutin diajarkan secara daring, hal ini agar mereka tidak sembarangan memijat sebab terdapat ilmu anatomi dan fisiologi terkait otot yang patut diketahui.
Salah seorang rekan binaannya, Febri (19) bercerita terkait pengalamannya bergabung dengan klinik Dede Rahman.
“Sebelum dibina kan cedera saat main bola, nah itu bingung penanganannya gimana. Nah sekarang Alhamdulilah sudah tau dan bisa membantu orang-orang. Kadang orang tua cedera bisa bantu mijit juga dan ilmunya bisa dipraktikkan,” ucap Febri.
Bahkan, orang tua Febri sempat tak percaya ia bisa memijat. Kini, Febri yang baru dibina sekitar dua bulan ini pun merasakan manfaatnya, dan lebih memilih untuk berfokus pada hal-hal positif, seperti berorganisasi dan membantu operasional klinik sampah daripada sekedar “kluyuran”.
Di Balik semua itu, Dede, pria enam bersaudara ini menceritakan mulanya dalam membuka klinik sampah ia bermodalkan alat bekam, kemudian pelan-pelan ia membeli alat "infrared", alat tes untuk merilis otot dengan mengumpulkan jerih payah hasil memijat atlet di Surabaya. Belakangan ia juga mendapatkan sebuah alat pijat multifungsi untuk merilis otot kaku dari karang taruna tempatnya tinggal.
Selain itu, ia aktif mensosialisasikan kerja sama dengan pengusaha travel yang mengantar wisatawan ke pulau sekitar Kepulauan Seribu, dengan mengajak wisatawan membawa kembali sampah saat berwisata ke Kamal Muara, kemudian memberikannya ke pos yang disediakan Dede untuk kemudian ditukarkan dengan layanan pijat.
Sehingga dalam usahanya, Dede melalui klinik terapi bayar sampah ini telah mencakup ranah sumber daya alam (SDA), pariwisata serta lingkungan tentunya.
Berkat hasil keringat, ia mulai memetik buah manis. Pria yang lahir 22 tahun silam ini terpilih menjadi pemenang pemuda pelopor tingkat kota Jakarta juara satu, dilanjutkan tingkat provinsi Jakarta timur hingga mewakili pemuda pelopor ke tingkat nasional. Sungguh prestasi yang tak disangkanya.
Kini ia tengah disibukkan untuk mempersiapkan berkas administrasi seleksi pelopor pemuda melawan provinsi lain, proses selanjutnya bakal ada seleksi kunjungan dari tim penilaian ke klinik yang didirikannya.
“Di situ saya deg-deg an,” tambahnya.
Ada prestasi lain yang juga membuatnya bangga jelang gelaran SEA Games 2022 misalnya Training Center (TC), ia turut berkecimpung melemaskan otot sejumlah atlet silat yang melakukan latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.
Semua jalan yang ditapaki itu dari modal awal mimpi besar Dede mendirikan klinik kecil yang masih “nebeng” di rumah orang tuanya. Harapan tingginya, bakal menjadi klinik besar yang memang khusus menangani pijat terapi. “Jadi tidak harus punya sampah. Tetapi masyarakat di luar daerah yang memang ingin massage bisa datang ke klinik,” harapnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap dapat memberdayakan masyarakat dan menjadi sebuah ladang rupiah bagi sesama.
“Harapannya juga nantinya bakal ada kampung-kampung selain Kamal Muara yaitu mengembangkan sampah yang dikelola, sehingga timbullah Kamal Muara-Kamal Muara yang selanjutnya yang memanfaatkan sampah menjadi hal positif,” tutupnya.
Baca juga: Warga binaan di Palembang pun mengolah sampah jadi bernilai ekonomi
Baca juga: Ada anjing pahlawan super pembasmi sampah di Chili
Editor: Taufik Ridwan
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Sambil menunggu tibanya tamu, nampak sesosok pemuda bernama Dede Rahman dengan aktivitas yang tidak "lazim".
Dede terlihat menerima sekarung sampah dari warga untuk dibarter dengan jasa pijit di klinik sampah "massage therapy" miliknya.
Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, seperti itulah yang dilakukan Dede. Sejak 2018 saat ia tengah menimba ilmu di Universitas Negeri Surabaya jurusan olah raga, kala itu ide klinik dengan bayaran sampah muncul.
Berlanjut pada 2019 saat pandemi COVID-19 menerpa, kuliahnya pun terdampak sehingga terpaksa beralih ke daring, Dede memutuskan kembali ke Jakarta untuk kuliah jarak jauh sekaligus mengurus klinik sampah miliknya.
Berpikir keras agar ilmu yang ditekuni, yakni pijat olah raga untuk atlet (sport massage) dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Muncullah gagasan menukar sampah yang dapat didaur ulang dengan pijat terapi dengan harapan menyelamatkan lingkungan melalui pemanfaatan sampah, namun juga memiliki nilai manfaat secara langsung bagi masyarakat.
Di sisi lain, kesuksesan rekan sekampungnya yang terlebih dahulu berkecimpung sebagai pemuda pelopor pada 2018 silam, turut menjadi pemicu semangat agar ia juga menjadi pemuda pelopor.
Awal ceritanya, Dede mempraktikkan ilmu pijat terapi pada sejumlah atlet dengan dibayar seporsi makan.
“Namun seiring berjalannya waktu, makin ke sini mereka pahamlah dengan ilmunya biasanya dalam sekali terapi Rp100-Rp150 ribu untuk 1 sampai 1,5 jam pada 2019-2020,” lanjut sarjana yang mendapatkan beasiswa ini
Di klinik yang diberinya nama “Klinik Sampah Massage Therapy” ini, ia melayani jasa pijat kebugaran, pijat penanganan cedera, pemulihan (recovery) hingga pijat lanjut usia.
Bersama dengan tiga orang pemuda dan satu pemudi, Dede menerima sampah dari masyarakat sekitar berupa sampah yang dapat didaur ulang sehingga memiliki nilai jual.
Kehadiran klinik sampah ini mulanya dibebaskan, artinya masyarakat boleh membawa berapapun sampah untuk dapat dibarter dengan layanan pijat. Waktu bergulir menunjukkan antusiasme warga meningkat, sehingga Dede memutuskan untuk membuat aturan, yakni sampah yang dibawa warga sekitar 2-3 kg yang dapat ditukar dengan 30 menit-satu jam pijat.
Tak bekerja sendirian, Dede bersama bank sampah yang dikelola kelurahan setempat mengelola sejumlah sampah yang telah terkumpul di kliniknya. Setiap bulan, bank sampah akan mengambil sampah di kliniknya, kemudian sebanyak setengahnya akan diberikan kepada lansia yang mencari sampah botol sehingga mereka mendapatkan sedikit penghasilan dari kegiatan tersebut.
Lansia tersebut, merupakan warga lanjut usia yang tinggal sebatang kara yang sudah tak lagi memiliki keluarga.
Selain itu, respon masyarakat pun sejauh ini bagus, sejumlah kader dari beberapa elemen seperti ibu-ibu dari jumantik, karang taruna, kader dasarisma menyambut baik klinik ini bahkan meminta Dede untuk membagikan ilmu pijat terapi melalui seminar dan acara lain.
Selain aktif berorganisasi, guru olah raga di sebuah sekolah swasta kawasan Jakarta Barat ini turut mengajarkan para murid untuk berperilaku hidup sehat, salah satunya adalah dengan memilah sampah mana yang bisa didaur ulang sehingga dapat dimanfaatkan kembali dan sebagai wujud pembelajaran cinta lingkungan sejak dini.
Tak ayal, murid didikannya antusias memilah sampah di rumah masing-masing.
Terapi pijat
Dalam praktiknya, Dede menceritakan perbedaan dalam pijat biasa dan pijat olahraga (sport massage).
“Sport massage (untuk atlet) tekanan dan pijitannya berbeda, massa ototnya besar-besar sehingga metode dan penangannya berbeda. Ibarat kekuatannya ada level 1-5. Itu masyarakat umumnya paling level 3 paling kencang (pijitannya),” kelakarnya
Guna melatih kekuatan otot tangannya, ia turut berolah raga, seperti workout, push up, angkat beban agar ototnya tidak kaku dan tidak mudah kram saat beraksi.
Sebelum menangani pasien, Dede melakukan pengecekan untuk mencari tahu permasalahannya pasien, ada tahapan yg bisa ditangani seperti cedera ACL atau robeknya ligamen pada lutut.
Jika pasien mengalami ACL tahapan 2 dan 3, maka ia akan mengarahkannya ke dokter ahli yang lebih paham tentunya, namun apabila tahapan satu yg lebih ringan, ia akan menanganinya dengan menggunakan beberapa metode pemijatan.
“Selain dimassage akan ada pelatihan seperti penguatan otot, jika grade satu ACL-nya,” jelasnya.
Selain menangani cedera, ia juga mengedukasi masyarakat terkait pertolongan pertama saat cedera, misal jatuh dan ada pembengkakan maka disarankan untuk tidak dipijit dulu karena di situ ada peradangan, juga dilarang diolesi krim panas karena peradangan sendiri posisinya sedang panas.
Dede merekomendasikan menggunakan kompres es agar dingin sehingga mampu mengurangi pembengkakan.
Kemudian ada masa akut usai cedera, yakni 2x24 jam, untuk melihat perkembangan secara baik atau sama saja, baru kemudian ia akan melakukan pemijatan dengan metode reposisi bila pasien mengalami cedera engkel usai jatuh.
Ia turut memberikan tips bagi pekerja yang lama duduk di depan komputer tidak mudah pegal.
Disarankan untuk dapat melakukan peregangan (stretching) sebelum melakukan pekerjaan, seperti peregangan tangan ataupun peregangan pinggang, leher.
Suka duka membangun klinik
Jalan tak selalu mulus, begitulah yang dihadapi Dede kala membangun klinik terapi miliknya, di tengah tumpukan tugas kuliah, ia berusaha tetap fokus mengerjakan kewajiban meski ada desakan dari relung hati untuk juga memantau situasi klinik.
Namun, seiring waktu ia dapat mengatur pola, mengatur waktu sehingga belajar dan klinik dapat dikelola dengan baik dibantu rekan-rekannya di Jakarta.
Jarak jauh Jakarta-Surabaya bukan halangan untuk mengembangkan kemampuan rekan yang dibinanya dengan memanfaatkan teknologi, yakni melalui panggilan video untuk memantau sekaligus mengajarkan rekannya ilmu dalam memijat.
“Ada teknologi kenapa tidak dimanfaatkan gitu ya,” ujar pria yang mendapatkan gelar "Masseur" bersertifikat nasional ini.
Akhirnya, sejumlah temanya rutin diajarkan secara daring, hal ini agar mereka tidak sembarangan memijat sebab terdapat ilmu anatomi dan fisiologi terkait otot yang patut diketahui.
Salah seorang rekan binaannya, Febri (19) bercerita terkait pengalamannya bergabung dengan klinik Dede Rahman.
“Sebelum dibina kan cedera saat main bola, nah itu bingung penanganannya gimana. Nah sekarang Alhamdulilah sudah tau dan bisa membantu orang-orang. Kadang orang tua cedera bisa bantu mijit juga dan ilmunya bisa dipraktikkan,” ucap Febri.
Bahkan, orang tua Febri sempat tak percaya ia bisa memijat. Kini, Febri yang baru dibina sekitar dua bulan ini pun merasakan manfaatnya, dan lebih memilih untuk berfokus pada hal-hal positif, seperti berorganisasi dan membantu operasional klinik sampah daripada sekedar “kluyuran”.
Di Balik semua itu, Dede, pria enam bersaudara ini menceritakan mulanya dalam membuka klinik sampah ia bermodalkan alat bekam, kemudian pelan-pelan ia membeli alat "infrared", alat tes untuk merilis otot dengan mengumpulkan jerih payah hasil memijat atlet di Surabaya. Belakangan ia juga mendapatkan sebuah alat pijat multifungsi untuk merilis otot kaku dari karang taruna tempatnya tinggal.
Selain itu, ia aktif mensosialisasikan kerja sama dengan pengusaha travel yang mengantar wisatawan ke pulau sekitar Kepulauan Seribu, dengan mengajak wisatawan membawa kembali sampah saat berwisata ke Kamal Muara, kemudian memberikannya ke pos yang disediakan Dede untuk kemudian ditukarkan dengan layanan pijat.
Sehingga dalam usahanya, Dede melalui klinik terapi bayar sampah ini telah mencakup ranah sumber daya alam (SDA), pariwisata serta lingkungan tentunya.
Berkat hasil keringat, ia mulai memetik buah manis. Pria yang lahir 22 tahun silam ini terpilih menjadi pemenang pemuda pelopor tingkat kota Jakarta juara satu, dilanjutkan tingkat provinsi Jakarta timur hingga mewakili pemuda pelopor ke tingkat nasional. Sungguh prestasi yang tak disangkanya.
Kini ia tengah disibukkan untuk mempersiapkan berkas administrasi seleksi pelopor pemuda melawan provinsi lain, proses selanjutnya bakal ada seleksi kunjungan dari tim penilaian ke klinik yang didirikannya.
“Di situ saya deg-deg an,” tambahnya.
Ada prestasi lain yang juga membuatnya bangga jelang gelaran SEA Games 2022 misalnya Training Center (TC), ia turut berkecimpung melemaskan otot sejumlah atlet silat yang melakukan latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat.
Semua jalan yang ditapaki itu dari modal awal mimpi besar Dede mendirikan klinik kecil yang masih “nebeng” di rumah orang tuanya. Harapan tingginya, bakal menjadi klinik besar yang memang khusus menangani pijat terapi. “Jadi tidak harus punya sampah. Tetapi masyarakat di luar daerah yang memang ingin massage bisa datang ke klinik,” harapnya.
Tak hanya itu, ia juga berharap dapat memberdayakan masyarakat dan menjadi sebuah ladang rupiah bagi sesama.
“Harapannya juga nantinya bakal ada kampung-kampung selain Kamal Muara yaitu mengembangkan sampah yang dikelola, sehingga timbullah Kamal Muara-Kamal Muara yang selanjutnya yang memanfaatkan sampah menjadi hal positif,” tutupnya.
Baca juga: Warga binaan di Palembang pun mengolah sampah jadi bernilai ekonomi
Baca juga: Ada anjing pahlawan super pembasmi sampah di Chili
Editor: Taufik Ridwan
COPYRIGHT © ANTARA 2022